"Jadilah adik maduku Lia!" Satu permintaan Alina kepada Melia yang membuat kisah persahabatan mereka diwarnai dengan perdebatan. Dan dari sinilah kisah mereka dimulai.
Alina terus berusaha mendesak Melia untuk memenuhi permintaannya itu. Berbagai penolakan yang dilakukan oleh Melia membuat Alina menghindarinya. Lalu bagaimanakah Melia menanggapi sikap Alina? Akankah Melia menyetujui permintaan Alina tersebut?
Ikuti terus kisah mereka yang ada dalam cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ieie fla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa yang datang?
Sungguh tak enak sekali jika ditatap dengan pandangan yang aneh. Cukup menggangu juga ternyata. Apa ada yang nempel ya di muka ku?
"Kenapa Mas? Ada yang aneh?" aku tanya saja langsung pada orang nya.
Seketika dia malah terkejut dengan pertanyaanku. Lalu dia pun hanya menggeleng lemah. Ada apa lah dengan Mas Raka ini?
Akhirnya Mas Raka pun pamit pergi ke rumah sakit kepadaku dan Aksa. Sebelum pergi ia menciumi kepala Aksa dan sedikit melirik kepada ku. Prilaku Mas Raka terlihat kaku di depan ku. Lalu ia melangkah ke arah dimana mobilnya terparkir dan ia pun menaikinya. Kemudian dia membuka kaca mobilnya dan melambaikan tangannya ke arah kami berdiri, yang pasti lambaian itu untuk Aksa, gak mungkin untuk ku kan?
Mas Raka pun berlalu dari hadapan ku dan Aksa dan kami pun masih tetap di tempat hingga mobil nya Mas Raka tak terlihat lagi dari pandangan.
"Masuk yuk Aksa!" kataku pada Aksa sambil menarik tangannya.
"Ayuk Mi, Aksa mau coklat boleh Mi?" tanya Aksa kepadaku sambil berjalan masuk ke dalam rumah.
"Boleh, kita nyemil nya sambil nonton yuk!" aku mengajak Aksa untuk ke ruang leluarga.
"Ayo, Aksa mau. Kita nonton film Nemo yuk Mi!" Aksa pun memberikan pendapatnya.
"Ok. Boleh, ide bagus." aku pun setuju dengan ide yang di berikan oleh Aksa.
Dan kami pun menonton film Nemo bersama sambil mengemil makanan ringan yang kami beli tadi di supermarket.
Hingga malam menghampiri, lalu ku ajak Aksa untuk bersiap tidur di kamarku. Setelah membersihkan diri dan melaksanakan sholat, aku membacakan Aksa sebuah buku dongen tentang pangeran yang kemudian mengantarkan Aksa untuk tidur.
Aku tersenyum melihat Aksa yang sudah terlelap dalam tidurnya. Dari garis wajahnya, Aksa sangat terlihat mirip dengan Mas Raka. Benar-benar seperti kembarannya. Sedangkan dari Alina hanya rambut ikal nya Aksa yang serupa dan alis nya juga. Karena Mas Raka memiliki rambut yang lurus.
Kenapa aku malah membayangkan wajah nya Mas Raka sih? Aku pun sekarang juga sudah lelah sampai akhirnya aku terlelap juga.
***
Saat pagi tiba, aku pun lekas bersiap memulai hari. Ku biarkan Aksa yang masih terlelap dalam tidurnya. Aku pun mempersiapkan sarapan pagi untuk kami berdua. Aku membakar roti tawar dan mengoles nya dengan selai kacang lalu di tambah kan dengan keju. Aku juga menggoreng telur mata sapi dan memotong tomat serta salad lainnya. Lantas aku juga menyiapkan sereal jika Aksa menginginkannya.
"Mi, Aksa laper.." Aksa yang baru saja datang lekas menemuiku di dapur karena dia merasa lapar.
"Aksa udah bangun ya, udah gosok gigi belum?"
"Udah dong, nih.." Aksa memamerkan giginya kepadaku. Dan aku pun mendekat ke arahnya dan memperhatikan giginya.
"Pinter! Ya sudah duduk gih, Mami sebentar lagi udah selesai baru kita sarapan sama-sama ya."
"Ok." Aksa menuruti perintahku untuk duduk manis di meja makan.
Lalu aku menyuguhkan semua makanan yang telah aku persiapkan.
"Do'a dulu ya.." perintahku pada Aksa.
Aksa lekas mengangkat tangannya dan mulai memimpin do'a.
"Allahumma barik lana fi ma razaqtana waqina 'adhaban-nar.." Aksa membaca do'a dengan logat khas anak-anak.
