NovelToon NovelToon
What Is Love? "Silent Love"

What Is Love? "Silent Love"

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Keluarga / Romansa / Balas Dendam
Popularitas:254
Nilai: 5
Nama Author: SNFLWR17

Menurut Kalian apa itu Cinta? apakah kasih sayang antara manusia? atau suatu perasaan yang sangat besar sehingga tidak bisa di ucapkan dengan kata-kata?.
Tapi menurut "Dia" Cinta itu suatu perasaan yang berjalan searah dengan Logika, karena tidak semua cinta harus di tunjukan dengan kata-kata, tetapi dengan Menatap teduh Matanya, Memegang tangannya dan bertindak sesuai dengan makna cinta sesungguh nya yang berjalan ke arah yang benar dan Realistis, karena menurutnya Jika kamu mencinta kekasih mu maka "jagalah dia seperti harta berharga, lindungi dia bukan merusaknya".
maka di Novel akan menceritakan bagaimana "Dia" akan membuktikan apa itu cinta versi dirinya, yang di kemas dalam diam penuh plot twist.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SNFLWR17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KABAR DUKA

Di tengah ramainya siswa-siswi berlalu lalang di lingkungan sekolah, ada Alena, Dewi, Nadia, dan Jevan yang sedang berjalan di koridor sekolah, bersama Bagas.

"Bagas, tumben mau gabung?" Tanya Alena di samping Jevan.

"Kenapa? Enggak boleh? Sorry ya, kita berdua itu soulmate," Jawab Bagas, menunjuk dirinya dan Jevan.

Sedangkan Alena hanya menatap jijik ke arah Bagas yang saat ini menyamakan langkahnya dengan Jevan dan Alena.

Tiba-tiba ada suara panggilan masuk di ponsel Alena di saku blazer-nya.

Alena memelankan langkahnya, begitu juga dengan Jevan.

"Halo, Bunda? Kenapa? Tumben nelpon aku?" Ujar Alena setelah menerima panggilan suara itu yang ternyata dari Bunda Tiara.

"Len...?"

"Iya, Bun, kenapa? Kok suara Bunda gitu?" Tiba-tiba ada perasaan tidak enak di hati Alena, tapi dia berusaha menepis rasa itu.

"Hiks... Len, Abang kamu... Hiks hiks..." ucap Bunda yang ternyata sedang menangis.

Alena yang mendengar tangisan Bundanya semakin takut.

"Bunda, ada apa? Jangan bikin takut!" Alena kini merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Abang kamu... Hiks. Tadi Bunda dihubungi pihak lapas dan diberitahu kalau Abang kamu... Hiks."

"Meninggal! Huaa hikss hiks..."

Pecah sudah tangisan Bunda Tiara yang sejak tadi dia tahan. Sedangkan Alena mendengar kabar itu langsung merasa seperti hujan batu mengenai tubuhnya.

Badannya bergetar, air matanya langsung jatuh deras di wajahnya. Alena sudah tidak mendengar suara-suara di sekitarnya, seakan sunyi menelan dirinya yang terdiam kaku.

Jevan yang panik melihat wajah Alena yang pucat, tubuh yang sedikit bergetar, dan isak tangis.

Jevan mengguncang tubuh Alena agar menyadarkannya.

"Sayang? Sayang? Hei, kenapa?" Ujar Jevan yang begitu khawatir.

Alena yang tersadar langsung melihat ke arah Jevan dengan mata memerah dan bibir bergetar. Dia menahan tangisnya.

"Ay? Hiks... Abang Rio, Ay..." Jawab Alena.

"Iya, kenapa dengan Abang Rio?"

"Kata Bunda, Abang meninggal, Ay,"

Jevan yang mendengar itu juga tak kalah terkejut.

"Ayo kita ketemu Bunda kamu sekarang!" ujar Jevan yang langsung memegang pergelangan tangan Alena dan berjalan cepat ke arah parkiran. Siswa-siswi yang melihat itu hanya terheran-heran melihat tingkah Jevan dan Alena yang terlihat terburu-buru.

Sama halnya dengan Bagas, Dewi, dan Nadia yang juga bingung melihat Jevan dan Alena.

Nadia berjalan menuju Bagas yang berdiri terdiam.

"Bagas, mereka kenapa?" Tanya Nadia.

"Abangnya Alena meninggal, tapi enggak tahu karena apa," Jawab Bagas.

"Kenapa, Nadia?" Kini Dewi yang sudah di samping Nadia dan Bagas.

"Abang Alena meninggal." Dewi yang mendengar itu terkejut, tapi ada kilatan misterius di matanya, sebelum ia kembali memasang wajah bersimpati.

"Udah, nanti pulang sekolah baru kita pergi ke rumahnya Alena," Ujar Dewi menenangkan.

