Aisya Humaira gadis berjilbab dengan sejuta pesona, harus menelan pil pahit karena tiba-tiba calon suaminya memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka yang sudah di depan mata.
Hanya karena ia di nyatakan mandul, dan ternyata semua ini ulah dari Riska sahabat masa kecil dari calon suaminya sendiri.
Setelah mencampakkan Aisya, Adriansyah Camat muda yang tampan itu malah melanjutkan pernikahannya dengan Riska.
Aisya akhirnya memutuskan untuk kembali ke kota, karena tidak sanggup menahan malu setelah pernikahannya batal.
Hingga membawa Aisya pada sosok Satria Pratama Dirgantara. Seorang Komandan Elita yang sedang dalam penyamaran sebagai Kakek-kakek karena satu alasan.
Satria melamar Aisya dengan tetep menyamar sebagai seorang Kakek.
Apakah Aisya akan menerima si Kakek menjadi jodohnya di saat seorang Camat baru saja mencampakkan durinya?
Bagaimana Perjuangan Satria dalam mengejar cinta Aisya?
Bagaimana kisah mereka selanjutnya langsung baca aja ya kakak. Happy reading semua
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Di dalam mobil yang terparkir agak jauh dari warteg. Satria dan Ray sepupunya terus memantau pergerakan Aisya. Satria sampai menahan napas saking fokusnya. Rasanya, ia udah gak sabar untuk segera memiliki Aisya seutuhnya. Supaya bisa duduk berdua, makan sepiring berdua ... ia membayangkan masa depannya dengan Aisya yang romantis.
Ray yang melihat Satria senyum-senyum sendiri sambil gigit bibir langsung menyenggolnya. "Wah! Komandan elit kena panah asmara nih ceritanya!" goda Ray sambil terkekeh pelan.
"Komandan juga manusia, Ray!" ketus Satria kesal, tapi pipinya sedikit merona.
"Ha ha! Kayak lirik lagu aja! Joker juga manusia, punya hati, punya rasa ... eaaa!" Ray malah nyanyi dengan suara pas-pasan.
Satria yang kesal segera menghidupkan mesin mobilnya. "Udah ah, berisik! Cari makan di tempat lain aja!"
"Eh! Kok pergi! Kita gak jadi makan, nih? Padahal aku udah ngiler liat Neng Aisya makan!" protes Ray saat tiba-tiba mobil melaju kencang meninggalkan warteg.
"Diem! Atau aku turunin di sini!" balas Satria tanpa menoleh. Ia fokus pada jalanan, berusaha mengendalikan gejolak hatinya. "Lagian, makan di warteg bisa kapan aja, tapi kesempatan buat jadi suami Aisya cuma sekali!" gumamnya dalam hati.
Sementara itu, Aisya masih duduk di warteg, mengunyah pelan nasinya seolah tak ingin cepat-cepat habis. Setiap butir nasi terasa seperti butiran kenangan yang pahit.
"Andai masalah kayak nasi, bisa dikunyah terus di telen ... mungkin hidup aku gak se-complicated drama Korea," gumamnya pelan.
Lalu melanjutkan makannya, tiba-tiba sepasang kekasih lewat di depannya dengan saling bergandengan tangan, dengan mesra. Aisya bukannya bapar ia malah bergidik ngeri membayangkan dirinya berjalan berduaan, bergandengan tangan mesra dengan si Kakek.
"Amit-amit jabang tetangga! Mending gue gandeng tiang listrik sambil nyanyi lagu India! Lebih estetik daripada gandeng kakek-kakek!" dumelnya sambil melotot. Lalu melahap suapan terakhirnya dengan brutal.
Setelah membayar makanannya, ia gegas naik ke atas motor dan pulang.
*
"
Sampai di rumah, Aisya langsung masuk ke kamar dan mengunci pintunya rapat-rapat. Ia menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur, tatapannya menerawang jauh ke langit-langit kamar.
"Nikah sama Kakek ... nikah sama Kakek ... ini bukan pernikahan, ini penculikan berkedok restu orang tua!"
"Argh! Kenapa hidup aku jadi kayak reality show 'Nikah Gratis Dapat Warisan'? Gak ada pilihan lain apa selain jadi sugar baby dadakan?!" gerutunya sambil menutupi wajahnya dengan bantal.
Tiba-tiba, ia bangkit dari kasur dengan mata berbinar. "Kabur! Itu ide bagus! Aku harus kabur dari pernikahan absurd ini!" serunya sambil menjentikkan jarinya.
"Aku kabur ke mana ya? Ke Antartika? Tapi di sana dingin banget. Ke hutan Amazon? Tapi aku takut ular. Ke hatimu? eaaaa ... tapi kayaknya udah ada yang punya," gumamnya sambil berpikir lalu terkekeh sendiri.
"Daripada nikah sama Kakek, mending aku jadi Spider-Woman KW di genteng! Lebih menantang!"
Lalu, dengan semangat 45, Aisya mulai membuka lemari pakaiannya dan memasukkan beberapa helai baju ke dalam tas ransel.
"Oke, Aisya! Saatnya jadi ninja dadakan! Misi kabur dari pernikahan absurd dimulai!" serunya sambil menyeringai.
Dengan tas ransel di punggung, Aisya mengendap-endap keluar rumah. Sambil waspada, sejauh matanya memandang aman hanya suara jangkrik dan kodok yang saling bersahutan. Entah kenapa suara binatang itu terasa sangat menyebalkan di telinga Aisya.
