Kegaduhan dunia sihir membawa malapetaka di dunia manusia, petualangan seorang gadis yang bernama Erika Hesly dan teman temannya untuk menghentikan kekacauan keseimbangan dunia nyata dan sihir.
apakah yang akan dilakukan Erika untuk menyelamatkan keduannya? mampukah seorang gadis berusia 16 tahun menghentikan kekacauan keseimbangan alam semesta?
Novel ini terinspirasi dari novel dan film Harry Potter, jadi jika kalian menyukai dunia fantasi seperti Harry Potter maka kalian wajib baca yaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elicia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 11
Mulai dari sini kita pakek sudut pandang orang ke tiga ya🤗😁
Perasaan cemas menyelimuti hati kedua siswa yang kini berlari menuju ruang Profesor Seti. Setelah apa yang terjadi di perjalanan pulang membuat Etor dan Kira segera bergegas menemui sang Profesor yang merupakan wali kelas mereka.
Brak
Suara pintu tiba-tiba terbuka, membuat kedua orang yang ada di dalam ruangan tersebut terpelojak kaget.
"Apa-apaan in-" ucapan Profesor Seti terpotong
" Tunggu Profesor, ini genting!!" Ucap Kira yang kini terengah-engah.
"Ya..ini..sangatt...genting...dengarkan...kami" kali ini Etorlah yang bersuara.
Mendengar apa yang mereka katakan Kedua orang yang ada di ruangan mengerutkan keningnya.
"Katakan apa yang terjadi?" Profesor bertanya kepada mereka.
"E-Erika...d-dia...tadi saat kami pulang dari Pasar Sihir... tiba-tiba ada asap yang mengepul mengelilingi kami"
"Kemudian Erika dibawa pergi oleh sosok hitam yang ada pada asap itu.." sesaat terjadi keheningan di dalam ruangan.
Brukk
Seseorang yang sedari tadi menjadi pendengar kini berdiri dari kursinya, matanya tajam menatap kedua manusia yang kini berada di ambang pintu.
"Katakan dimana kejadiannya?" Tanya Alzer yang sedari tadi diam mendengarkan.
"I-itu...jalan disamping....pembuangan.." Etor sedikit kaget dengan kehadiran Alzer yang tidak ia ketahui.
"Kalian berdua pergilah ke asrama, aku akan menangani ini" jawab Profesor Seti.
"Tapi...Prof-"
"Tidak ada tapi-tapian, sekarang pergi ke Asrama kalian" potong sang Profesor.
Etor dan Kira meninggalkan ruangan, mereka hanya bisa pasrah kepada Profesor Seti dan berdoa agar Erika tidak apa-apa. Ruangan Profesor Seti kembali sepi, kali ini hanya ada Alzer dan pemilik ruangan yang menempati ruangan itu.
"Alzer pergilah ke Asramamu" perintah sang Profesor.
"Apa? Tidak. Saya tidak akan pergi" tolak Alzer.
"Ini bukan sesuatu yang bisa kau tangani Alzer, jadi pergilah" Profesor Seti bersiap mengambil tongkat sihirnya.
"Saya bisa membantu Profesor, kekuatan saya sudah leb-" perkataan Azler terpotong dengan bentakan keras sang Profesor.
"Ini bukan lagi tentang kekuatan Alzer!! ini sudah lebih dari itu, temanmu di tahan dan sekarang biarkan para petinggi Akademi menanganinya" Profesor Seti keluar ruangan dengan jubah kebanggaannya.
Sedangkan Alzer terdiam bergulat dengan pikirannya, setelah beberapa saat dia memutuskan pergi dari tempat itu, dia pergi bukan untuk kembali ke Asramanya melainkan pergi untuk mengikuti Profesor Seti.
***
Di tempat lain di waktu yang sama, seorang gadis tergantung di sebuah pohon besar, tangannya terikat dengan tali, mengaitkan tubuhnya dan batang pohon itu.
Gadis itu Erika, dia barusaja tersadar dari pingsannya, ia bergerak-gerak untuk membebaskan diri dari ikatan itu, tali yang mengikatnya membuat tangan gadis itu terluka, Erika merintih kesakitan saat pergelangan tangannya teriris tali.
"Ah...sakit..." Erangnya kesakitan
Erika mengedarkan pandangan, tempat yang di kelilingi oleh air yang mengalir dan bau busuk yang menyengat, apakah ini saluran pembuangan? pikir Erika.
Tiba-tiba seorang nenek tua yang bongkok terbang dengan sapu terbangnya kearah Erika, nenek itu terkekeh memperlihatkan giginya yang kuning dan hitam.
