Anatasya menyembunyikan identitasnya sebagai putri bungsu keluarga konglomerat dari suaminya. Ia membantu Adrian membuka perusahaan. Tapi siapa sangka ternyata Adrian tidak pernah mencintai Anatasya, dia bahkan jijik dengan bau amis yang melekat pada tubuh istrinya.
Suatu hari, Adrian menceraikan Anatasya dan mengungkapkan bahwa dia memiliki pacar, yaitu Clara, seorang wanita kaya dan cantik yang merupakan adik sepupu dari keluarga Santoso.
Anatasya merasa hancur dan terhina. Tasya akan membuat orang yang menyakiti nya membayar mahal dibantu oleh ketiga abangnya. Damian, Julian dan Rafael.
Ketiga Abangnya tidak akan membiarkan adik bungsu mereka terluka.
Bagaimana reaksi Adrian dan keluarga nya setelah mengetahui jika wanita yang selama ini mereka hina adalah putri konglomerat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TK - 35 Jejak Apex Corp dan Skandal Terencana
Di kediaman Santoso, tim investigasi internal terus bekerja tanpa henti, layaknya detektif swasta profesional yang haus kebenaran. Rafael, Julian, dan Rina, dibantu oleh tim ahli forensik dan intelijen siber, mulai membuka lembaran-lembaran lama.
Mereka mengunjungi kembali lokasi kecelakaan orang tua Damian di daerah pegunungan yang terpencil, menganalisis kembali laporan polisi yang telah diarsipkan, dan bahkan mewawancarai beberapa saksi mata yang masih hidup, yang selama ini tidak pernah dihubungi oleh pihak berwajib secara menyeluruh.
"Analisis forensik terbaru pada mobil menunjukkan adanya jejak chemical yang tidak biasa pada sistem rem," lapor seorang ahli forensik kepada Rafael di laboratorium investigasi yang canggih, menunjukkan hasil uji lab di layar besar.
"Ini mengindikasikan adanya zat korosif yang sengaja disuntikkan untuk melemahkan sistem rem, bukan sekadar dipotong atau rusak karena kecelakaan. Zat ini dirancang untuk bekerja perlahan, menyebabkan kegagalan rem di waktu yang tepat, agar terlihat seperti kecelakaan murni."
Julian yang mendengarkan laporan itu mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. "Ini lebih dari sabotase biasa. Ini adalah pembunuhan yang sangat terencana. Mereka ingin memastikan tidak ada jejak yang tertinggal, agar terlihat seperti kecelakaan murni."
Rina, dengan kecerdasannya yang tajam dan jaringan koneksi yang luas, berhasil melacak beberapa rekan kerja almarhum Profesor Bayu dan Dokter Kartika yang telah lama menghilang dari peredaran, hidup dalam ketakutan.
Salah satunya adalah Profesor Chandra, seorang pensiunan ilmuwan yang dulu bekerja sangat dekat dengan orang tua Damian di lembaga penelitian yang sama. Ia sempat menghilang secara misterius setelah kejadian itu, khawatir akan keselamatannya sendiri jika ia berbicara.
Pertemuan dengan Profesor Chandra dilakukan secara rahasia di sebuah rumah peristirahatan di luar kota, tersembunyi di tengah hutan pinus yang sunyi, jauh dari mata-mata yang mungkin mengintai.
Profesor Chandra, seorang pria tua yang bijaksana dengan rambut putih beruban, tampak lega bisa akhirnya menceritakan apa yang ia ketahui, seolah beban berat bertahun-tahun terangkat dari pundaknya.
"Bayu dan Kartika adalah ilmuwan yang brilian. Penemuan mereka tentang generator energi kinetik yang bisa menghasilkan listrik dari gerakan kecil, bahkan dari getaran, dan juga penelitian tentang vaksin untuk penyakit langka, bisa merevolusi industri energi dan kesehatan," kata Profesor Chandra, suaranya parau, penuh kesedihan.
"Tapi itu juga menjadi ancaman besar bagi pihak-pihak tertentu yang punya kepentingan besar dalam industri energi fosil dan farmasi tradisional. Ada miliaran dolar yang dipertaruhkan, dan mereka tidak segan untuk melakukan apa pun demi mempertahankan dominasi mereka."