Dari kejauhan, Riska dan Pak Camat yang baru pulang dari nonton dangdutan di desa sebelah, tiba-tiba melihat sosok mencurigakan mengendap-endap di dekat rumah Aisya sambil mendorong kereta.
"Itu maling? Tapi dari posturnya kayak Aisya deh, Mas! Mau ke mana dia bawa ransel segala?" gumam Riska pada Adrian.
"Mana aku tahu?" jawab Adrian penasaran.
"Jangan-jangan dia mau kabur lagi dari lamaran si Kakek besok! Gawat ini! Gak bisa dibiarin!" kata Riska, mempercepat langkahnya.
Aisya dengan hati-hati mendorong motornya menjauh dari rumah sebelum menghidupkannya.
"Aisya! Mau ke mana kamu? Jangan bilang kamu mau kabur ya!" tegur Riska tiba-tiba muncul di hadapannya.
"Eh, buset dah! Kenapa harus ketemu makhluk astral ini sih?!" gerutu Aisya dalam hati sambil menghela napas.
"Bukan urusan kamu! Sana cepat minggir!" ketus Aisya.
"Gak! Aku gak akan biarin kamu kabur! Aisya, cepat balik! Jangan malu-maluin desa ini kamu ya! gara-gara kabur dari lamaran di Kakek!"
"Siapa kamu ngatur-ngatur aku?! Cepat sana minggir!"
"Ada PELAKOR!!!" teriak Riska tiba-tiba, membuat Aisya membulatkan matanya.
"Apa maksudmu, Riska?!" protes Aisya terkejut dengan aksi nekat Riska.
"Kalau kamu gak balik, aku akan teriak lagi! Biar semua warga ngumpul terus aku bilang jika kamu mau goda Adrian. Pasti semua orang akan percaya sama Aku!" ucap Riska mengancam dengan senyum licik.
Aisya mati kutu. Ia tidak mau dicap sebagai pelakor, apalagi dengan statusnya yang memang gagal nikah dengan Pak camat sebelumnya. Warga pasti langsung percaya omongan Riska daripada dirinya.
"Sialan!" umpat Aisya dalam hati.
Dengan kesal, Aisya akhirnya membalikkan badannya dan mendorong motornya kembali ke rumah.
"Awas aja kalian! Aku bales nanti!" gerutunya kesal.
Riska tersenyum puas melihat Aisya kembali ke rumah.
"Nah, gitu dong! Jadi anak manis! Besok jangan lupa dandan yang cantik ya buat lamaran!" serunya sambil melambaikan tangannya.
"Oh ya! Kamu mau kado apa besok?" tanya Riska dengan nada mengejek.
"Gak perlu! Kecuali kado kamu harganya setara dengan harga helikopter si Kakek!" balas Aisya menantang lalu tersenyum tipis dan balik ke rumahnya meninggalkan pasangan pengantin itu yang masih melongo.
Di dalam kamar, Aisya menghempaskan tubuhnya ke kasur dengan kesal.
"Sial! Gagal deh aku kabur! Gara-gara si Ratu Drakor itu, rencana kabur jadi berantakan!" gerutunya sambil mencabik-cabik bantal gulingnya.
"Tapi aku gak boleh nyerah! Masih ada waktu sebelum esok hari! Aku harus cari cara lain buat kabur dari desa ini!"
Ia bangkit dari tidurnya menuju jendela kamar ia harus memastikan keadaan benar-benar aman sebelum memulai aksinya lagi.
"Ah! Licik bangat tuh si nenek lampir! Sampai nyuruh hansip jaga di depan rumah lagi, bukannya di pos ronda!" gerutu Aisya saat melihat dua hansip sedang memantau rumahnya.
Tiba-tiba, ia teringat sesuatu. Ia meraih ponselnya dan membuka aplikasi pesan instan.
"Oke, saatnya minta bantuan sama pasukan absurd nih!" serunya sambil menyeringai.
Grup Chat "3 Absrud Sejati"
Aisya: WOY GENG! DARURAT! Kode Merah! Aku butuh bantuan secepatnya!
Dwi: Apaan sih, Sya? Lagi nonton drakor nih, ganggu aja!
Rani: Emang ada apa, Sya? Jangan bilang lo hamil duluan sama si Kakek!
Aisya: SEMBARANGAN! Aku mau minggat. Tapi si Ratu Drakor nyuruh hansip jaga di depan rumah aku!
Dw: WHAT?! Serius?! Gila! Ini lebih seru dari drakor yang lagi aku tonton!
Rani: Kabur ke mana emangnya? Butuh dana operasional gak? Aku siap nyumbang goceng!
Aisya: Goceng mah buat beli gorengan juga kurang, Ran! Aku butuh ide brilian! Gimana caranya aku bisa lolos dari penjagaan hansip kampret itu?!
Dwi: Hmm ... gimana kalo nyamar jadi kuntilanak terus nakut-nakutin mereka?
Aisya: Ide bagus! Tapi aku gak punya kain kafan! Lagian kalo aku nyamar jadi kuntilanak, yang ada malah mereka minta foto bareng! ...
Mereka terus saling balas chat sampai lupa pada tujuan awalnya. malam semakin larut sampai Aisya tertidur dengan sendirinya.
Bersambung ....