Nadia hanya menganggukkan kepalanya.

Beberapa jam yang lalu.

"Laksanakan perintah saya sekarang!" Ucap seseorang kepada petugas lapas yang di huni Abang Rio, melalui panggilan suara.

"Siap." Petugas itu langsung tersenyum. Panggilan suara itu dimatikan, dan petugas itu membenarkan topi serta seragamnya.

Ia berjalan menuju tempat olahraga para narapidana, di mana terlihat beberapa tahanan sedang berolahraga.

Lalu, dia pergi ke salah satu tahanan dan berbisik sesuatu dan si tahanan itu mengangguk.

Lalu petugas itu keluar dan meninggalkan tahanan yang disuruhnya atas perintah bos mereka.

Si tahanan itu berjalan ke narapidana No 0166 yang sedang berolahraga. Tiba-tiba, dia mulai berbicara.

"Hei, bro, apakah Lo tahu siapa pria yang di sana?" Ucap tahanan yang tadi disuruh petugas.

Si tahanan 0166 melihat ke arah yang ditunjuk orang itu, dan melihat Abang Rio yang juga sedang berolahraga.

"Kenapa dengan dia?" Tanya si 0166 melihat bingung ke arah orang itu.

"Sebelumnya gue mau bilang, laki-laki di sana sudah menyinggung diri Lo bro. Semalam dia ngomong sama gue, bahwa lo itu hanya laki-laki bajingan sok berkuasa di sini."

Ucap orang itu yang mulai memprovokasi si 0166.

Karena si 0166 mudah terpancing amarahnya, dia langsung berjalan ke arah Abang Rio sambil membawa barbel 1 kg. Lalu dia melempar barbel itu, tapi untung saja Abang Rio dengan cepat menghindar.

Dengan emosi, Abang Rio membentak si tahanan 0166.

"BANGSAT..!"

Abang Rio berjalan menuju si tahanan 0166 lalu dia meninju wajah tahanan 0166.

Brukk..! Si tahanan 0166 tersungkur dengan bibir berdarah. Lalu dia bangun dan membalas pukulan tak kalah kuat. Terjadilah perkelahian antara Abang Rio dan tahanan 0166. Lalu anak buah dari tahanan 0166 yang melihat ketua mereka dipukul akhirnya membantu tahanan 0166.

Abang Rio yang sudah kewalahan, tiba-tiba menerima pukulan bertubi-tubi dari lima orang yang baru datang. Di lantai, Abang Rio hanya meringkuk sambil memegang kepalanya untuk menghalangi pukulan di kepala.

Tubuhnya terus-menerus dihajar. Keadaan Abang Rio sudah terlihat mengenaskan.

Lalu si orang yang memprovokasi tahanan 0166 datang dan berbaur ke enam tahanan yang masih saja menghajar Abang Rio.

Dia mengambil barbel yang tadi dibawa oleh tahanan 0166 lalu memukul kepala Abang Rio menggunakan barbel yang diambilnya tadi.

Sehingga membuat Abang Rio sudah terluka parah di kepalanya dan tidak sadarkan diri. Tubuhnya penuh lebam dan darah.

Tapi tahanan yang sudah menghajar Abang Rio hanya terkekeh melihat keadaan Abang Rio yang sudah mengenaskan.

"Dasar lemah." Setelah itu mereka meninggalkan tubuh Abang Rio di sana.

Akhirnya petugas datang dengan panik. Mereka langsung menghubungi petugas medis di lapas.

Petugas medis lapas datang dan memberikan pertolongan pertama kepada Abang Rio.

"Hubungi ambulans, kita bawa ke rumah sakit sekarang!" Perintah petugas medis yang sedang menahan pendarahan di kepala Abang Rio.

Dan mereka pun menghubungi ambulans. Tidak lama kemudian, ambulans datang. Lalu mereka membawa Abang Rio menuju rumah sakit.

Di dalam ambulans ada empat petugas: dua petugas lapas dan dua petugas medis (satu perawat dan satu dokter), dan sang supir.

Lalu perawat yang sedang melihat monitor.

"Dok, GCS pasien 3, pupil anisokor. Respons cahaya negatif. Tekanan darah mulai naik, 160/95 mmHg. Nadi 58x/menit, pernapasan dangkal 10x/menit. Saturasi Oksigen 94% dengan Non-Rebreather Mask," Ujar perawat tersebut dengan tegas.

"Terima kasih. Itu Trias Cushing. Indikasi kuat peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK) yang masif. Agus, jaga kecepatan, tetap fokus. Bima, segera lakukan intubasi. Siapkan obat-obatan sesuai protokol TIK. Berikan Manitol 20% 100 cc IV bolus perlahan sekarang," Ucap Dokter kepada sang supir ambulans yang bernama Agus, dan satu perawat laki-laki yang bernama Bima.

