"Kita tidak akan pernah berpisah," janji Damian.
Tapi janji tak semudah itu untuk ditepati, saat masih anak-anak dan sama-sama ditawan oleh penculik mereka saling memeluk erat.
Tapi beberapa tahun kemudian mereka kembali dipertemukan dan seperti orang asing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WSTM Bab 27 - Yang Paling Sedih
Mobil Helena kini telah terparkir di basement apartemen yang ditinggali oleh Aldian. Dia turun dan memeriksa semua mobil yang ada di sana, berjalan jauh sekali, berkeliling tapi tetap saja tak menemukan mobil milik Damian dimanapun.
Padahal mobil milik Aldian sudah terparkir di tempat biasa.
Huh! Nafas Helena terengah, makin gundah sendiri. Kerena ternyata kecurigaannya benar, Damian tidak benar-benar menginap di apartemen Aldian, tapi entah dimana pria itu menghabiskan malam. "Dimana kamu sebenarnya, Dam?" gumam Helena.
"Pak, aku akan menginap di hotel dekat sini. Bapak tetap di sini ya, tidur saja di mobil. Pastikan apakah besok pagi ada Damian turun dari atas," titah Helena. Dia harus menahan diri untuk tidak mendatangi unit apartemen Aldian secara langsung, karena percuma saja, Aldian pasti akan tetap membela Damian.
Pasti bersedia bohong untuk menyembunyikan keberadaan pria pujaannya tersebut.
"Baik, Nona," jawab sang supir dengan patuh.
Setelahnya Helena pilih untuk keluar dari area basement tersebut dan memanggil taksi untuk mengantarkannya menuju hotel.
*
*
Malam yang dingin itu pun akhirnya berlalu. Setelah sarapan bersama, Damian dan Ainsley meninggalkan apartemen.
Mereka tiba di rumah Ains saat waktu sudah menunjukkan jam 8 pagi. Sebenarnya Ainsley tidak masalah jika hari ini pun mereka menghabiskan banyak waktu bersama. Tapi Damian benar-benar mencemaskan tentang Rora jadi ingin Ains cepat pulang saja.
"Aku akan menghubungimu ketika sudah tiba di rumah nanti," kata Damian.
"Iya, hati-hati mengemudinya," balas Ainsley, sebelum dia turun Ainsley bergerak lebih dulu untuk mengecup bibir kak Ford.
Hari Minggu semua anak-anak berada di rumah, Ainsley banyak sekali yang menyambut.
Setelah dia meletakkan tasnya di dalam kamar, Ainsley pun membantu pekerjaan bibi Ema di dapur, karena Rora sudah dipegang oleh Zen.
"Bi, biarkan aku membantumu," ucap Ainsley. Bibi Ema mencuci piring kotor setelah anak-anak makan, Ainsley menyusunnya di dalam tak piring yang masih basah.
Selesai mencuci piring bibi Ema mengajak Ainsley untuk duduk di meja makan.
"Ains, sebenarnya ada yang ingin bibi tanyakan padamu," kata bibi Ema.
"Apa bi?" balas Ainsley, dia pun menatap bibi Ema dengan intens. Selama ini bibi Ema sudah dia anggap seperti ibunya sendiri.
"Sebenarnya apa hubungan mu dengan tuan Ford? jika kamu tidak lagi bekerja di klub milik pak Juan, lalu sekarang pekerjaan mu apa?" tanya bibi Ema, dia bertanya seperti itu setelah memastikan tak ada anak-anak yang mendengar.
Sebuah pekerjaan yang cukup sulit untuk Ainsley jawab, tapi bersama bibi Ema tak ada sedikitpun yang dia tutup-tutupi. Meski terkadang Ainsley tetap diam sebelum ditanya seperti ini.
"Awalnya kak Ford melihat aku menari di Klub. Sepertinya dia tertarik padaku dan kemudian menjadikan aku wanitanya," jelas Ainsley.
Kedua mata bibi Ema mendelik, "Apa tuan Ford lajang?"
"Iya Bi, dia belum menikah."
"Lalu bagaimana jika dia menikah nanti? Apa dia akan melepaskan mu? Atau tetap menjadikanmu wanita simpanannya?"
Ainsley terdiam, selama ini dia tidak pernah berpikir sejauh itu. Sekarang usia kak Ford 26 tahun, tidak mungkin juga dia akan terus melajang selama 10 tahun ini. Mungkin di usianya yang ke 30 pria itu pun akan menikah.
Entahlah, pemikiran seperti ini tidak pernah Ainsley bayangkan.
"Bibi dan Zen selama ini juga selalu menabung uang pemberian darimu, jika digabung dengan uang tabungan kita. Kita bisa membuat usaha Ains. Kita bisa menyewa tempat di pinggir jalan raya dan membuka toko," jelas bi Ema, selama ini pun dia terus memikirkan bagaimana caranya mereka semua bisa bertahan hidup, bagaimana caranya agar tidak terus mengandalkan Ainsley seorang.
Mendengar itu Ainsley terdiam, hatinya berbisik membenarkan. Ini adalah keputusan keluarga mereka, tidak ada hubungannya dengan kak Ford.
"Baiklah Bi, nanti aku akan tanyakan pada Zen. Sepertinya dia lebih banyak tau tentang penyewaan tempat itu."
Bibi Ema tersenyum lega, dia memang tidak pernah menyalahkan semua pekerjaan Ainsley. Tapi sungguh, di dalam hatinya yang paling dalam bibi Ema adalah yang paling sedih melihat semua perjuangan Ains.