IG : purna_yudiani
Pernikahan ini merupakan pernikahan yang tidak pernah Kafkha inginkan, bagaimana tidak ia menikahi gadis bercadar yang tidak ia cintai, pernikahan ini hanya pernikahan kontrak yang di buat oleh nya.
Kafkha terpaksa menikahi gadis ini karena ada suatu kesepakatan waktu itu antara kakek Kafkha dengan almarhum kakek Medina, Kafkha terpaksa menyetujui pernikahan ini toh pernikahan ini hanya satu tahun saja yang ia buat di surat perjanjian.
Medina sangat terpuruk saat suaminya lebih memilih kekasihnya ketimbang dirinya yang sudah sah menjadi istrinya. Medina tidak mau pernikahan kontrak ini berakhir dengan begitu cepat, dengan tekat yang kuat dan izin Allah SWT, Medina mau mengejar cinta suaminya itu.
Menurut Medina pernikahan itu hanya sekali seumur hidup.
Akankah Medina bisa meluluhkan hati seorang Kafkha Darmansyah yang sangat terkenal dengan sifat cuek dan dingin nya.
Yuk saksikan kelanjutan cerita ini hanya di sini!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon purna yudiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 27. Merasa Cemburu
Medina merasa senang karena Kafkha tidak memarahinya sama sekali, terlebih lagi Kafkha tidak melakukan perlawanan sedikitpun ketika Medina mencium sekilas pipinya itu.
Saat ini Medina sedang di ruangan Kafkha itu ia akan menunggu suaminya itu selesai meeting, Medina menghampiri meja kerja suaminya yang sedikit berantakan itu, ia berinisiatif membereskan dan merapikan meja kerja Kafkha.
Tapi tak di sangka-sangka, Medina menemukan foto Kafkha dengan Clara yang terpajang di meja dengan bingkai love itu, hati Medina terasa sakit melihat foto suaminya dengan Clara itu, bagaimana hubungan mereka dahulu nya? apakah sangat dekat sehingga suaminya itu masih cinta dengan Clara itu.
Medina mengambil bingkai foto itu ia memperhatikan foto itu, bagaimana gaya foto mereka yang sangat romantis itu, Medina duduk di kursi kebesaran suaminya itu.
Ia mengusap foto suaminya itu dengan tersenyum tipis di balik cadarnya itu, ia menghela napas berat, mungkin sangat susah Kafkha akan membuka hatinya untuk Medina sedangkan cinta nya sangat besar untuk Clara. Namun itu tak menyurutkan semangat Medina untuk mendapatkan hati suaminya itu.
"Bagaimana jika aku buang saja foto mereka ini?"
Medina kepikiran untuk membuang foto suami dan kekasih suaminya itu, mungkin ini terkesan sangat lancang karena Medina berinisiatif membuang foto ini.
Ya, benar saja Medina membuang foto mesra suaminya itu dengan kekasihnya di dalam tong sampah yang tersedia di ruang Kafkha itu.
"Ini lebih baik, Dina tidak akan menyerah begitu saja, sudah cukup Dina di injak-injak dan tidak di anggap selama ini, Dina harus kuat untuk menjalani cobaan ini!"
Medina memutar kursi kebesaran suaminya itu, kini punggung kursi kebesaran itu membelakangi pintu.
Satu lagi yang membuat Medina sakit hati, ternyata bukan hanya satu foto saja yang ada di dalam ruangan ini, ternyata masih ada lagi foto Kafkha dengan Clara yang terpajang di dinding ruangan itu.
"Begitu banyak foto mereka, apa tidak ada foto ku di sini? ck ck ck!" Medina berdecak kagum melihat foto mereka ini.
Dengan inisiatif sendiri Medina mengambil bingkai foto yang terpajang di dinding itu lalu ia juga membuang nya.
"Ini sangat bagus!" tutur Medina saat semua foto-foto Kafkha dengan Clara tidak ada lagi terpajang di ruangan ini.
Medina kembali duduk di kursi kebesaran milik suaminya itu, hampir satu jam ia duduk di sana menunggu suaminya selesai meeting.
Di ruang meeting, Kafkha jadi kurang fokus karena pikiran nya melayang saat Medina sangat berani mencium pipi nya itu.
Seperti saat ini ia lebih banyak melamun dari pada menjelaskan tentang kerjasama perusahaan nya dengan perusahaan yang akan melakukan kerjasama dengan nya.
"Pak Kafkha!" tegur Reza
Kafkha masih melamun pikiran nya melayang entah kemana, saat ini di bayangan nya tertuju pada bibir mungil Medina yang sangat kenyal itu, ia ingin mencapit bibir mungil istrinya itu lagi.
Reza bekerja sangat profesional ia mengganti Kafkha saat ini ia yang akan menjelaskan tentang kerjasama antara perusahaan ini dengan perusahaan yang akan melakukan kerjasama dengan nya.
Akhirnya meeting sudah selesai, klien yang meeting bersama dengan mereka sudah keluar bersama dengan rekan-rekan kerja yang lainnya yang ikut juga dalam meeting ini.
"Kafkha!" panggil Reza melambai-lambaikan tangannya ke wajah Kafkha itu, tetap sama Kafkha tidak terusik dengan lambaian tangan Reza itu.
"Astagfirullah... ini orang kenapa ya? kesambet apaan coba?"
Dengan kesalnya Reza pergi keluar dari ruang meeting itu, kini hanya tinggal Kafkha yang berada di ruang meeting itu.
Dari tadi Medina menunggu suaminya itu tapi tak kunjung juga Kafkha kembali, "apa meeting selama itu?" Medina melirik jam dipergelangan tangan nya jam sudah menunjukkan pukul 14.35 wib.
