Sofia Anderson lahir dari keluarga kaya raya namun ia di besarkan dan hidup sederhana bersama seorang pria yang menculiknya sewaktu masih kecil karena sebuah dendam masa lalu.
16 tahun kemudian sang penculik mulai menyadari kesalahannya dan ingin menyerahkan Sofia pada orang tua kandungnya. Lantas memindahkan gadis itu ke universitas milik keluarganya berharap ada keajaiban disana.
Namun tingkat sosial yang berbeda membuat Sofia mendapatkan banyak sekali bullyan dari teman-temannya, belum lagi ayah angkatnya (sang penculik) yang tiba-tiba menghembuskan napas terakhirnya sebelum mengatakan rahasia yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~27
"Tuan, ini rekaman cctv yang anda minta." Audrey nampak menyerahkan rekaman yang baru saja ia ambil dari ruangan bagian keamanan pada sang CEO.
"Terima kasih, kamu boleh pergi sekarang." timpal Ariel kemudian.
"Baik, tuan." Audrey menatap CEOnya itu sejenak lantas segera berlalu meninggalkan ruangan tersebut.
Sementara Ariel segera membuka cctv itu di dalam laptopnya, di sana nampak beberapa rekaman sejak Sofia mulai bekerja menjadi office girl di kantornya tersebut.
"Jadi benar gadis itu adalah Sofia." gumamnya saat melihat bagaimana Sofia membersihkan ruangannya dan gadis itu juga yang telah menulis kata-kata penyemangat di kalendernya.
Seketika tanpa sadar Ariel nampak mengangkat sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman, lantas di pandanginya kalender itu kembali.
Namun tiba-tiba senyumnya langsung menyurut saat mengingat jika gadis itu begitu membencinya.
"Tidak, Sofia tidak boleh tahu jika aku adalah pemilik perusahaan ini." gumamnya, lantas segera mematikan rekaman cctv tersebut.
Kemudian Ariel segera beranjak dari sana, pria itu mendadak gusar bagaimana jika nanti Sofia mengetahui yang sebenarnya.
Pria itu nampak berjalan mondar mandir di ruangannya tersebut, entah ada apa dengan dirinya saat ini. Tak biasanya ia sepanik ini hanya karena seorang wanita apalagi itu cuma seorang office girl.
Tak tahu ia akan berbuat apa, akhirnya Ariel memutuskan untuk meninggalkan ruangannya tersebut.
"Tuan, apa Sofia jadi di pecat ?" ucap Audrey saat melihat bosnya itu baru keluar dari ruangannya.
"Tidak, siapa yang memberikanmu hak untuk memecatnya ?" timpal Ariel dengan sedikit menaikkan oktaf suaranya dan tentu saja itu membuat sekretarisnya itu seketika terkejut sekaligus takut.
Menyadari hal itu raut muka Ariel langsung berubah, sial kenapa moodnya tiba-tiba berantakan hanya karena seorang office girl.
"Maksud saya office girl itu kerjanya lumayan baik dan untuk masalah tulisan di kalender itu saya tak mempermasalahkannya. Mungkin itu bentuk kekreatifan dia, lagipula aku suka karyawan yang kreatif." ucapnya memberikan alasan.
"Baiklah Audrey, saya harus segera pulang dan sepertinya kamu juga bisa pulang lebih cepat hari ini." imbuhnya lagi dan itu membuat Audrey langsung mengulas senyumnya.
"Baik tuan, terima kasih banyak." sahut wanita itu, entah ada apa dengan CEOnya itu namun ia senang saat mendapatkan sedikit perhatian dari pria itu.
Ariel yang baru meninggalkan kantornya nampak membawa mobilnya seorang diri tanpa sang asisten, pria itu tiba-tiba ingin mengelilingi kota di sore hari seperti yang ia lakukan saat kuliah dulu.
Sejak kepulangannya dari luar negeri ia begitu di sibukkan dengan pekerjaannya hingga tak mempunyai waktu sedikit pun meski hanya untuk bersantai.
Berbeda jauh saat ia masih menjadi mahasiswa meski ia di sibukkan dengan membantu sang ayah di kantornya namun jiwa mudanya tak bisa di kekang begitu saja.
Ia masih mengingat bagaimana kenakalannya saat masih remaja dahulu hingga sampai pada akhirnya ayahnya mengetahuinya dan memindahkannya ke luar negeri.
Balapan liar adalah salah satu hobinya yang tak pernah di ketahui sang ayah, ia masih sangat mengingat bagaimana malam itu seorang gadis benar-benar membuatnya kagum untuk pertama kalinya.
