My Dutch Lady

Batavia 1905

Dua andong yang membawa mereka dari stasiun Weltevreden, akhirnya tiba di sebuah rumah yang asri. Rumah itu tidak terlalu besar seperti yang ditempati keluarga von Hoover di Yogyakarta tapi terlihat terawat dan cantik.

Haryo membayar dua andong yang membawa mereka sementara Carlotta turun mencari pembantu rumah tangganya. Gito pun menurunkan semua koper-koper mereka. Jangan bayangkan koper jaman dulu macam koper sekarang. Koper-koper yang dipakai berbahan kulit atau kayu dan lumayan beratnya.

"Mbok Ijah !" panggil Carlotta saat membuka pagar.

Seorang wanita paruh baya dengan kebaya encim bewarna kuning pucat dengan jarik motif Rasamala, keluar dengan langkah tergopoh-gopoh.

Sekilas tentang Motif Rasamala adalah motif batik khas Betawi yang menggambarkan keindahan kota Jakarta tempo dulu bernama Sunda Kelapa. Sunda Kelapa dulunya berupa hutan lebat dan banyak ditumbuhi pohon setinggi 40-70 meter yang harum aromanya.

Pohon tersebut adalah rasamala (Altingia excelsa) yang kokoh dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Sunda Kelapa. Kayu pohon rasamala dimanfaatkan untuk membangun rumah, jembatan, perahu serta campuran pengharum. Sementara daunnya yang masih muda dikonsumsi sebagai lalapan. Sayang, tanaman itu sudah mulai langka sekarang di Jakarta.

"Lho, Mevrouw Carlotta?" seru wanita itu dengan wajah tidak percaya. "Sama siapa Non?" tanya Mbok Ijah sambil membuka pagar.

"Sama suamiku dan asistennya..." senyum Carlotta sambil menoleh ke belakang dimana Haryo dan Gito berjalan sambil membawa koper-koper mereka.

Mbok Ijah terkejut saat melihat pria ganteng yang tersenyum mesra ke Carlotta. "Suami non Lotta orang pribumi?"

"Iya mbok. Orang Yogyakarta... Mas Haryo, perkenalkan ini mbok Ijah, yang mengurus rumah papa di Batavia. Mbok, ini mas Haryo Pratomo... Lalu itu Sugito, biasa dipanggil Gito, asistennya Mas Haryo..." Carlotta merangkul lengan Haryo mesra.

"Senang bertemu dengan mbok Ijah ..." Haryo mengulurkan tangannya yang disambut oleh mbok Ijah.

"Selamat datang di Batavia tuan Haryo. Mari masuk ... Bang Gito, silahkan..." Mbok Ijah pun membuka pintu rumah.

"Kok aku dipanggil bang, mas Den?" tanya Gito bingung.

"Karena di Batavia panggilannya Abang, malah kadang Akang karena banyak orang Sunda disini. Yang panggil mas juga ada tapi seringnya Abang..." jawab Haryo membuat Carlotta tersenyum.

"Ayo masuk ..." ajak gadis Belanda itu.

Haryo dan Gito melihat interior rumah kecil itu sangat terasa gaya Betawinya. Berbeda dengan rumah Carlotta yang di Yogyakarta yang banyak hiasan khas Jawa.

"Berapa lama kamu tidak pulang ke Batavia, Jeng?" tanya Haryo sambil melihat-lihat foto yang ada di bufet. Pria itu melihat foto gadis cilik mengenakan topi dan rambut pirangnya dikepang dua, menatap kamera dengan wajah judes.

"Semenjak Chelsea meninggal... Lima tahunan..." jawab Carlotta sambil membawa tasnya ke dalam kamar.

"Ini Chelsea?" tanya Haryo ke foto gadis cilik itu.

Carlotta mengangguk. "Anak itu memang suka pasang muka judes kalau difoto..."

"Adikmu cantik... Pasti nakal banget..." senyum Haryo.

"Jahil iya. Tapi ... Aku sih yang ngajarin..." kekeh Carlotta tapi setelahnya wajahnya murung. "Chelsea pasti suka sama kamu mas..."

"Dia sudah bahagia di surga, jeng..." Haryo memeluk tubuh Carlotta yang tampak emosional teringat adik perempuannya.

"Iya..." Carlotta membalas pelukan Haryo.

***

Dua hari Haryo dan Carlotta menghabiskan waktu di Batavia sembari datang ke makam Chelsea. Carlotta tertawa geli melihat gaya Haryo memperkenalkan diri di depan makam adiknya.

