Kakak laki-lakinya disandera oleh bos gangster karena tidak bisa membayar hutang setelah kalah dalam pemainan judi. Adik perempuannya dijual untuk dinikahkan dengan pria yang sedang koma.
Seperti sebuah kutukan, dia menyebrang dan menjadi adik perempuan itu.
Dan di dalam kisah ini dia bukan protagonisnya. Setelah terbangun dari koma, suaminya mengajukan cerai.
Ketika dia melihat nominal tiga ratus juta yang menjadi harta gono-gini bagiannya. Tanpa nostalgia, dia menandatangani surat perceraian itu dalam satu tarikan nafas.
Saat dia hendak berbalik badan, suaminya yang akan segera menjadi mantan suami itu merobek surat cerai yang baru dia tandatangani dan berkata. "Tiga ratus juta setiap bulan selama kau masih menjadi istriku."
Dengan spontan dia berbalik badan, senyum ribuan watt di wajahnya. "Suamiku~~"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chu Seldom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Tas dan Pesta Bikini
"Hoek..."
Lun Li memuntahkan isi perutnya ke dalam tasnya dengan perasaan yang campur aduk, ketika dia tidak lagi dapat menahan keinginannya, dia secara reflex menjadikan tasnya sebagai kantong muntahan agar tidak mengotori mobil atau tidak sengaja memuntahi Jiang Yi, karena dia tahu jika pria itu sedikit mengidap germophobia. Tidak dapat dia banyangkan jika muntahannya mengenai pria itu, tapi yang jelas dia tahu jika sampai hal itu terjadi, penilaian pria itu terhadap dirinya akan menurun. Atau bisa-bisa pria itu akan melemparnya keluar lewat jendela. Lun Li tidak ingin mengalami salah satu dari keduanya.
Setelah perutnya kosong dan tidak ada lagi yang dapat dia muntahkan, Lun Li menerima botol air yang di sodorkan oleh Jiang Yi dan berkumur lalu mengelap bibirnya dengan tissu, sebelum dia menyandarkan tubuhnya dengan lemah.
"Haah." dia mendesah lesu sembari menatap tasnya yang sekarang sudah berada di tempat sampah. Selain tas itu harganya mahal dia sedikit menyukai modelnya, rencananya dia akan memakainya beberapa kali lalu menjualnya di toko pre-loved setelah dia bosan. Walaupun nantinya hanya akan dihargai setengah harga, dia tidak akan membenci uangnya. Tapi sekarang tas itu sudah tidak dapat dijual. Atau dia bisa mencucinya...
"Beritahu asisten Meng, dia kan mengirimkan tas yang baru." Jiang Yi berkata, dia dapat memahami isi hati wanita itu. Lun Li sangat menyayangi barang-barangnya, terutama barang yang mahal harganya. Pasti adalah keputusan yang berat untuk menjadikannya sebagai kantong muntah. Dia memahami itu.
Bukan karena Jiang Yi ingin menyenangkan hati wanita itu, alasannya mau memberikan ganti rugi cukup simpel, ketika wanita itu mengalami kerugian berada di sekitarnya akan terasa seperti neraka. Mulut wanita itu sangat cerewet apalagi ketika hatinya tidak senang. Dia bisa mengomel sepanjang hari, Jiang Yi punya banyak pengalaman tentang hal itu. Memikirkan telinganya yang akan menderita, lebih baik dia kehilangan beberapa dollar untuk membeli tas baru.
Tapi bukannya bersyukur Jiang Yi bersedia mengganti kerugiannya, Lun Li malah melemparkan tatapan tajam kepadanya.
Kenapa pria itu berlagak seolah dia adalah orang yang behati besar di sini dan dia adalah wanita kekanakan yang merajuk hanya karena sebuah tas! Enak saja, jelas-jelas pria itu yang bersalah, jika sejak awal dia membiarkan mobil berhenti, dia tidak perlu mengorbankan tasnya!
