Alvaro rela mengorbankan mimpinya untuk menjadi seorang polisi demi sang istri. Dia bekerja keras di siang dan malam untuk bisa membiayai kuliah sang istri, sehingga akhirnya sang istri diterima bekerja sebagai manager di sebuah perusahaan raksasa.
Suatu hari, istrinya tanpa sengaja menabrak seseorang hingga orang tersebut meninggal. Alvaro rela menggantikan istrinya sehingga dia yang dipenjara, mengakui kesalahan yang sama sekali bukan dia perbuat.
Tapi dengan teganya sang istri berselingkuh dan meninggalkan Alvaro yang telah banyak berkorban untuknya.
Setelah keluar dari penjara, Alvaro bekerja menjadi seorang detektif swasta, mengandalkan kemampuannya dalam mengungkapkan banyak kasus.
Alvaro tak pernah bisa melupakan bagaimana perlakuan buruk mantannya terhadap dirinya, Alvaro berjanji akan membalas semua perbuatan mantan istri dan selingkuhannya, sehingga dia memanfaatkan adik ipar sang mantan sebagai pion rencana balas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Sudah dua jam Bianca mengirim pesan kepada Alvaro, berharap Alvaro untuk segera membalas darinya, tapi sayangnya balasan pesan dari Alvaro tak kunjung datang.
Di kamar tersebut, Bianca berjalan mondar-mandir seperti setrika, mungkin karena sangat gelisah, menunggu Alvaro membalas pesan darinya. Tapi entah mengapa dia merasa yakin bahwa Alvaro akan membalas pesan darinya.
Padahal Dimas sedang tidak ada di rumah, tapi bukan pria itu yang dia nanti kepulangannya, melainkan sebuah balasan pesan dari mantan suaminya.
Drrrrtt...
Drrrrtt...
Drrrrtt...
Terdengar suara ponsel Bianca bergetar diatas meja, Bianca segera sedikit berlari mendekati meja, dia meraih ponselnya.
Bianca tersenyum lebar ketika melihat ada balasan dari Alvaro, akhirnya setelah menunggu dua jam lamanya, Bianca mendapatkan pesan balasan dari Alvaro juga. Sungguh rasanya sangat bahagia.
Senyumannya semakin lebar ketika membaca pesan dari Alvaro.
[Oke, mari kita bertemu. Terserah kamu mau bertemu dimana saja.]
Saking tak percayanya dia mendapatkan balasan dari Alvaro, sampai dia membaca pesan itu berulang-ulang, mengapa baru kali ini dia seakan seperti mimpi telah mendapatkan balasan pesan dari Alvaro.
"Aku sudah menebaknya, kamu masuk ke keluarga Alpha demi ingin bertemu denganku, kamu memperalat Joana agar aku cemburu, Al." gumam Bianca, dia seakan sedang jatuh cinta lagi.
"Alvaro membalas pesan dariku? Apa mungkin malam ini dia dan Joana tidak melakukan apa-apa?" Seharusnya yang namanya seorang pengantin baru tidak bisa diganggu di malam pertamanya. Membuat Bianca tersenyum lebar.
Kemudian Bianca mulai berpikir, kira-kira mereka bertemu harus di tempat seperti apa, yang pasti sebuah tempat dimana dia dan Alvaro bisa mencurahkan rasa rindu mereka yang begitu menggebu. Apakah harus di hotel?
Bianca menelan saliva, dia menjadi membayangkan bagaimana gagahnya tubuh Alvaro kala itu, apalagi sekarang ini Alvaro tubuhnya semakin bertambah kekar. Siapapun wanita yang ada dibawah kungkungannya, pasti wanita tersebut akan merasa beruntung dan sangat puas.
Ceklek...
Suara decitan pintu kamar terbuka membuat Bianca sedikit gelagapan, dia segera menghapus pesan dari Alvaro, karena dia takut Dimas tahu bahwa dia sedang chatan bersama mantan suaminya itu. Dimas tidak boleh tahu bahwa sampai detik ini Bianca tak pernah bisa membuang perasaannya pada Alvaro. Padahal Bianca berusaha begitu keras untuk melupakannya, tetap saja tak bisa.
Apalagi sekarang Bianca bertemu dengan Alvaro kembali dengan keadaan Alvaro yang telah berbeda, pria itu terlihat semakin mempesona, tampan, badannya atletis dan kekar, dan dia bukan pria miskin lagi. Membuat Bianca semakin terpesona padanya.
Andai saja dulu bisa bersabar sedikit, mungkin Bianca tak perlu berselingkuh dengan Dimas, dia tak perlu membiarkan tubuhnya di jamah oleh pria yang sama sekali tidak dia cintai itu, apalagi sekarang Dimas tidak menghargainya sama sekali.
