365 Metode: Mengejar Istri Mata Duitan
Satu, dua, tiga...
Lun Li menghitung tiga lembar uang ratusan yang tersisa di dalam dompetnya. Uangnya tinggal tiga ratus ribu padahal masih dua puluh hari lagi dia baru akan menerima uang dari perusahaan asuransi.
Dia menyugar rambutnya yang tergerai berantakan dan tidak sempat disisir karena dia terlalu sibuk menyelesaikan naskah yang harus segera dikirim sore ini juga. Lun Li berpikir apakah dia harus mengajukan pinjaman online lagi, tapi kemudian dia menggeleng dengan keras, "Tidak. Tidak. Tidak!"
Berdasarkan pengalamannya beberapa bulan yang lalu, dia hampir saja kehilangan semua uang bulanannya karena harus membayar bunga hutang yang tingginya hampir dua kali lipat dari besar uang yang dia pinjam. Dan dia tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Pinjaman online benar-benar harus dijauhi atau dia akan menghantui mu seumur hidup.
Tapi uangnya tinggal tiga ratus ribu, setelah membayar tagihan listrik dan air, dia hanya akan punya sisa seratus lima puluh ribu. Jika dia membelanjakan uang itu untuk membeli mie instan dua puluh bungkus dan empat puluh butir telur dia masih bisa makan tiga kali sehari selama dua puluh hari, tapi sabun mandinya tinggal setengah batang dan shampoo-nya sudah habis untuk keramas tadi pagi.
"Argh!" dia ingin membanting kalkulator tapi urung dia lakukan karena dia tidak akan mampu untuk membeli yang baru.
"Hah..." dia menghela nafas, merasa sangat frustasi memikirkan cara untuk mengalokasikan uang tiga ratus ribunya agar bisa bertahan sampai akhir bulan.
Dua tahun yang lalu dia adalah putri kesayangan kedua orang tuanya, hidup di dalam istana yang besar dan megah, semua keinginannya akan terpenuhi hanya dengan mengangkat jarinya. Tapi siapa yang tahu jika roda kehidupannya akan berputar dengan curam, kedua orang tuanya tiba-tiba meninggal dalam kecelakaan pesawat dan keluarganya jatuh bangkrut. Istananya dijual dan dia pindah ke apartemen yang luas keseluruhannya tidak lebih besar dari kamar mandinya yang dulu. Uang yang awalnya tidak pernah menjadi masalah untuknya, sekarang membuatnya pusing karena jumlahnya yang sedikit.
Dia yang awalnya positif dengan keyakinan ijazah luar negerinya bisa membuatnya mudah mencari pekerjaan. Namun setelah dua bulan, IPK-nya yang tinggi, transkrip nilainya yang dipenuhi dengan huruf A dan A+ serta kemampuannya berbicara dalam empat bahasa malah membuatnya di tolak sana-sini. Perusahaan-perusahaan besar tidak mau memperkerjakannya dengan alasan dia tidak punya pengalaman, sedangkan perusahan-perusahan menengah ke bawah menolaknya karena menganggap kualifikasinya terlalu tinggi. Dan pada akhirnya dia melempem dan pasrah. Lalu bergantung sepenuhnya pada uang asuransi setiap bulannya.
Tapi, dia yang tidak tahu bagaimana cara berhemat, uang asuransi yang seharusnya cukup untuk menghidupi satu keluarga kelas menengah yang terdiri dari lima orang anggota semala satu bulan, menjadi sangat pas-pasan untuk menghidupi dirinya yang hanya satu orang.
Ditambah lagi dia gampang termakan oleh iklan dan tanpa pikir panjang mengajukan pinjaman online karena tergoda dengan bunga yang hanya satu persen tapi dia tidak membacanya dengan teliti dan tidak tahu jika satu persen bunga itu harus dibayar setiap hari, hasilnya, untuk melunasi hutang itu, tiga bulan ini dia tambah melarat.
Dia yang tidak tahu menahu tentang nilai guna uang sekarang jika melihat koin satu perak di jalan, dia akan mengambilnya. Dia sudah paham betul jika uang sangatlah penting dan memiliki uang akan membuat hidup lebih mudah. Itu adalah pelajaran hidup yang dia pelajari secara autodidak dan tidak akan pernah dia lupakan.
Lun Li menatap foto keluarga yang dia pajang di meja belajarnya. Di dalam foto itu, dia, ayah dan ibunya menghabiskan liburan musim panas di kampung halaman ayahnya dan berfoto di kebun kentang yang sedang panen, di belakang mereka ada gunungan kentang yang lebih tinggi dari orang dewasa.
Dia tersenyum memandangi foto itu, ingat jika ibunya terkena diare gara-gara kebanyakan makan kentang...
"Kentang! Benar kentang! Kentang lebih murah dari mie instan!" dia bersorak seperti Viking yang melihat daratan. Senangnya bukan main. Akhirnya dia menemukan jalan keluar. Tidak perlu lagi mengorbankan makanan untuk membeli sabun.
Ketika dia sedang bersiap-siap untuk pergi ke pasar, ponselnya berdering. Sebuah panggilan dari editornya.
Oh iya, dia punya pekerjaan. Dia menulis buku anak-anak, satu-satunya kemampuan yang dia miliki. Tapi sayangnya karyanya tidak terlalu terkenal dan bukunya tidak pernah sold out, jadi royalti yang dia terima sedikit jumlahnya.
Lun Li mengerutkan keningnya, merasa heran editornya menelpon. Tapi dia segera mengangkatnya, "Halo editor Hua." ucapnya.
"Ada berita baik untukmu, Pixlar ingin membeli hak cipta Katak Kecil dan Penyihir. Mereka mau membuat adaptasi film."
"Apa?" pekiknya terperanjat, dia takut salah mendengar apa yang dikatakan oleh editor Hua.
Karya pertamanya, Katak Kecil dan Penyihir tidak mendapatkan respon yang baik dari pembaca, bahkan penjualan bukunya tidak sampai dua ratus copy dan sekarang sudah di take down dari toko-toko buku. Dan mendengar Pixlar ingin membeli hak ciptanya, tentu menjadi sesuatu yang sulit dipercaya.
"Pixlar ingin membeli hak cipta Katak Kecil dan Penyihir." ulang editor Hua. "Besok kau bisa datang ke kantor untuk membicarakan kontraknya." imbuhnya kemudian.
"Ahh..." Lun Li tidak tahu harus bereaksi seperti apa terhadap hal mengejutkan itu, tapi yang jelas telpon itu berakhir setelah lima belas menit dengan pembicaraan yang berisi wanti-wanti dari editor Hua yang menyuruhnya untuk datang lebih awal dan berpakaian rapi.
"Ma, Pa, lihat Lun Li akan menjadi kaya sebentar lagi-- Akh!"
Sorak kegembiraan itu berakhir dengan teriakan kesakitan.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Anna Cuit Cuit
sepertinya menarikk.... next
2024-02-12
2
IndraAsya
👣👣👣👣
2023-11-18
0
@shiha putri inayyah 3107
mampir thoor.🤗
2023-09-13
0