Jadilah Adik Maduku
"Jadilah adik maduku Lia!” Aku segera mendongakkan kepalaku melihat mata nya Alina dari seberang meja.
“Menikahlah dengan mas Raka!” Serunya sambil menggenggam tanganku. Sontak akupun melepaskan genggamannya.
“Gak lucu Alin!” Jawabku dengan mengernyitkan dahi yang menandakan keherananku akan sikapnya Alina.
“Aku memang sedang patah hati, dan aku butuh kamu untuk berbagi, tapi kamu malah mengolokku." Sungutku sambil menoleh keluar jendela.
“Aku serius Lia!" Alina pun kembali mengambil tanganku dengan lembut, lalu mengulang kalimat yang sama, “Menikahlah dengan mas Raka Lia!” Pintanya lagi.
Dengan jengah akupun ingin menarik lagi tanganku, namun Alina masih menahannya.
“Aku mohon Lia!” Alina menampilkan wajah memohonnya kepadaku, persis sama saat anak nya Aksa yang meminta dibelikan Es Krim kepadaku.
Akupun menoleh pada Alina dan memajukan badanku ke arahnya.
“Kamu kenapa sih Lin? Lagi marahan sama mas Raka?" Tanyaku kemudian.
“Enggak Li, kami gak ada masalah apa-apa, kami baik-baik saja Li." Alina menggeleng kan kepalanya.
“Trus kenapa kamu ngomongnya ngaur sih?” Aku sungguh heran dengan sikap Alina. Tidak biasanya dia seperti ini.
Alin yang ku kenal adalah wanita lembut yang sangat bijaksana dalam berkata. Makanya setiap ada masalah aku selalu mencurahkannya pada Alina. Aku merasa tenang saat berada di dekatnya. Berada di disisi nya merupakan kebahagiaan bagiku yang selalu butuh tempat untuk mengadu.
“Aku menyayangimu Li, seperti saudaraku sendiri dan kamu tahu itu. Aku akan senang sekali jika kamu tinggal bersama kami. Toh dari dulu kita juga sering berbagi, Aku gak mau kamu bersedih memikirkan Bara yang telah menyakitimu!” Jawab Alina dengan kata-kata manisnya.
“Hahaha..” Ntah kenapa penuturan Alina malah membuatku tertawa.
“Kamu ini ada-ada saja, masa karena aku baru patah hati jadi harus kau berikan aku suamimu sebagai pengganti?” Akupun mengelus lembut tangannya Alina.
Alina kemudian menarik ku agar lebih dekat kepadanya. Dia pun memegang ke dua tangan ku dengan ke dua tangannya.
“Tapi aku akan senang sekali jika kamulah yang menjadi adik maduku!” Jawabnya sambil tersenyum Manis.
Aku menepis tangan Alina. “Kamu udah Gila ya!” jawabku sekenanya.
“Wait, apa mas Bima ingin menikah lagi?” Tatapanku melebar sambil menganga.
“Dengan siapa? Kenapa? Kok bisa?” Aku tak percaya dengan apa yang ku katakan barusan.
“Gak Melia!” Alina menggeleng cepat.
“Gak mungkin kan, dia itu sangat mencintaimu, sangat Bucin juga malah sama kamu!” Akupun membenarkannya.
Mas Bima adalah kekasih pertama nya Alina sejak SMA. Hanya Mas Raka lah yang mampu menaklukkan hati seorang Alina Nur Azizah, dan hanya Mas Raka satu-satunya lelaki yang hinggap di hatinya Alina hingga saat ini, tentunya.
Lalu aku berbalik menatapnya, “Trus kamu kenapa dari tadi jadi aneh begini' ngomongnya?” Aku pun jadi ingin tahu.
“Aku hanya akan bahagia jika kamu mau menjadi adik maduku Lia!” dia berucap sambil mengembangkan senyumnya.
Aku berusaha menelisik mata Alina, mencari jawaban dari keanehannya. Namun aku tidak bisa membaca raut mukanya.
“Udah ah, kamu sangat aneh hari ini, aku capek! Mana harus balik kerja lagi!" Aku mengambil ponselku dari atas meja dan memasukkannya ke dalam tas tanganku.
Bukannya Aku tak peduli dengan Alina, hanya saja aku yang memang sedang banyak masalah tidak mampu untuk berpikir lebih jauh.
Aku lekas berdiri dan melihat Alina yang sedang menunduk, “Udah Alina, balik yuk, kamu aku antar sekalian," aku pun menarik tangannya.
“Aku masih ada perlu Li, mau belanja dulu ke Supermarket," sambil tersenyum Alina melepas tanganku.
“Yaudah duluan gih!” Alina mendorongku lembut.
