Tentang Jena, wanita malang yang lahir dari hasil perselingkuhan. Dulu, ayahnya berselingkuh dengan seorang pelayan dan lahirlah Jena.
Setelah ibunya meninggal, ayahnya membawanya ke rumah istri sah ayahnya dan dari situlah penderitaan Jena di mulai karena dia di benci oleh istri ayahnya dan juga Kaka tirinya.
selama ini, Jena selalu merasa sendiri. Tapi, ketika dia kuliah dia bertemu dengan Gueen, dan mereka pun bersahabat dan lagi-lagi petaka baru di mulai, di mana tanpa sengaja dia tidur dengan Kaka Joseph yang tak lain kakanya. Hingga pada akhirnya Jena mengandung.
Dan ketika dia mengandung, Josep tidak mau bertanggung jawab karena dia akan menikah dengan wanita lain. Dan kemalangan menimpa Jena lagi di mana dokter mengatakan bahwa bayi yang di kandungnya mengandung down sydrome.
Dan ketika mengetahui Jena hamil, Joseph menyuruh Jena untuk mengugurkan anak mereka, tapi Jena menolak dan lebih memilih pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
3
''Soraya ... Soraya!" panggil Kalindra ia menepuk-nepuk pipi Soraya, wajah Kalindra langsung memucat ketika melihat wajah Soraya yang sudah sangat memutih.
"Soraya!'' teriak Jena dari arah belakang, semua begitu terkejut ketika melihat kondisi Soraya, begitu pun dengan Helmia.
Tubuh Helmia langsung melemas saat melihat gudang yang berada di belakang tubuh Soraya, seketika dia menyadari bahwa selama 4 hari ini Soraya diam di sana.
“Cepat bawa ke rumah sakit!" teriak Helmia dan sekarang, dia menjadi orang yang paling panik ketika melihat Soraya seperti ini, hingga dengan cepat Kalindra pun langsung bangkit kemudian membopong tubuh adiknya, hingga Mereka pun langsung membawa Soraya ke rumah sakit.
***
Helmia berdiri di depan pintu, dia terus menatap ke arah jendela, tatapan matanya terus melihat ke arah dalam, di mana saat ini Soraya sedang ditangani oleh dokter.
Sedangkan yang lain menunggu di ruang tunggu yang ada di bawah, sebab hanya ada satu orang yang diperbolehkan untuk berada di sekitar ruang rawat Soraya, apalagi ini sudah sangat malam..
Awalnya kalindra yang ingin menunggu adiknya, tapi malah Helmia yang lebih dulu naik.
Saat melihat ke arah Soraya yang sedang di tangani oleh dokter, jantung Helmia terasa diremas, membayangkan bagaimana selama 12 tahun ini putrinya kesepian, membayangkan bagaimana sakitnya Soraya ketika dia melabrak dan menuduh Soraya menggoda Zico.
Dan tak lama dokter pun keluar dari ruang rawat Soraya, hingga Helmia menegakkan tubuhnya. “Bagaimana keadaan putriku, dok?” tanya Helmia, dia bertanya dengan tidak sabar.
“Putri anda sepertinya mengalami dehidrasi, dan penyakit magh, dan kami akan terus memantau kondisi pasien.” Mendengar itu hati Helmia terasa remuk, seandainya dia tidak egois dan tidak merasa gengsi, sudah dipastikan Soraya tidak akan seperti ini
“Bolehkah aku menemuinya?” tanya Helmia.
“Silakan Nyonya." Setelah itu, dokter pun pergi depan ruangan Soraya, hingga Helmia langsung masuk ke dalam ruangan Putri angkatnya
Setelah di dekat Brangkar, helmia langsung menarik kursi, kemudian dia mendudukkan diri di sebelah Soraya, dia menatap wajah Putri angkatnya dengan lekat, wajah Soraya begitu tirus, tubuhnya begitu kurus.
Walaupun Soraya sedang memejamkan mata, Heilmia bisa melihat, jejak kesedihan di wajah Putri angkatnya.
Perlahan, Helmia menggenggam tangan Soraya. “Mommy berjanji, Mommy tidak akan lagi mengabaikanmu," ucap Helmia dengan suara pelan, dan ketika mengatakan itu dia merasakan rasa lega yang luar biasa, karena wanita itu sudah melepaskan ego dan gengsinya.
Beberapa jama kemudian
Soraya mengerjap-ngerjapkan pandanganya pertanda sebentar lagi akan membuka mata, dan beberapa saat berlalu wanita, malang itu membuka mata dengan perlahan.
Ketika membuka mata, Soraya langsung memejamkan matanya kembali karena merasa silau, sejenak Soraya tidak mengingat apapun otak wanita cantik itu blank, hingga beberapa saat kemudian Soraya membuka matanya ketika mengingat bahwa sebelum dia tidak sadarkan diri, dia mendengar Kalindra memanggilnya.