Namun karena peristiwa malam itu juga membuat semuanya berakhir suram, bahkan gadis yang tak bersalah itu pun ikut terseret karena perbuatannya lalu di keluarkan dari kampusnya.
Menyesal? tentu saja, tapi Ariel sudah membayarnya dengan diam-diam mencarikan gadis itu beasiswa di kampus lain dengan lingkungan yang lebih baik. Paling tidak rasa trauma gadis itu bisa terobati dengan perlahan, ya gadis itu adalah Sofia seorang office girl yang bekerja di kantornya saat ini.
"Sofia ?"
Ariel langsung mengerem mendadak saat tak sengaja akan menabrak pejalan kaki tak jauh di hadapannya itu dan gadis itu ternyata adalah Sofia, kenapa kebetulan sekali. Apa takdir benar-benar sedang mempermainkannya?
"Tuan, apa kau tak bisa lihat jalan? lihatlah mobilmu hampir saja menabrakku." teriak Sofia sembari menggedor kaca mobil milik Ariel, rupanya gadis itu tak dapat melihat dengan jelas siapa pengemudinya karena kaca mobil yang begitu gelap.
"Astaga." gerutu Ariel, karena melamun ia hampir saja mencelakai seseorang.
Kemudian ia segera melepaskan sefty beltnya, lantas berlalu turun dari mobilnya.
"Ka-kau ?"
Tentu saja Sofia langsung melebarkan matanya saat melihat siapa pria yang hampir menabraknya itu.
"Ck, rupanya kau. Apa sekarang tujuanmu adalah untuk melenyapkan ku, tuan crazy rich ?" sinis Sofia dengan kesal.
"Jaga bicaramu, aku tidak mungkin melakukan itu." kilah Ariel kemudian.
"Lalu tadi itu apa? kau hampir membuat nyawaku melayang." sela Sofia mengingatkan perbuatan yang baru saja pria itu lakukan padanya.
"Aku sedikit mengantuk, lagipula kamu baik-baik saja jadi jangan terlalu melebih-lebihkan." timpal Ariel membalas.
"Kau selalu saja membuatku sial." gerutu Sofia lantas segera berlalu dari sana dengan kesal.
"Tunggu dulu !!" Ariel yang tiba-tiba tak rela di tinggal begitu saja langsung menahan lengan gadis itu.
"Apa lagi? jangan bilang kau mau minta ganti rugi? kamu tahu, harusnya aku yang meminta ganti rugi padamu tapi karena aku seorang pemaaf jadi lupakan semuanya dan anggap saja kita tak pernah bertemu." sela Sofia seraya menatap pria itu.
"Jika kau mau ganti rugi aku akan berikan berapa pun yang kamu mau." tawar Ariel kemudian dan itu membuat Sofia nampak tak percaya, apa otak pria arogan di hadapannya itu sedang bermasalah?
"Tidak perlu." tolak Sofia kemudian.
Tidak, ia tak boleh percaya begitu saja pada pria itu dan sampai kapan pun ia harus mewaspadainya.
"Baiklah, lalu apa yang kamu lakukan di sini bukankah kamu harusnya masuk kuliah ?" tanya Ariel yang sedari tadi membuatnya penasaran.
"Darimana kamu tahu aku sedang kuliah ?" Sofia langsung mengernyit menatapnya.
"Dani, tentu saja dari Dani." dusta Ariel kemudian.
Sofia nampak menghela napasnya sejenak. "Aku sedang libur, baiklah kamu sangat membuang-buang waktuku saja." ucapnya lantas segera melangkah pergi.
"Kau mau kemana ?" Ariel kembali menahan gadis itu agar tidak pergi.
"Lepaskan dan jangan pernah lagi muncul di hadapanku !!" tegas Sofia dengan pandangan penuh kebencian, baginya pria itu pembawa sial baginya.
Gara-gara dia hidupnya menjadi berantakan dan sang ayah pun tiada untuk selamanya, seandainya dulu ia tidak kuliah di kampus tempat orang-orang kaya itu mungkin ayahnya masih ada hingga kini.
Penyakitnya semakin parah sejak mengetahui ia di keluarkan dari kampus itu dan sampai kapan pun Sofia takkan memaafkan pria itu maupun pria salah satu pemilik saham di kampus itu, tuan James Scott.
Apapun hubungan pria itu dengannya di masa lalu ia begitu tak peduli, baginya ia hanya memilki seorang ayah yang begitu mencintainya.
Sementara Ariel yang melihat kepergian Sofia nampak mendesah kesal apalagi saat mengingat bagaimana sorot kebencian di mata gadis itu terhadapnya.
"Maaf !!" gumamnya.
Sebuah kata maaf yang hingga kini tak pernah terlontar dari bibir pria itu karena sebuah rasa gengsi.