Gleen Fernando, sosok pria yang selalu terlihat ceria, padahal hatinya menyimpan banyak luka. Dari kecil, dia tak pernah mendapatkan kebahagiaan, karena dia adalah korban penculikan saat dirinya masih bayi. Sehingga dia dikira telah mati.
Setelah dewasa, dia tumbuh sebagai seorang penipu ulung, memanfaatkan ketampanannya untuk mendapatkan uang dengan cara menipu para korban. Kemudian dia bergabung dengan seorang detektif dalam mengungkapkan banyak kasus.
Sebuah insiden saat dirinya dalam melakukan sebuah penyamaran, membuat dia akhirnya bertemu dengan keluarganya yang sesungguhnya.
Siapa sangka dia ternyata adalah seorang pewaris yang telah kembali, dia pasti akan menghancurkan siapapun yang telah terlibat ke dalam peristiwa penculikan atas dirinya dan juga pembunuhan terhadap ibunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Tangan Gleen terkepal begitu mendengar suara Robert dengan sangat jelas, ingin sekali dia menghajar pria itu dan bertanya kepadanya, mengapa pria itu begitu tega ingin membunuh dirinya ketika dia masih bayi?
Namun, dia harus bisa menahan diri, karena tujuannya saat ini bukan hanya untuk balas dendam saja, dia juga harus tahu siapa kedua orangtuanya, apakah orang tuanya masih hidup atau tidak. Setidaknya dia bisa menemukan jati dirinya, siapa dia yang sesungguhnya.
Gleen yakin Robert pasti sangat mengenal kedua orangtua kandungnya, sehingga pria itu ingin melenyapkannya.
Kini Felicia, Arsen, Alvin, dan Robert pun telah berada di kursi sofa, mereka sedang sibuk membicarakan rencana pernikahan Felicia dan Alvin, walaupun sebenarnya Felicia nampak tidak tenang karena takut pria yang sedang bersembunyi di kolong meja kerjanya berbuat ulah.
Rasanya mengapa Felicia seakan sedang memiliki selingkuhan saja, padahal dia dan Gleen tak memiliki hubungan apapun, walaupun mereka pernah melakukan berhubungan int-im, tapi mereka melakukannya bukan berdasarkan cinta, melainkan sebuah kekhilafan.
"Bagaimana kalau konsep undangan pernikahan kita seperti ini? Sangat bagus dan keren sekali." Alvin memperlihatkan konsep undangan pernikahan di laptopnya kepada Felicia, disini dia yang nampak lebih bersemangat, mungkin karena dia benar-benar ingin segera menikah dengan wanita yang dicintainya itu.
"Hm terserah kamu saja." Felicia hanya melirik sebentar ke arah laptop, dia sama sekali tak bersemangat dengan rencana pernikahan itu.
"Apa orang tuanya Milea sudah kembali ke Filipina?" tiba-tiba saja Arsen bertanya tentang kabar orang tua dari mendiang teman putrinya itu.
Hal tersebut seketika membuat Alvin menjadi salah tingkah, tapi dia berusaha untuk membuat dirinya terlihat rilex.
"Ya, Om Baim dan Tante Sena sudah kembali ke Filipina. Hanya saja aku masih belum percaya kalau Milea meninggal karena bunuh diri." lirih Felicia, dia menjadi merasa sedih kembali mengingat nasib tragis temannya itu.
"Lebih baik kamu fokus dengan pekerjaan kamu dan juga ke rencana pernikahan kamu dengan Alvin. Biarkan Milea tenang di alam sana. Kamu juga sudah mendengar sendiri bukan bahwa di rumahnya Milea tidak ada sidik jari siapapun selain Milea dan hasil autopsi sudah meyakinkan?" Arsen mencoba untuk menasehati Felicia untuk tidak terlalu memikirkan temannya yang sudah meninggal itu.
"Mungkin saja Milea bunuh diri karena kekasihnya tidak ingin bertanggungjawab." sambung Arsen kembali.
Sebenarnya jika Milea mati karena bunuh diri memang masuk akal dengan segala bukti yang ada dan berdasarkan hasil dari autopsi, tapi tetap saja Felicia tak dapat mempercayainya, dia masih ingat betul ketika Milea memintanya untuk bertemu dengannya dan melarang Felicia untuk memberitahu siapapun bahwa mereka akan bertemu, membuat hati Felicia bertanya-tanya tentang hal penting apa yang ingin Milea katakan padanya.
Kemudian Arsen menepuk pundak Alvin, dia mengatakannya dengan begitu bangga, "Karena itulah kamu sangat beruntung, Felicia. Karena kamu akan menikah dengan pria sebaik Alvin, yang begitu sabar dan perhatian padamu. Sekarang kamu paham kan mengapa papa ingin menjodohkan kamu dengan Alvin? Karena papa tidak ingin kamu bertemu dengan seorang pria seperti kekasihnya Milea, yang sama sekali tidak ingin bertanggungjawab terhadap bayi yang dikandungnya."
Alvin pura-pura tersanjung mendengar pujian yang dilontarkan oleh calon mertuanya, padahal sebenarnya dia juga merasa tersindir ketika Arsen menyinggung soal kekasihnya Milea yang tak mau bertanggungjawab.
Robert mencoba untuk mencairkan suasana, dia tertawa kecil mendengar Arsen memuji anak kesayangannya itu, "Dari kecil aku selalu mendidik Alvin agar Alvin tumbuh dewasa menjadi seorang pria yang baik dan bertanggung jawab. Jangankan untuk melukai seorang wanita, melukai semut pun Alvin tak berani."
Arsen ikut tertawa, "Seperti dirimu, Robert. Kamu adalah orang yang sangat baik, bahkan aku masih ingat dulu kamu rela terluka demi menyelamatkan seekor anjing, jangankan untuk menyakiti manusia, melihat bintang terluka pun kamu tak sanggup."
Robert menggapi perkataan Arsen. "Begitulah jiwa seorang dokter, aku pasti akan mencoba menyelamatkan nyawa siapapun yang sedang sekarat di depan aku. Sudah lama aku meninggalkan profesi yang mulia itu, tapi walaupun begitu, aku masih berusaha untuk bisa membantu masyarakat dengan penghasilan yang aku miliki."
Gleen yang sedang bersembunyi di kolong meja, dia rasanya ingin tertawa mendengar pembicaraan Robert dan Arsen, sepertinya calon besannya begitu sangat mempercayai Robert sampai memujinya seperti itu.
Mungkin bagi orang lain Robert adalah seorang malaikat, tapi bagi Gleen, Robert adalah seorang iblis, bahkan lebih mengerikan dari iblis, begitu teganya dia ingin membunuh seorang bayi laki-laki yang baru saja dilahirkan ke dunia ini.