Soraya semakin membulatkan matanya ketika dia menyadari bahwa dia sedang berada di rumah sakit, dan tak lama terdengar suara pintu terbuka hingga dengan pelan, Soraya menoleh. Nafas Soraya terasa tercekat ketika melihat siapa yang masuk, siapa lagi jika bukan Helmia, karena tadi Helmia sempat keluar lalu masuk lagi kedalam.
Dada Soraya kembang kempis, rasa takut menggelayutinya, dia belum siap mendengar kata-kata yang menyakitkan lagi dari Helmia. Jika saja dia bisa berlari, Mungkin dia akan berlari secepat mungkin menghindari ibu angkatnya.
"Soraya!" panggil Helmia ketika melihat Soraya sedang menatapnya.
Soraya terpaku ketika Helmia memanggilnya dengan nada suara yang begitu halus, 'Tuhan, jika ini mimpi, tolong jangan bangunkan aku!" Soraya membatin, sungguh dia amat merindukan Helmia memangiilnya dan menatapnya seperti ini.
"Soraya!" panggil Helmia lagi ketika sudah berada di dekat berangkar, dan lagi-lagi, Soraya cukup terkejut ketika Helmia memanggilnya, dia pikir ini mimpi, tapi ternyata dia salah, ini nyata, ibunya memanggilnya dan menatapnya seperti dulu.
"Kauh haus hm?" tanya Helmia hingga Soraya tersadar, dia pun mengangguk pelan dan dengan cepat, Helmia langsung membantu Soraya untuk minum.
Sesudah Soraya minum, Helmia Langsung mendudukan diri di sebelah berangkar, hingga Soraya langsung menundukan pandangannya. Dia tidak sanggup menatap Helmia.
Hingga tak lama, tubuh Soraya tersentak ketika merasakan tangannya di genggam oleh Helmia, hingga dia dengan refleks menoleh ke arah ibu angkatnya.
“Kau pasti sangat kecewa pada Mommy.”
Nyes.
Mendengar kata itu, Soraya langsung menangis, bagaimana tidak, mendengar Helmia menyebut dirinya sendiri dengan sebutan Mommy adalah hal yang paling Soraya tunggu.
“Kau pasti sangat marah, kan, pada mommy?" Tanya Helmia lagi, hingga dengan pelan Soraya menggeleng dan Helmia pun bangkit lalu membungkuk dan memeluk Soraya dan ketika dipeluk oleh Helmia tentu saja tubuh Soraya gemetar, selama 12 tahun menunggu akhirnya dia bisa lagi dipeluk oleh ibunya.
“Maafkan Mommy, Soraya. Maafkan Mommy," lirih Helmia dan, mendengar itu, membuat tangis Soraya semakin mengencang.
“Tuhan, aku tidak butuh apapun lagi, cukup Mommy memelukku saja itu sudah cukup," batin Soraya.
“Mommy!" Panggil Soraya ketika Helmia y sudah melepaskan pelukannya.
“Hmm, Mommy di sini, mami tidak akan lagi meninggalkanmu, kami tidak akan lagi membiarkanmu sendiri lagi.”
Mendengar itu, dengan cepat Soraya langsung menggenggam tangan ibunya, dia menggenggam tangan Helmia begitu erat dan tak lama, Kalindra masuk ke dalam ruangan.
Rupanya, dia sudah tidak sabar untuk menemui adiknya hingga dia hingga dia memutuskan untuk naik, walaupun tanpa izin pihak rumah sakit.
Dan ketika melihat kakaknya masuk, Soraya menggenggam tangan Helmia semakin erat, karena dia takut pada kakaknya
“Mom, bisa aku berbicara dulu dengan dia?” tanya Soraya.
“Tidak mau, jangan tinggalkan aku," ucap Soraya dengan suara pelan.
“Berbicaralah, Mommy tunggu di luar," ucap Heilmia, hingga kini di ruangan itu ada Soraya dan kalindra saja.
Soraya langsung memejamkan mata sungguh Dia sangat takut dengan kakaknya. “Kau tahu betapa murkanya Kakak saat ini?" tanya Kalindra yang langsung berbicara.
”Maaf." Soraya ingin sekali menangis ketika nada Kalindra terdengar sangat dingin. Padahal dia baru saja merasakan senang karena Helmia sudah berubah, tapi sekarang kakaknya malah seperti ini
Kalindra mendekat ke arah brangkar, kemudian dia mengelus rambut Soraya. Hingga Soraya langsung membuka mata, dia pikir kakaknya akan marah. Tapi, ternyata tidak.
“Berhenti bersikap bodoh, apa kau tahu selama 5 tahun ini kakak tidak pernah hidup tenang," ucap Kaliandra membuat Soraya menggigit bibirnya.
“Jadi Kakak tidak marah?" Tanya Soraya, membuat Kalianda berdecak.
“Kaka sekarang masih mengampunimu. Tapi, jika kau berbuat bodoh lagi, maka kau akan habis," ucap kalindra. Dan sedetik kemudian dia langsung membungkuk kemudian memeluk adiknya.