"Beneran nih? Nanti kamu bisa pulang sendirian?" Aku pun sengaja menggoda Alina.
"Eamangnya aku anak kecil? Udah sana". Jawab Alina.
“Ok deh, thanks ya udah nemenin aku. Bye..” Akupun memeluk Alina dan berlalu dari Cafe tersebut.
Tanpa ku sadari ada sepasang mata menatapku sendu.
***
Saat berada di lampu merah diperjalanan menuju tempat kerjaku, aku sempat memikirkan Alina. Wajahnya tak bisa ku tebak, ‘Sebenarnya ada apa dengan Alina? Kenapa dia ngomongnya hari ini ngaur yah?’ batinku.
Sesaat aku memejamkan mata, dan bayangan Bara pun tiba-tiba ada disana. Ah aku pun refleks memukul kemudi.
Flashback sekitar dua jam yang lalu, aku menerima pesan masuk dari nomornya Bara.
[Dear Melia sayangku, aku bahagia selama Kita bersama. Kamu adalah cinta terindah untuk ku. Namun sepertinya Kita tak mungkin bersama untuk selamanya. Maafkan aku, pergilah cari kebahagiaanmu. Aku harus menempuh jalan lain untuk menjalani hidupku. Maafkan aku sayang!]
Aku terpaku, tak mengerti apa maksud dari pesan Bara. Awalnya ku kira pesan cinta, eh malah diakhiri dengan kata maaf. Aku pun lekas menghubunginya, namun nomornya sudah tidak aktif. Aku membalas chat dari Bara, menanyakan apa maksud dari pesannya, namun sayang pesan tersebut hanya sampai centang satu saja, sepertinya nomorku pun telah diblokirnya.
'Apa salahku Bar?' Aku hanya membatin tanpa tahu jawabannya. Ia seolah membiarkanku menggantung tak tentu arah.
Sebab inilah aku pun menangis Dan mencurahkan isi hatiku pada Alina, sahabat baikku. Namun sepertinya pertemuan kami hari ini bukanlah saat yang tepat untuk Alin.
Maafkan aku Lin, mungkin masalahmu lebih besar dari masalahku. 'Ah besok aku akan menemui Alina lagi!' pikirku.
"Oh come on Li, kamu pantas bahagia!" aku pun meyakinkan diri sendiri bahwa semuanya baik-baik saja. Berusaha menerima keadaan yang ada.
***
Saat pagi menyapa, aku kuatkan diri untuk berwudhu dan menjalankan kewajiban, sekalian aku masih ingin mengadu pada Tuhan.
'Ah Baraku,' lelaki yang selalu sabar menghadapiku dan sangat mencintaiku. Tak pernah sekalipun dia marah ataupun mengeluh. Membayangkan senyumnya yang tampan selalu menjadi canduku. Setiap pelukannya selalu menenangkanku. Saat ini entah mengapa aku makin merindukannya. 'Dimana kekasihku itu?' pikiranku hanya dipenuhi oleh sosoknya.
"Apa aku harus menemuinya? Tapi dia telah membuangku!" sergahku sambil menutup muka dengan telapak tanganku.
***
Hari ini aku memberanikan diri menemui Bara dikantornya. Aku yakin hari ini dia pasti ada dikantor. Bagaimanapun juga aku harus mengetahui kejelasan hubungan kami saat ini juga.
Sesampainya di perusahaan tempat Bara bekerja, aku langsung memarkir mobil dan bergegas kebagian resepsionis.
"Hi mbak Indah," sapaku pada mba Indah yang bekerja di meja resepsionis depan dimana Bara bekerja. Aku memang sudah hapal tempat ini begitupun mbak Indah yang sudah mengenalku.
"Eh ada mbak Melia," sambutnya sambil tersenyum padaku.
"Pak Bara nya ada di dalam mbak?" aku langsung menanyakan Bara pada mbak Indah.
"Lho mbak Lia nya gak tau, kan pak Bara nya lagi kerja di luar kota untuk sementara," sahut mbak Indah yang terlihat kaget dengan pertanyaanku. Dari ekspresinya, Aku tahu pasti mbak Indah bingung kenapa aku sebagai kekasih dari atasannya tidak mengetahui tentang kepergiannya itu.
Aku pun tersenyum kikuk pada wanita yang berponi itu sembari menyembunyikan rasa maluku, karena ketidaktahuan akan kepergian nya Bara ke kota yang lain.
"Oh gitu, makasih ya mbak." sahutku dan buru-buru pergi dari sana secepat mungkin dan meninggalkan mbak Indah untuk menghindari percakapan lebih lanjut.
Bugh..
...
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Aldi Siswanto
i
2023-11-30
0