Tidak ada yang tahu pasti bagaimana takdir telah di gariskan. Almira Kanaya tidak sengaja menumpahkan jus milik salah seorang pria yang bernama Hafiz Muhammad Adnan.
kejadian tak terduga tersebut ternyata menarik keduanya dalam hubungan abstrak yang cukup membuat hati mereka porak-poranda bak rollercoaster. penasaran? mari simak kisahnya.
note : cerita ini murni dari tulisan author dilarang untuk di coppy paste, jika terdapat maka akan berusan dengan undang-undag hak cipta. ☺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Hikma Arzam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Tak Terduga
Almira mendadak di hadang oleh Aldi saat ia dan Bella ingin masuk ke ruang jurusan. mata Bella mendelik menatap tidak suka pemuda yang sering di juluki fans berat sahabatnya itu.
"ada apa?" tanya Almira santai.
Aldi tersenyum lalu menyerahkan sebungkus kue coklat ke sukaan Almira. "aku tadi lewat di tokoh kue dan kebetulan stok kue ini ada jadi aku beliin." jelas Aldi.
Almira menerima kue itu dengan senang hati. "makasih ya Aldi, tapi maaf aku nggak banyak balas budi atas kebaikan kamu." jawab Almira tulus.
"nggak masalah kok, ya sudah aku tinggal ya." balas Aldi kemudian berlalu.
Bella menghela nafas kenapa jika bertemu Aldi dia selalu sensi merasa hal yang aneh pada pemuda itu. Almira menatap kue coklat kacangnya dengan senyum.
"bell ayo kok kamu malah liatin Aldi?" tanya Almira heran.
"nggak tau firasat aku nggak enak soal anak itu." balas Bella waspada.
Almira tersenyum seraya menepuk pundak Bella. "berpikir positif bell, Aldi selama ini baik kok kita juga udah sering makan pemberiannya kan?"
Bella tak menjawab ia masih merasa tidak suka entah apa yang salah dengan dirinya. melihat kebungkaman Bella, Almira berinisiatif menarik lengan gadis itu.
"dari pada kamu galau mending kita makan kue ini aja." ajaknya seraya menuntun Bella ke kursi kosong dekat ruangan ketua jurusan.
Kue coklat kacang itu Almira buka dengan perlahan. rasanya agak aneh karena klip di tempat kue ini tidak terlalu kuat merekat namun Almira menghiraukan. ia kemudian mengambil sendok bening kecil yang tersampir di samping kue itu.
"aku cobain lebih dulu ya." ucap Almira lalu menyendok kue coklat itu dan memasukkan kedalam mulutnya.
"mm rasanya enak." puji Almira. ia kemudian menawarkan kue itu ke Bella namun gadis dengan lesung pipi kanan itu menolak halus.
Almira tidak keberatan ia asik menikmati kue pemberian Aldi kapan selagi yang memberi ikhlas maka halal untuk dimakan. saat hendak menyuap suapan ke tiga kepala Almira mendadak pusing, tubuhnya bereaksi aneh, tangannya gemetar dan rasa mual hebat serta sakit perut akut menyerangnya. Almira menahannya sekuat tenaga tapi fisiknya sudah tidak mampu.
Brukh.
Almira terkulai lemas di atas kursi panjang kosong di sampingnya mulutnya mulai mengeluarkan busa. Bella histeris gadis itu tanpa pikir panjang langsung meminta tolong.
"Almira? kamu kenapa? Al.. tolong!"
Orang-orang berdatangan termasuk para senior mereka, ada yang melihat dengan heran, bergunjing serta salah seorang laki-laki yang menyukai Almira secara diam-diam langsung menggendong.
"bawa keluar ya kak, saya sudah telpon ambulan." ucap Bella setelah menghubungi ambulan milik rumah sakit terdekat kampus mereka.
Pemuda berambut agak sedikit ikal itu mengangguk dia dan Bella berjalan cepat membuka banyaknya pasang mata yang melihat. "please Al lo harus bertahan!" ucap Bella yang entah sejak kapan sudah menangis tersedu.
Bella tidak lupa mengambil kue yang baru saja Almira makan, ia yakin kue yang kini ada di genggaman nya akan menjadi bukti kuat. Ambulans tiba didepan lebih cepat dari perkiraan Bella dan Hans mengucap syukur keduanya langsung membaringkan Almira di brankar pasien dan membantu para perawat menaikan kasur roda itu kedalam mobil.
Bella ikut naik sementara Hans stay, ia berencana akan memeriksa cctv kampus tepatnya lima menit sebelum kejadian. mobil Ambulan yang membawa Bella dan Almira perlahan melaju meninggalkan satu orang yang menatap khawatir.
"yakin sih itu pasti keracunan." ucap salah satu perempuan berhijab merah yang ada di kumpulan orang-orang yang mengantar Almira.
"siapa ya yang tega ngeracunin duta kampus kita?" timpal si baju putih.
...----------------...
Aldi berjalan gemetar menatap nanar Namifa dan teman-temannya. "puas kalian?"