Medina keluar dari ruangan suaminya itu ia berinisiatif mencari Kafkha ke ruang meeting itu, "apa dia masih meeting dengan klien nya? tapi kalau Dina menganggu dia bagaimana?" Medina berpapasan dengan Reza.
Reza langsung mengenali Medina, "bukanya itu kakak ipar?" gumam Reza
"Kak, kakak ipar!" panggil Reza lebih dulu
Medina seketika berhenti ia menoleh pada seorang laki-laki yang pernah mengantar Kafkha sewaktu Kafkha mabuk dulu dan juga laki-laki ini juga pernah pergi ke pesta pernikahan mereka waktu itu.
"Medina, istrinya Kafkha bukan?" tanya Reza sudah berada dekat dengan Medina.
"Ya, saya Medina!" jawab Medina
Medina menanyakan keberadaan suaminya itu barang kali Reza tau dimana suaminya itu.
"Apa kakak melihat mas Kafkha?" tanya Medina
"Tuh, dia lagi di ruang meeting merenung sendiri entah apa yang ia pikirkan!" beritahu Reza
Medina mengangguk lalu ia menyusul Kafkha ke ruang meeting itu, benar saja jika Kafkha lagi termenung di ruang meeting sepi orang itu.
"Mas!" suara Medina langsung masuk ke indera pendengaran Kafkha sontak saja ia kaget, Kafkha mendongakkan pandang nya kepada Medina itu.
Yang Kafkha bingung kan yaitu di ruang meeting ini sudah tidak ada orang sama sekali hanya dia dan Medina yang ada.
"Mereka kemana?" bingung Kafkha
"Mereka?" beo Medina
"Iya, mereka yang ikut meeting bersama dengan saya!" tutur Kafkha
"Bukankah meeting mas sudah selesai, buktinya saja teman mas sudah keluar bersama dengan yang lainnya!" beritahu Medina
Kafkha langsung melongo begitu saja, berarti dia di sini hanya menjadi pajangan saja dan tidak menjelaskan apa-apa tentang meeting mereka tadi.
Dukk
Kafkha memukul meja itu merutuki dirinya yang terbayang akan wajah dan bibir mungil Medina itu.
"Astagfirullah alhazim... mas kenapa?" tanya Medina
"Tidak, mari kita kembali!" ajak Kafkha
Mereka berdua kembali ke ruang kerja Kafkha itu, Kafkha masih merutuki dirinya bisa-bisa nya dia jadi gagal fokus akibat ulah istrinya tadi.
Kafkha duduk di kursi kerja nya itu, ia melihat meja kerjanya yang sudah rapi saja terlebih lagi Kafkha melihat meja kerjanya itu ada yang kurang saja.
Kafkha baru ingat jika bingkai foto love milik dia dan Clara itu sudah tidak ada lagi.
"Siapa yang berani membuang bingkai foto yang ada di sini?" marah Kafkha
Kafkha menatap marah pada Medina sudah di pastikan jika Medina yang sangat lancang membuang bingkai foto itu.
"Kau, beraninya kau membuang foto itu!" bentak Kafkha dengan sorot mata tajam.
Seketika suasana di ruang kerja ini jadi mencekam dengan kemarahan Kafkha itu.
Medina sedikit takut juga dengan kemarahan Kafkha itu, ia tidak berpikir panjang terlebih dahulu untuk membuang foto itu tanpa ada izin dari Kafkha.
"Apa Dina salah telah membuang foto mesra kalian? tidak mas, Dina tidak salah pantas Dina lakukan itu agar mas tidak memikirkan wanita itu lagi, mas sudah punya istri yang harus di jaga perasaan nya, maaf jika Dina lancang karena Dina tidak ingin melihat suami Dina di ambil oleh orang, mas hanya milik Dina!" tutur Medina mengutarakan isi hatinya, sebenarnya ia sangat takut berbicara dengan Kafkha yang lagi marah ini, bahkan Kafkha akan berbuat kasar dan mencelakai dirinya secara Kafkha selama ini tidak akan segan mendorong tubuh Medina.
"Kau sangat berani menyentuh barang-barang saya!" hardik Kafkha
"Dina melakukan ini karena Dina merasa cemburu!" potong Medina
Kafkha sempat tertegun dengan pengakuan Medina itu jika ia merasa cemburu.
"Mas tidak pernah memikirkan perasaan Dina, Dina cemburu mas melihat kalian bermesraan di depan Dina!" lanjut Medina
Entah kenapa dengan dirinya itu Kafkha jadi tidak bisa marah dengan Medina, ia berusaha meredam kemarahan nya itu demi tidak menyakiti fisik Medina.
"Keluar!" lirih Kafkha
Medina mengangguk patuh, ia keluar dari ruangan Kafkha itu sebelum Kafkha menyakiti fisik nya. Medina menunggu Kafkha di lobi kantor ini.
"Maaf Dina terlalu lancang mas, Dina hanya ingin menyelamatkan rumah tangga ini, akan Dina pastikan jika mas akan mencintai Dina!"
...
Bersambung...
Ada yang nungguin cerita receh author nggak sih? kalau ada ya Alhamdulillah banget kalau tidak ada ya syukuri aja.
Maaf telat update karena author memiliki beberapa problem sedikit, hehe...😁🤭
Jangan lupa like, vote dan komentar nya ya, komentar isi cerita ini ya agar author tau dimana letak kesalahannya!!!.
sungguh mantap sekali 👍👍
terus lah berkarya dan sehat selalu 😘😘
sungguh mantap sekali 👍👍
Kafkha seperti patung 🤣🤣
kalo tak kuat pergi saja