Dimas masuk ke dalam kamar, tercium bau alkohol dari mulut pria itu. Sepertinya dia habis mabuk dan bersenang-senang dengan wanita malam.
"Aku sangat marah kepada mantan suamimu itu, aku yakin dia menikahi Joana demi balas dendam pada kita." gerutu Dimas, dia duduk di samping Bianca yang sedang duduk di kursi sofa.
Balas dendam? Bianca tak yakin Alvaro sanggup menyakitinya, tak mungkin Alvaro balas dendam padanya. Dulu melihat Bianca terluka sedikit saja Alvaro tak akan sanggup melihatnya.
"Aku dengar papa akan segera memberikan syarat penentuan tentang siapa yang akan terpilih menjadi pemimpin baru di Alpha, dan syarat itu ada sangkut pautnya dengan pekerjaan di perusahaan. Yang pasti kita akan menang, karena si bocah ingusan itu tak tahu apapun tentang perusahaan, apalagi si Alvaro, dia tak akan bisa membantu istrinya dalam urusan perusahaan, tau apa dia, kuliah aja gak lulus." Dimas berkata sambil terkekeh, dia memeluk Bianca dari belakang.
Bianca hanya tersenyum, dia berharap Dimas segera menjadi pemimpin di perusahaan, entah bagaimana caranya, akan dia lakukan, agar dia bisa menjadi pemimpin di perusahaan itu, menggantikan Dimas asalkan ada surat wasiat dari Dimas bahwa harta dan perusahaan akan dia wariskan ke Bianca sebagai istrinya Dimas. Setelah itu, dia akan bersatu kembali kepada Alvaro.
Bianca tahu sebenarnya dari kecil Alvaro memiliki otak yang encer, tapi kalau dalam masalah perusahaan, pria itu tak mungkin bisa membantu Joana. Sudah sangat jelas hilalnya, siapa yang akan menjadi pemenangnya.
Yang pasti saat ini Bianca sudah tak sabar ingin segera bertemu dengan Alvaro besok. Mungkin posisinya akan terbalik, kini Alvaro yang menjadi selingkuhan Bianca, dan Dimas yang menjadi suami sahnya. Kini Bianca telah merasakan hidupnya sempurna.
Besoknya, Bianca meminta izin kepada Dimas untuk pulang lebih awal karena ada urusan dengan penting, padahal urusan penting bersama Alvaro. Rasanya seperti seorang gadis remaja yang baru jatuh cinta lagi, tak sabar ingin bertemu dengan sang mantan.
Bianca tadinya ingin mengajak ketemuan di kamar hotel bersama Alvaro, tapi dia tidak ingin menjatuhkan harga dirinya, biarkan Alvaro yang meminta dulu, Bianca akan melakukannya dengan sesuka hati. Karena itu dia lebih baik mengajak Alvaro ketemuan di sebuah restoran, dia sengaja memesan ruang VVIP, sebuah ruangan khusus untuk tamu istimewa dan privasi, sehingga di ruangan tersebut hanya ada dia dan Alvaro, mereka bebas mau membicarakan apa saja, atau mau bermesraan sekalipun. Mungkin saja setelah itu, mereka bisa lanjut ke kamar hotel, maklumlah mungkin karena sudah hampir satu tahun Dimas tak menyentuhnya. Dimas lebih memilih menyentuh wanita-wanita malam, mencari sensasi baru.
Bianca menepikan mobilnya, dia tersenyum ketika membaca pesan dari Alvaro, ternyata pria itu telah tiba terlebih dulu, seakan begitu bersemangat untuk bertemu dengan Bianca.
[Aku sudah tiba di tempat yang kamu janjikan.]
"Sepertinya dia sudah tak sabar ingin bertemu berdua denganku?" Bianca merasakan hatinya berbunga-bunga saat ini.
"Hm, maaf Joana, kamu hanya dimanfaatkan oleh Alvaro untuk bisa bersatu lagi denganku." Bianca mentertawakan nasib menyedihkan adik iparnya itu. Entahlah dari dulu Bianca tidak menyukai sang adik ipar, apalagi sekarang, Bianca semakin membenci gadis itu setelah Joana menikah dengan Alvaro.
Akhirnya Bianca telah tiba di depan pintu ruang VVIP-A4 di restoran mewah itu, Bianca menarik nafas dalam-dalam, kemudian dia tersenyum, lalu membuka pintu ruangan tersebut.
Ceklek...
Senyuman Bianca memudar, berganti dengan sebuah rasa kecewa, matanya membulat, bahkan tangan terkepal kuat, ketika dia telah membuka pintu tersebut. Sebuah pemandangan yang tidak ingin dia lihat.