Namifa terkekeh sama halnya dengan Sarah sementara Jena diam. rasa bersalah mengerogoti pikirannya. seharusnya Jena tidak memberi tahu informasi yang sempat ia dengar dari pembahasan Almira dan kakaknya serta Bella. sehingga Namifa tidak akan menekan Aldi untuk meracuni gadis itu.
"kamu tenang saja Aldi, adik kamu tidak akan kenapa-napa, uang satu milyar sudah saya tranfer ke rekening mu, pakailah itu untuk membahagiakan ibumu." ujar Namifa santai.
"thanks Jena, kerja baik kamu untuk mengulik informasi dari gadis yang sebentar lagi meninggal itu berbuah hasil." puji Sarah seraya menaikan dua jempol mereka.
Aldi menangis dalam diam. ia tidak akan memaafkan dirinya jika racun itu membuat Almira meninggal dunia.
"pergilah Al, ngapain kamu masih disini. ingat mimik wajah kamu harus biasa saja." Namifa berucap dengan senyum penuh kemenangan.
"kenapa harus Almira yang kalian racuni? dia tidak pernah buat salah sama kalian." bentak Aldi.
Sarah terkekeh menatap remeh pemuda yang kini tengah berdiri dihadapan mereka. "dia tidak sebaik apa yang kamu kira, jadi sekarang kamu pergi sebelum saya dan Namifa berubah pikiran."
Aldi mengepalkan tangannya kuat-kuat. jika saja ayahnya bukan bawahan dari keluarga Namifa mungkin ia tidak akan sudi tunduk pada perintah perempuan berhati iblis ini. tanpa kata lagi ia pergi meninggalkan mereka.
...****************...
"apa?" Haya langsung panik ia menatap kedua orang tuanya dan juga Hafiz dengan perasaan kacau.
"mah, ayah Almira sekarang lagi di rumah sakit dia keracunan." Jelas Haya kemudian langsung berdiri bergegas keluar tanpa pikir panjang lagi.
Hafiz pun sama ia tidak lagi berpamitan kepada kedua orang tua Haya yang kini sedang saling menguatkan. Syifa menangis lemas tapi memaksa untuk ikut ke rumah sakit.
Bella mondar-mandir didepan ruang ugd, tangannya gemetar dan rasa bersalah memupuk hatinya. andai saja ia tidak membiarkan Almira memakan kue itu. andai saja ia lebih percaya dengan instingnya.
"pleas ya Allah selamat kan Almira." pintanya yang tak henti semenjak masuk mobil sampai rumah sakit.
Dokter keluar dari ruangan itu. "apakah kamu keluarga pasien?"
Bella mengangguk. "iya dok saya keluarga nya."
"Allhamdulilah pasien sudah melewati masa kritis nya, paparan racun yang ia konsumsi juga tergolong sedikit, berkat kecepatan dalam membawa pasien ke rumah sakit sehingga kami bisa menanganinya dengan tepat pula Terima." jelas dokternya.
"apa sudah bisa di jenguk dok?"
Dokter Dian menggeleng. "untuk sementara biarkan pasien beristirahat dulu, besuk akan dilakukan setelah pasien sadar nanti. untuk lebih lanjut nya mari ikut saya ke ruangan."
Saat Dokter Dian dan Bella bergerak Haya, Hafiz, dan Hanan tiba lebih dulu dibandingkan Kavindra dan Syifa.
"dokter saya kakaknya pasien bagaimana keadaan adik saya?" tanya Haya cemas.
"oh jadi mbak ini siapa?"
Bella tersenyum canggung. "saya sahabatnya dokter tapi sudah seperti keluarga." jelas Bella.
Dokter Dian menggangguk ia maklum. "kalau begitu mari ikut saya ke ruangan."
Hafiz menatap Bella tajam meminta penjelasan sama halnya dengan Hanan. Mereka menyesal karena kesibukan masing-masing sampai akhirnya Almira terkena bencana yang tidak di rencanakan.
"maaf gue teledor, Almira keracunan makanan yang diberikan oleh teman kami Aldi." jelas Bella.
Hafiz mengepalkan tangannya kuat dan menonjok dinding. "kurang ajar aku akan menghajarnya." putus Hafiz.
"jangan gegabah." cegah Hanan.
Hafiz menyugar rambutnya kasar, seharusnya hari ini menjadi kabar bahagia untuknya dan Almira sebab beberapa hari lagi ia akan melangsungkan lamaran. rasanya dunia seperti mempermainkan nya.
"kamu tenang, kita bisa lacak cctv dulu." tambah Hanan lagi.
Bella yang mendengar kata cctv itu langsung teringat, tadi Hans sedang memeriksa hasil cctvnya tapi karena buru-buru dan panik ia lupa meminta nomor pemuda itu.
"ya aku setuju sama kak Hanan, sebaiknya cek cctv karena aku curiga Aldi tertekan sebab dia sangat menyukai Almira." jelas Bella.
"dia menyukai Almira tapi mencelakai nya ck picik sekali hatinya." sarkas Hafiz kehilangan kendali.
"Bella jangan gitu lah."
ceritanya keren banget seriuss😁✨✨
jangan lupa mampir di karya aku ya thor. terimakasih