Sungguh, Lun Li menjadi marah. Seharusnya dia tidak usah berbaik hati dan memikirkan pria itu dan muntah saja pada baju pria itu.
Akan tetapi meskipun dia sedang marah, Lun Li adalah orang yang tunduk kepada uang, akhirnya dia memilih untuk diam dan memejamkan matanya.
Jiang Yi merasa tidak terbiasa dengan Lun Li yang langsung menyerah, biasanya wanita itu akan maju satu mil ketika diberi satu centi, merogoh jantung jika diberi hati. Mustahil dia sudah puas hanya dengan satu tas saja dan tidak meminta satu set koleksi lengkap.
Jiang Yi menoleh dan terkejut ketika dia melihat wanita itu terkulai lemas dengan wajah pucat. Dia buru-buru mengecek keadaannya dan bertambah khawatir ketika merasakan tubuh wanita itu terasa dingin. "Lili." dia mengguncang lengan wanita itu tapi tidak ada jawaban. Wanita itu pingsan.
"Rumah sakit paman Li." Jiang Yi berseru. Dia belum pernah melihat Lun Li seperti itu, wanita itu biasanya enerjik dan selalu mengoceh. Melihatnya yang diam dan tidak bergerak seperti itu, Jiang Yi tanpa sadar panik.
Paman Li yang juga menyadari ada yang salah dengan Lun Li, segera berganti jalur menuju ke rumah sakit.
Begitu mereka sampai di rumah sakit, mereka sudah ditunggu oleh tim dokter dan perawat yang langsung sigap membawa Lun Li dengan stretcher begitu pintu mobil di buka. Jiang Yi sudah menghubungi pihak rumah sakit sehingga Lun Li bisa langsung ditangani begitu mereka sampai.
Lun Li tersadar karena rasa sakit pada perutnya samar-samar melihat ada banyak orang yang mengelilinginya, dan mereka bergerak. Dia melihat mulut mereka bergerak tapi telinganya tidak dapat mendengar, hanya ada suara berdenging seperti sekawanan lebah yang membuatnya semakin tidak nyaman. Kemudian dia kembali pingsan.
Ketika dia tersadar lagi, dia menyadari dirinya berada di rumah sakit, udara beraroma antiseptik yang memberitahunya. Dia mengedarkan pandanganya dan menemukan Jiang Yi duduk di samping ranjangnya dengan kepala menunduk sedang membaca sebuah dokumen.
"Yiyi." dia memanggil lirih, tenggorokannya kering dan dia merasa haus. Tapi ketika pria itu mengangkat kepalanya dan dia melihat wajahnya, dia kaget dan matanya membesar. Dia merasa pria itu tampak lebih tampan...
Lun Li menggeleng dan ekspresinya kembali normal.
Jiang Yi menutup dokumen yang sedang dia baca dan meletakkannya pada meja kecil disampingnya lalu menekan tombol untuk memanggil dokter.
Tidak lama kemudian dokter datang dan memeriksa keadaanya, dari situ dia mengetahui jika dia telah keracunan makanan dan perutnya sudah dikuras, besok pagi dia sudah bisa pulang.
"Keracunan makanan?" Lun Li bergumam. Itu aneh, dia tidak punya perut ringkih yang akan keracunan karena makanan pinggir jalan. Hari ini dia juga tidak makan sembarangan, dia sarapan pagi dengan makanan buatan koki yang kebersihannya terjamin, makan siang di restoran ayam Lun Ying, dia sudah pernah memakannya sebelumnya dan baik-baik saja, selain itu Jiang Yi juga memakan makanan dari restoran Lun Ying dan dia baik-baik saja, jadi jelas bukan karena itu. Lalu dia makan malam di hotel bintang lima, lebih tidak mungkin lagi kalau karena itu.
Apakah dia punya alergi? tidak, kalau alergi dokter tidak akan mengatakan dia keracunan makanan. Dua hal itu adalah hal yang berbeda.