"Apakah Anda tahu siapa pihak-pihak itu, Profesor?" tanya Rafael hati-hati, mencoba mengorek informasi sejelas mungkin tanpa menekannya.
Profesor Chandra mengangguk pelan, matanya menerawang jauh, mengenang masa lalu yang kelam.
"Saya mencurigai Apex Corp. Mereka adalah perusahaan raksasa yang mendominasi pasar farmasi dan memiliki investasi besar di energi fosil. Mereka sangat agresif dalam menyingkirkan pesaing, bahkan dengan cara-cara kotor dan ilegal."
"Ada bukti yang mengarah ke sana, Profesor?" Julian bertanya, tidak sabar ingin mendapatkan bukti konkret yang bisa digunakan di pengadilan.
"Tidak ada bukti langsung yang bisa dibawa ke pengadilan saat itu," jawab Profesor Chandra dengan nada menyesal.
"Mereka bergerak sangat rapi. Tapi saya tahu Bayu dan Kartika pernah menerima ancaman langsung dari perwakilan Apex Corp. Mereka diminta untuk menghentikan penelitian mereka, atau 'sesuatu yang buruk akan terjadi'.
Mereka bahkan menawarkan sejumlah besar uang untuk membeli paten mereka dengan harga murah, tapi Bayu dan Kartika menolak karena ingin penemuan itu bermanfaat untuk semua orang, bukan hanya segelintir korporasi."
Informasi ini menguatkan kecurigaan mereka. Damian, yang mendengarkan rekaman wawancara itu, mengepalkan tangannya.
Sebuah konspirasi besar sedang ia hadapi, jauh lebih besar dari yang ia bayangkan, melibatkan kekuatan yang sangat besar dan kejahatan terorganisir.
"Kita harus mencari bukti kuat yang menghubungkan Apex Corp dengan kematian orang tua kandungku," kata Damian, matanya tajam dan penuh amarah yang dingin.
"Jika mereka melakukan ini, mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Tidak ada yang bisa lolos dari keadilan selamanya."
Rafael, Julian, dan Rina mengangguk. Mereka tahu tugas mereka tidak mudah, tapi tekad mereka semakin kuat.
Mereka tidak hanya mencari kebenaran, mereka juga mencari keadilan untuk orang tua kandung Damian, sebuah keadilan yang telah lama tertunda dan kini harus dibayar mahal oleh pelakunya.
"Kalau sedang begini aku merasa seperti seorang detektif sungguhan kak, seorang Idol ternyata bisa menjadi detektif." canda Rafael dalam situasi tegang.
"Benar kan Nona Rina?" goda Rafael pada Rina menaikkan turunkan alis nya.
"Benar Tuan." jawab Rina.
"Kau memang dari dulu bukannya ingin sekali jadi detektif." ucap Julian kemudian.
"Yuppz, dan sepertinya impian ku waktu kecil terwujud saat ini. Berkat misi dari kak Damian."
Damian melirik Rafael dan tersenyum.
"Oh yah, apa ayah dan ibu sudah kembali?" tanya Rafael.
"Iyah ayah ibu sudah kembali ke luar negeri."
"Yah, padahal aku masih kangen berat sama mereka. Kenapa sih mereka tidak tinggal di sini saja?" ketus Rafael seperti bocah.
Damian dan Julian hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah kekanakan Rafael melebihi Anatasya adik bungsu mereka.
☘️☘️
Di sisi lain, Jamilah, Adrian, dan Winda semakin mendesak Sarah untuk melancarkan aksinya. Mereka merasa waktu semakin genting, terutama setelah Damian berhasil meredakan badai fitnah sebelumnya, dan indikasi bahwa Damian sedang menggali lebih dalam tentang masa lalu orang tuanya. Mereka harus mendahului Damian, sebelum semua kebenaran terungkap dan rencana mereka hancur berantakan.
"Sarah, kau harus mempercepat ini," perintah Jamilah melalui panggilan telepon terenkripsi, suaranya melengking tinggi, penuh desakan.
"Kita butuh sesuatu yang besar, yang bisa mengguncang hubungan Damian dan Anatasya hingga ke akarnya. Jangan sampai mereka bersatu lagi, apalagi setelah Damian mulai membuka kasus lama itu."
