Mendapati kenyataan jika tunangannya bermain gila dibelakangnya membuat Fernando Nicholas Sanjaya sangat terpukul, sehingga membuatnya menyeret satu wanita dalam kehidupannya. Wanita yang menjadi budak nafsunya karna salah mengetuk pintu kamar hotelnya.
Bagaimana kisah Nicho dan Ganesa selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sokhibah El-Jannata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TMYS. Benci
Nala tolong aku
Ganesa melirik ponselnya, berharap Nala membuka pesan yang dia kirimkan. Dan benar saja, Nala langsung menelponya.
"Halo Nes, dimana kamu? Jangan membuatku hawatir. Kanu di sekitar sini kan? Aku melihat mobilmu!" ucap Nala panjang lebar. Dia baru saja dari bawah dan saat ini Nala berada di depan pintu hotel nomer 108.
Tak ada jawaban, hanya isakan tangis yang dia dengar dan membuatnya semakin hawatir.
"Nes, jawab aku. Kamu kenapa?" tanya Nala.
"Nala, aku di di dalam kamar 108," ucapnya. Ganes tak bisa mengatakan apapun dia masih syok dan kini mematikan ponselnya.
"108?" lirih Nala.
Nala menautkan alisnya, dia memutar tubuhnya dan menatap ke arah pintu yang ada dibelakangnya. Nala segera membuka hendel pintu yang tidak dikunci itu.
Nala berjalan ke dalam kamar yang telah terbuka pintunya, netranya menatap sayu ke arah ranjang. Dilihatnya wajah wanita yang sangat di kenalnya. Nala yang menyadari sesuatu terjadi segera menghampiri Ganesa yang kini menangis tak terbendung.
"Ganesa. Ya Tuhan. Apa yang terjadi?"
Nala memekik keras sambil mengamati ujung rambut hingga ujung kaki penampilan dari Ganesa yang kacau dan berbalutkan selimut. Bahkan sepertinya baru saja dia memakai bajunya kembali.
"Kamu kenapa, Nes?" tanya Nala sambil mendekat, Ganesa hanya menggelengkan kepalanya.
"Apa yang terjadi?" tanya Nala Khawatir. Nala memberikan segelas air di atas nakas agar sepupunya sedikit tenang.
"Katakan, apa yang terjadi denganmu?" tanya Nala. Ganesa melirik Nala dan menggeleng pelan. Nala meraih Ganes dalam dekap hangatnya.
"Aku kotor, Nal. Aku Kotor," keluh Ganesa sambil meneteskan air matanya.
Nala tampak terkejut, matanya berkaca melihat kondisi Ganesa yang kacau seperti ini.
"Siapa yang melakukannya?" tanya Nala. Dia tau telah terjadi sesuatu pada Ganesa setelah mengamati tubuh Ganesa yang banyak tanda merahnya.
"Katakan siapa orangnya? Apa aku perlu lapor polisi? Atau petugas hotel?" pekik Nala sambil menatap tajam wajah Ganesa. Ganesa menggelengkan kepalanya. Dia tak menjawab, ia hanya menggeleng dan menahan air matanya.
"Katakan Nes, Katakan!"pekik Nala lagi.
Ganes mempererat pelukannya pada Nala, mencari kenyamanan disana. Saat ini pikiranya benar benar kacau. Bagaimana dengan nama baik keluarganya? Pernikahannya dengan Rian nantinya?
"Lebih baik kita kekamar ku," ucap Nala.
Ganesa menggelengkan kepalanya, bahkan saat ini lututnya terasa lemas. Badanya terasa remuk. Hatinya juga terasa sangat sakit. Berjalan dan bertemu seseorang rasanya juga takut. Air matanya mengalir deras. Dia tak bisa berpikir apapun.
"Antar aku di toilet sini saja," ucap Ganesa.
Nala mengangguk, dia tau apa yang dirasakan Ganesa. Tak menjawab apapun, Nala segera menuntun tubuh Ganesa yang lemah itu ke kamar mandi. Setelah itu Nala keluar dari kamar mandi dan menunggu dengan hawatir sepupunya.
Ganes menutup pintu kamar mandi, menyalakan shower dan mengguyur tubuhnya, perut dan area sensitifnya terasa sakit. Lagi-lagi Ganesa memejamkan matanya. Air matanya mengalir bersamaan dengan mengalirnya air shower. Bayangan perlakuan lelaki tadi membuat hatinya sesak. bercak darah yang berada di spray itu juga jelas tampak di ingatannya.
"Tuhan, maafkan hambamu yang tidak bisa menjaga diri dan kehormatan," lirih Ganesa sambil menggosok kasar tubuhnya. Ganesa benar-benar frustasi karna kepahitan yang diterimanya saat ini. Wajah lelaki itu mengiang dalam pikiranya. Rasa benci seolah menguasai hatinya. Dia sangat benci pada lelaki yang merenggut mahkotanya.
"Aku benci kamu," ucap Ganes sambil memukul tubuhnya. Netranya menatap ke samping sana. Tangannya terulur mengambil benda tajam itu.
"Nes, Nes, Ganesa!" teriak Nala.
Satu jam telah berlalu dan Ganesa tak kunjung keluar dari kamar mandi, menjadikan Nala kawatir dan mengetok kasar pintu kamar mandi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...