Mereka semua fokus terhadap Abang Rio yang sudah dalam keadaan parah.

"Siap, Dokter. Lima belas menit lagi kita sampai di IGD terdekat, mereka sudah siap," Ucap Agus si supir ambulans, yang menambah kecepatan lajur ambulans.

Si perawat yang bernama Bima melakukan intubasi. Mereka semua terus fokus.

Tiba-tiba terdengar suara sang Dokter.

"Sial. Ini syok neurogenik atau syok hipovolemik dari cedera internal yang tidak terdeteksi. Bima, segera naikkan infus normal salin! Tambahkan Dopamin sesuai dosis pressor sekarang juga," Perintah Dokter dengan tegas yang melihat Abang Rio semakin menurun.

"Cairan cepat masuk. Dopamin 4 mcg/kg/menit dimulai. Nadi semakin melambat, Dokter! 20x/menit!" Ujar Bima sang perawat.

"Siapkan Atropin 0.5 mg IV bolus dan Epinefrin! Kita harus mendapatkan sirkulasi kembali."

"Atropin masuk! Tidak ada respons, Dokter. Nadi 0. Monitor menunjukkan asistol," Ucap Perawat Bima sambil melihat monitor.

"Segera mulai RJP (Resusitasi Jantung Paru)! Agus, nyalakan sirene maksimal, kita harus mencapai rumah sakit secepat mungkin!"

"Siap, Dokter! Saya percepat." Supir ambulans yang mendengar hal itu langsung menambah kecepatan.

"Satu, dua, tiga, empat... Dr. Rina, Pasien sudah terintubasi, ventilasi lancar," Ucap Bima sambil melakukan kompresi dada yang kuat.

"Berikan Epinefrin 1 mg IV bolus! Masih asistol. Lanjutkan RJP! Bima, hitung lima siklus RJP. Saya cek irama setelah siklus kelima." dengan mengecek monitor.

Mereka terus melakukan siklus RJP.

Keringat membasahi wajah mereka. Seragam tim medis LAPAS terkena darah dari Abang Rio.

Setelah lima siklus RJP.

"Berhenti kompresi sebentar. Tidak ada nadi. Monitor tetap menunjukkan asistol. Bima, cek pupil," Pinta Dokter dengan mengecek nadi karotis, sambil melihat monitor yang terlihat garis lurus.

"Pupil midriasis maksimal dan fiks (melebar penuh dan tidak bereaksi), Dokter."

"Berikan Epinefrin dosis kedua. Lanjutkan RJP, Bima. Tidak lama kita sampai! Kita tidak boleh menyerah di tengah jalan."

Di tengah keramaian jalan, mobil ambulans terus berjalan membelah kerumunan.

Setelah total 20 menit RJP intensif sejak asistol, dan mereka sudah dekat dengan rumah sakit yang dituju.

"Stop RJP. Bima, cek nadi dan irama untuk yang terakhir kali," Ujar Dokter dengan wajah lelah.

"Dokter, tidak ada nadi karotis, tidak ada napas spontan, irama tetap asistol. dan tidak ada refleks kornea," Bima langsung memeriksa nadi dan monitor.

Dokter yang mendengar ucapan dari perawat Bima hanya menghela napas,

"Baik. Waktu Kematian (TOD) jam 09:20 waktu setempat. Agus, matikan sirene. Turunkan kecepatan. Bawa pasien langsung ke ruang resusitasi. Kita akan serahkan ke tim IGD untuk dokumentasi dan konfirmasi akhir," Ucap Dokter dengan nada berat namun profesional. dan menyuruh sang supir mengganti kode sirine.

"Baik, Dokter." Balas supir Agus dengan nada kecewa. Wajah menunjukkan penyesalan.

"Bima, siapkan semua alat. Catat kronologi secara rinci di lembar status pasien: waktu asistol, tindakan yang diberikan (Manitol, intubasi, RJP, Epinefrin 2 dosis), hingga waktu kematian ditetapkan. Kita telah melakukan yang terbaik di lapangan."

"Siap, Dokter," Jawab perawat Bima sambil menganggukkan kepala.

Sedangkan dua petugas Lapas hanya duduk terdiam. Mereka juga merasa tegang melihat perjuangan para medis.

Para pengguna jalan yang sempat mendengar kode pergantian sirene ambulans juga merasa kasihan, dan ada beberapa mengucapkan duka cita di saat mobil ambulans lewat di depan mereka.

1
Michelle Flores
Menggugah hati
Tae Kook
Thor, kapan update lagi nih?
Tani
Thor, jangan diam aja, kasih kabar kalo ada kendala, kami akan terus menunggu!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!