Sarah, yang sedang menikmati minuman favoritnya dengan tenang, menjawab dengan nada santai. "Nyonya tenang saja, jika kita terlalu terburu-buru, rencana kita yang sudah tersusun rapi akan gagal dan sia-sia. Nyonya tidak mau kan rencana kita gagal?"
"Tapi tetap saja, kita tidak bisa terlalu santai," balas Jamilah tak sabar.
"Damian semakin dekat dengan kebenaran. Aku tahu dia sedang menyelidiki ulang kematian orang tuanya. Kita tidak punya banyak waktu. Apa yang sudah kau siapkan, Sarah? Aku butuh jaminan bahwa rencana ini akan berhasil dan bukan hanya sekadar mengulur waktu."
Sarah tersenyum tipis, sorot matanya menunjukkan kepercayaan diri yang mematikan.
"Saya mengerti urgensinya, Nyonya. Saya sudah mengumpulkan semua informasi tentang Damian. Kebiasaan, jadwal, bahkan kelemahan-kelemahannya. Foto-foto 'kecelakaan' saya dengan Damian di pameran seni kemarin sudah disiapkan untuk disebar."
"Foto-foto itu hanya permulaan, Sarah. Kita butuh sesuatu yang lebih eksplosif," desak Adrian, suaranya terdengar dari sambungan telepon lain.
"Sesuatu yang membuat Anatasya langsung mundur teratur."
"Dan tentu saja, kita juga harus menjaga reputasi Sarah agar tidak tercoreng. Kita tidak ingin publik melihatnya sebagai wanita penggoda murahan," tambah Winda, yang lebih memikirkan aspek citra.
"Tentu saja," jawab Sarah. "Saya tidak akan mempertaruhkan reputasi saya. Saya sudah merencanakan langkah selanjutnya. Saya akan menggunakan alasan profesional. Ada sebuah proyek film besar yang membutuhkan lokasi syuting eksklusif, dan saya akan meminta bantuan Damian untuk mendapatkan izin menggunakan salah satu properti Santoso Group."
Jamilah terdiam sejenak, mencerna rencana Sarah. "Dan bagaimana itu akan mengguncang hubungan mereka?"
"Itu akan memberi saya waktu lebih banyak untuk berada di dekat Damian, tanpa menimbulkan kecurigaan berlebihan dari Anatasya. Kita akan bisa menciptakan lebih banyak 'insiden' yang terlihat tidak sengaja, tapi sebenarnya direncanakan dengan matang.
Insiden-insiden yang akan semakin menumpuk, merusak kepercayaan Anatasya sedikit demi sedikit," jelas Sarah.
"Lalu, di saat yang tepat, kita akan melancarkan pukulan terakhir yang akan menghancurkan mereka. Sebuah skandal besar yang melibatkan saya dan Damian, yang akan membuat Anatasya tidak punya pilihan selain menyerah."
"Sebuah skandal?" tanya Jamilah, suaranya kini terdengar tertarik. "Jelaskan lebih detail."
"Kita akan membuat sebuah skenario yang menunjukkan Damian berselingkuh dengan saya. Tentu saja, itu semua hanya rekayasa," kata Sarah dengan nada dingin.
"Tetapi buktinya akan terlihat sangat meyakinkan. Cukup untuk menghancurkan hubungan mereka dan reputasi Damian di mata publik. Saya akan membuat Damian tidak bisa berkutik, dan Anatasya akan merasa dikhianati sepenuhnya."
Winda tersenyum licik. "Ide yang brilian, Sarah. Kita bisa menyewa paparazzi bayaran untuk 'menangkap' momen-momen itu, dan menyebarkannya ke media massa. Ditambah dengan rumor yang sudah kita sebarkan sebelumnya, ini akan menjadi badai sempurna."
"Persiapkan segala sesuatunya, Sarah," kata Jamilah, kini dengan nada puas.
"Aku akan siapkan dana yang lebih besar untuk proyek ini. Pastikan tidak ada satu pun kesalahan."
"Tidak akan ada kesalahan, Nyonya. Damian akan jatuh ke dalam perangkap saya, dan Anatasya tidak akan bisa berbuat apa-apa. Tinggal menunggu waktu yang tepat saja," tutup Sarah, dengan senyum kemenangan terukir di wajahnya.
Bagaimana Sarah akan mendekati Damian dengan alasan proyek film, dan apa "insiden" yang akan ia ciptakan selanjutnya?
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...