"Yiyi kita memakan makanan yang sama, kenapa hanya aku yang sakit?" dia tidak bisa menahan diri tapi memprotes.
"Aku tidak makan pie apel." Jiang Yi menjawab pendek, dia melanjutkan membaca dokumen.
"Issh.." maksud Jiang Yi jelas sekali, seseorang telah melakukan sesuatu pada pie apel yang dia makan setelah makan malam. Tapi kenapa?
Tentu saja karena tidak senang dengannya! Lun Li menggerutu.
"Siapa yang melakukannya, paman ketiga?" dia menebak. Selama makan malam hanya keluarga paman ketiga yang paling kelihatan memusuhinya.
"Bukan."
Lun Li mengernyit. Kalau bukan paman ketiga lalu siapa lagi. Ahhh, sebal. Padahal dia baik hati dan tidak sombong serta berbakti kepada orang tua, tapi kenapa masih ada orang yang ingin mencelakainya.
"Yiyi apa kau harus menjadi biksuni agar selamat.. bukan aku, tapi kamu Yiyi. mereka menargetkan ku karena kamu!" Lun Li menjadi kesal ketika dia menyadari jika sumber dari semua masalahnya adalah pria itu. Dia mendengus dan mengerutkan hidungnya kepada pria itu.
Jiang Yi mengakui jika apa yang Lun Li katakan memang benar. Hanya saja rasanya tidak enak ketika wanita itu mengatakannya secara langsung.
"Yiyi kamu juga merasa bersalah, kan?. Jadi.. sebagai kompensasi..."
"Asisten Meng memenangkan beberapa set perhiasan pada lelang di luar negeri. Kalau kau suka kau boleh memilikinya." ucap Jiang Yi tanpa mengalihkan matanya dari dokumen di tangannya.
"Oh." Lun Li mengangguk, pura-pura terpaksa tapi sebenarnya dia senang. Perhiasan di tempat lelang pasti mahal, sepasang anting mutiara saja bisa mencapai beberapa ratus juta, kalau memilikinya lebih dari satu set dia tidak perlu lagi takut kekurangan uang setelah bercerai nanti. Hehe...
Lun Li meneguk habis segelas air hangat yang dituangkan oleh Jiang Yi, kemudian merebahkan tubuhnya dan menatap langit-langit ruangan sambil membayangkan kehidupan setelah perceraian.
Dia ingin membeli villa di pesisir pantai, memiliki kolam renang pribadi dan mengadakan beberapa kali pesta bikini dalam sebulan.. Ahh, dia akan mengundang banyak pria muda yang tampan. Tentu saja wanita cantik juga harus diundang. Menikmati pemandangan pria tampan bertelanjang dada dan wanita cantik memakai bikini adalah kenikmatan yang tidak tidak ada duanya.
Hehe.. Lun Li tertawa bodoh.
Jiang Yi mendengus melihatnya, dia tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh kepala wanita itu. Tapi yang jelas apapun itu bukan hal yang baik jika dia mengingat keinginan wanita itu untuk memiliki harem. Semua rahangnya mengetat dan dia berkata dengan galak. "Cepat tidur."
Lun Li mengerucutkan bibirnya, tidak senang karena imajinasinya diganggu. Dia ingin membantah tapi ketika melihat jam sudah menunjuk lebih dari tengah malam, dia segera bersiap untuk tidur.
Ruangan menjadi hening, hanya kadang-kadang terdengar suara kertas yang dibalik oleh Jiang Yi, tapi semua itu tidak mengganggu Lun Li untuk tidur dengan pulas.
Setengah jam kemudian Jiang Yi sudah selesai dengan pekerjaannya. Melihat Lun Li yang tidur pulas dia menghela nafas. Wanita itu, sejak kehadirannya dihari pertama, telah membuat hidupnya tidak lagi tenang. Selalu berisik. Tapi jika dibandingkan dengan hidupnya yang flat dan monoton, Jiang Yi tidak ingin kembali lagi ke sana.