"Hoho....gadis cantik..." Nenek itu membelai wajah Erika dengan jarinya yang keriput, kukunya yang panjang dan hitam membuat Erika bergidik ngeri.
"Hum...baumu harum...sangat harum...darah muda yang penuh dengan semangat" ucap nenek itu tak jelas.
"S-siapa kau!? Lepaskan aku!!" ucap Erika memberanikan diri.
Bukannya menjawab nenek itu malah tertawa kemudian mengeluarkan pisau kecil dari sakunya. Melihat itu mata Erika membulat.
"A-apa yang akan kau...lakukan?" Tanya Erika diiringi dengan rasa takut.
Nenek itu tertawa, tidak perduli dengan rasa takut yang terjadi pada Erika, nenek itu mendekatkan pisau itu di wajah mulus Erika sebelum...
"Tunggu...ini bukan waktu yang tepat untuk gadis sepertimu..." Gumam nenek itu mengurungkan niatnya.
"Kita harus menunggu...sampai bulan purnama merah hihihihi" lanjut nenek itu.
Nenek itu melayang kearah seorang gadis yang tempatnya tak jauh dari Erika, tanpa aba-aba nenek itu mengiris kulit gadis itu membuat darah segar keluar dari kulitnya nenek itu menyimpan darah segar itu dalam botol kecil kemudian memasukannya di saku jubahnya yang kumuh.
Melihat pemandangan itu Erika meringis, otaknya bertanya-tanya kenapa gadis itu tak berteriak bahkan tidak bergerak saat benda itu mengiris kulitnya.
Beberapa saat Erika gemetar ketakutan saat nenek tua itu memegang kepala si gadis kemudian menghisap energi? Bukan, sepertinya nenek itu menghisap wajah sang gadis yang kini membuat wajah gadis itu menua, tak lama setelah itu wajah sang gadis berubah menjadi nenek-nenek lalu mengering dan menjadi abu.
Mata Erika melotot menyaksikannya secara langsung, tubuhnya yang menggantung gemetar ketakutan, rasa sakit di lengan tangannya kini terlupakan oleh rasa takut yang semakin menjadi.
"Ah...rasanya...sangat segar..." Ucap nenek itu.
Suaranya berbeda, Erika menyadari itu, kali ini suaranya tidak serak seperti tadi, saat nenek itu berbalik dia membuka tudung nya membuat mata Erika melebar karena melihat wajah nenek itu menjadi muda, bahkan jauh lebih muda dibandingkan nenek peyot yang jika dilihat umurnya tidak lama lagi.
Nenek itu menengakan punggungnya yang semula melengkung, dia melayang ke arah Erika dengan senyum sinis.
"Oh..gadis manis....apa kau terkejut?" Ucapnya
"Tenang saja...aku sudah mengirimnya ketempat yang lebih baik dari pada dunia ini hihihi" lanjut orang itu.
"Kau ...apa yang kau lakukan padanya?" Tanyaku
"Aku? Aku hanya membantunya menemui keluarganya, dia seorang diri di dunia ini...jadi aku memutuskan untuk membantunya menemui keluarganya" ucap orang itu menyentuh dagu Erika
"Kau...sangat cantik....sama sepertiku saat masih muda..." Gumamnya, aku melihat kesedihan di matanya saat mengatakan itu.
Orang itu melayang mundur menjauh dari tubuhku yang tergantung di dahan pohon.
"Tenang saja, aku tidak akan melakukannya padamu sekarang" ucapnya
"Aku akan menunggu pohon kematian mengambil alih mimpimu...dan membuatmu tertidur lelap" dia menyusuri darah yang mengalir dari lenganku yang tergores tali.
Jarinya mengusap aliran darah itu dan membawanya kemulutnya, membuatku memandangnya dengan takut.
"Karena kau...sangat istimewa" ucapnya kemudian pergi menghilang.
Pikiranku berkecamuk setelah mendengar ucapannya, pohon kematian? Pohon yang harusnya sudah dimusnahkan bertahun-tahun yang lalu, sekarang berada di depanku? Itulah pikiran Erika saat ini, sebelum matanya menggelap.
Akar pohon yang menjalar keluar dari air mulai melilit Erika yang tak sadarkan diri, sebelum...
Srettt....
Buum..
Ledakan terjadi di sisi lain pohon, membuat akar yang melilit tubuh Erika melepaskan gadis itu, akar itu mulai menjalar kearah ledakan, dan pada saat itulah ledakan yang lebih besar terjadi.
Blarrrr