Lantas kami pun menikmati sarapan yang telah aku suguhkan. Aksa makan dengan lahap sehingga membuatku senang melihatnya.
Kemudian kami pun lekas bersiap untuk menuju rumahnya Alina.
***
Dalam perjalanan menuju rumahnya Alina, aku pun tiba-tiba memiliki ide untuk membuat Alina senang.
"Aksa kita kasih kejutan buat Mama Alina yuk! Kita beli kado apa ya yang bagus? Kamu punya ide gak?" tanya ku pada Aksa.
"Boleh, Mama pasti suka. Kita kasih mama apa ya? Mama suka beli baju, suka jajan, suka dandan.." Aksa berusaha mengingat apa yang di sukai ibunya.
"Haha.." Aku hanya tertawa mendengar penjelasan Aksa mengenai apa yang disukai Alina.
"Mama suka shoping kan ya." Aku juga menyetujui kebiasaan Alina tersebut.
"Iya, masa hampir tiap hari tukang paketnya datang. Aksa heran sama Mama." celoteh anak itu ke padaku.
"Tapi kan Mama belanjanya banyak yang buat Aksa juga." aku membela Alina, yang juga malah sangat sering membelikan sesuatu untuk Aksa.
"Hehe iya, Mama suka beli keperluan sekolah Aksa pesen nya online Mi.." Aksa mengakui kelakuan ibunya itu.
"Tuh kan. Jadi kita beli apa ya yang bisa buat Mama Alina suka? Biar Mama nya Aksa bisa cepet sembuh!" aku berpikir lagi tentang apa yang di sukai Alina. Aku memang tahu banyak tentang Alina, tapi aku selalu susah memilih kado. Bagi ku lebih baik aku bertanya pada orang nya langsung mau apa atau sedang butuh apa. Menurut ku itu jauh lebih bermanfaat dari pada memberikan sesuatu yang belum tentu di sukai atau tidak diinginkan.
"Kita beli bunga saja yuk, terus nanti kita hias rumah biar Mama Alina nya senang di rumah." kata ku lagi setelah memikirkan ulang.
"Boleh, seperti orang-orang yang kasih surprise itu ya Mi?" tanya Aksa.
"Iya. Ya sudah kita belanja dulu yuk."
"Ayo." Aksa menyetujui ajakan ku.
***
Saat ini kami sedang berada di Mall yang tak jauh dari rumahnya Alina, sehingga akan lebih dekat jika nanti kami datang nya.
Aku membeli satu buket bunga segar yang cantik dengan berbagai macam bunga yang indah di dalam nya. Lalu membeli hiasan dinding yang bertuliskan 'Welcome home Mama Alina' dan hisan lainnya. Tak lupa satu ikat balon yang cantik merupakan ide dari aksa. Alu juga membeli beberapa macam buah-buahan segar untuk Alina. Lalu kami pun berlalu menuju kediaman Alina.
Sesampainya di rumah Alina waktu sudah menunjukkan jam sepuluh siang. Aku lantas memutuskan untuk menelpon Mas Raka untuk mengetahui kapan mereka akan datang.
Tut..tut..
"Hallo Assalamu'alaikum Li." jawab Mas Raka dari seberang sana. Kok adem jadinya mendengar jawaban Mas Raka ya? Aduh ada-ada saja diriku ini.
"Walaikumsalam Mas, kalian kapan datang nya Mas? Kami sudah di rumah!" jawab ku kemudian.
"Mungkin sekitar satu atau dua jam lagi. Ini lagi nunggu Dokter Mayang untuk memeriksa keadaan Alina. Baru habis itu Mas urus kepulangan nya. Ada apa Li?"
"Gak apa-apa Mas, aku sama Aksa lagi nyiapin surprise buat Alina, jadi kabarin dulu ya sebelum kalian datang!" ucap ku lagi pada Mas Raka.
"Oh ok Li." jawabnya Mas Raka singkat.
"Ya sudah Mas. Assalamu'alaikum."
"Walaikumsalam."
Setelah mendengar salam jawaban dari Mas Raka, aku memutuskan sambungan telepon. Kemudian aku pun segera membereskan rumah Alina yang beberapa hari ini tidak di tempati. Aku membuka semua jendela dan mulai membersihkannya. Lalu aku dan Aksa gegas mempersiapkan surprise yang kami telah rencanakan. Aksa sangat semangat sekali melakukannya.
Ting.. Tong..
Loh siapa yang datang? Apa mereka telah sampai? Tapi kenapa Mas Raka tidak memberitahukanku?
...
Bersambung
padahal ceritanya menark
entar tau rasa loh lakinya cinta mati ke lin... ahhh dia egois gak mikirin perasaan temennya bahagia apa enggak