"Hai Chelsea... Perkenalkan namaku adalah Haryo Pratomo dan aku adalah suami kakak kamu yang Absurd tapi aku sangat mencintainya..." senyum Haryo. "Sayang, kita belum sempat bertemu ya... Coba kalau sempat ... Sudah dipastikan aku bakalan pusing dengan kacaunya kalian..."

Carlotta mendelik judes ke Haryo. "Kami tidak akan membuat kamu pusing ..."

"Really?" Balas Haryo.

"Kami hanya membuat kamu menjadi pria paling sering sakit kepala setiap saat ..."

Haryo melengos. "Sama saja itu ..."

Carlotta cekikikan begitu juga Chelsea yang berada disana.

"Mas Haryo, andaikan aku masih hidup ... Pasti aku akan jadi adik yang trouble maker dan mas Haryo yang harus membela aku di depan papa dan mama..." ucap Chelsea.

"Chelsea, maaf aku harus membawa kakak kamu pergi ke Den Haag... Kami akan membuka lembaran hidup baru. Menjadi keluarga dan Chelsea nanti akan mendapatkan keponakan... " Haryo mengelus nisan Chelsea. "Kamu akan menjadi Tante favorit jika masih hidup... Dan yakin, anak kami akan kamu ajarin macam-macam..."

"Manjat pohon, cari cacing, cari kodok, ambil kucing dari pohon, bikin kita pusing..." gumam Carlotta.

"That's sound fun ... Terus kita buat rumah pohon dan mencari anak kita yang hilang diculik tantenya buat diajak main macam anak monyet..." timpal Haryo.

"Sudah pasti akan ada banyak luka di lutut dan sikut jika anak kita bersama Chelsea... " Carlotta tertawa membayangkan jika adiknya masih hidup, sudah pasti Chelsea akan merengek minta ikut ke Den Haag dan membuat mereka pusing.

"Chelsea, don't worry. Kakakmu akan selalu aman bersamaku, tidak akan kekurangan apapun. Aku akan terus berjuang untuk tetap membuat standar kakakmu terjaga." Haryo menatap makam Chelsea. "Dan aku akan selalu setia pada kakakmu. Tidak ada selingkuh, tidak ada poligami meskipun keyakinan aku mengijinkan... Nope. Kakakmu akan selalu menjadi ratu dalam hatiku. Selamanya."

Carlotta memeluk erat suaminya. "Terima kasih, mas ..."

"Aku berjanji pada papa dan mamamu, berjanji pada adikmu, berjanji pada kakak perempuan aku bahwa aku akan selalu menjagamu, setia padamu, mencintaimu hingga akhir hayat dan tidak hanya pada orang-orang yang aku sebutkan tadi tapi juga pada Allah." Haryo menatap penuh cinta ke Carlotta.

Carlotta mencium bibir Haryo lembut. "I love you so much, mas..."

"I love you more to the moon and back..." balas Haryo sambil mencium kening istrinya.

***

Gito tampak heboh saat akhirnya mereka naik kapal SS Magdalena yang besar dan dirinya benar-benar merasa jadi wong ndeso. Tidak henti-hentinya pria Jawa itu melongo dan heboh sendiri melihat bagaimana kapal besar itu tampak mewah dan dia tidak menyangka akan mendapatkan kesempatan seperti ini.

"Gito, don't be so ndeso ..." kekeh Haryo sambil menggandeng tangan Carlotta masuk ke dalam kabin mereka.

"Gimana tidak ndeso Mas Den... Tidak pernah dalam hidup saya, bakalan bisa naik kereta, ke Batavia dan naik kapal mewah seperti ini ke Den Haag pula. Siapa lah saya ini..." Gito pun berdiri di depan kabin nya yang bersebelahan dengan kabin Haryo dan Carlotta.

"Enjoy, Gito..." senyum Carlotta sebelum masuk ke dalam kabin bersama suaminya.

Gito pun masuk dan melihat kamarnya yang sangat nyaman. Pria itu pun mengambil buku tulis yang sudah dia siapkan dari dalam tas serta pena lengkap dengan tintanya dan mulai mencatat semuanya. Tanpa Gito sadar, buku hariannya nanti akan disimpan keturunan ndoronya hingga kebiasaannya, dilanjutkan keturunan Haryo Pratomo dan Carlotta von Hoover.

***

Yuhuuuu Up Pagi Yaaaaaa gaeeesss

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️