NovelToon NovelToon
JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN

JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:204
Nilai: 5
Nama Author: Sarah Siti

JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN

Zhao, putri bangsawan yang terkenal cantik dan keras kepala, kembali membuat kehebohan di kediaman keluarganya. Kali ini, bukan karena pesta atau keributan istana… tapi karena satu hal yang paling ia hindari seumur hidup: perjodohan!

Dirinya dijodohkan dengan Pangeran Wang pangeran kerajaan yang dikenal dingin, tegas, dan katanya... kejam?! Zhao langsung mencari cara kabur, apalagi hatinya telah tertambat pada sosok pria misterius (pangeran yu) yang ia temui di pasar. Tapi semua rencana kacau saat ia malah jatuh secara harfia ke pelukan sang pangeran yang tak pernah ia pilih.

Ketegangan, kekonyolan, dan adu mulut menjadi awal dari kisah mereka. Tapi akankah hubungan cinta-benci ini berubah jadi sesuatu yang lebih hangat dari sekadar perjodohan paksa?

Kisah cinta kerajaan dibalut drama komedi yang manis, dramatis lucu, tegang dan bikin gemas!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarah Siti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RAMUAN, RENCANA DAN RASA

Istana sedang dipenuhi kesibukan yang tak biasa. Para pelayan lalu-lalang membawa hiasan, bunga musim semi disusun membentuk gerbang lengkung, dan suara tabuh-tabuhan terdengar dari kejauhan, menandakan pesta besar tengah disiapkan. Kain merah dan emas membentang dari gerbang luar hingga ke aula utama, menggantung lembut di tiang-tiang tinggi seperti awan kemewahan. Harum bunga peony memenuhi udara, bercampur aroma dupa yang dibakar di altar leluhur. Istana tampak bagaikan dunia lain yang bersiap menyambut momen agung: pernikahan keluarga kekaisaran.

Di tengah hiruk pikuk itu, Pangeran Jaemin berdiri di bawah pohon magnolia yang sedang berbunga, menatap ke kejauhan dengan wajah sulit dijelaskan.

“Tak kusangka... sebentar lagi Nona Zhao benar-benar akan jadi kakak iparku,” gumamnya pelan, seperti masih tak percaya.

Ia mengernyit, lalu menoleh ke Pangeran Yu yang berdiri di sebelahnya dengan tenang namun terlihat sedikit gugup.

"Kaka... kau yakin dia akan membiarkanku bersahabat dengan Nona Zhao? Bagaimana kalau dia menatapku lagi dengan tatapan menyeramkan itu?” bisik Jaemin sambil menggigil dibuat-buat.

Pangeran Yu tersenyum tipis, matanya menatap para pelayan yang sibuk menghias tangga batu menuju aula utama. Tapi pikirannya tak benar-benar berada di sana. Ia teringat tatapan Zhao yang selama ini selalu ia anggap tajam dan penuh perlawanan kini mulai terlihat berbeda. Ada sesuatu yang berubah... atau mungkin, selama ini ia yang tidak pernah benar-benar memperhatikan.

“Entahlah... mungkin aku yang belum siap menerima semuanya,” bisiknya dalam hati. Entah perasaan itu untuk sang sahabat yang kini akan menjadi ipar, atau untuk dirinya sendiri yang mulai terusik oleh senyum Zhao yang tak pernah ia sadari sebelumnya.

Sementara itu, di ruang kerjanya, Pangeran Wang tampak sibuk membolak-balik dokumen-dokumen penting. Tapi sejak tadi, tak satu pun isinya yang berhasil ia baca dengan fokus. Bayangan Zhao dengan segala tingkah lugu dan berisiknya terus saja mengganggu benaknya.

“Sebentar lagi dia akan tinggal bersamaku... di kamarku... di ranjangku,” pikirnya sambil menghela napas panjang. Tangannya menghentak pelan meja, frustrasi. “Apa aku siap hidup dengan badai kecil bernama Zhao?”

Di sisi lain, kediaman Nona Zhao berubah seperti sarang lebah yang kebakaran. Zhao sendiri sedang mondar-mandir di tengah kamarnya yang sudah dipenuhi tumpukan kotak seserahan dan baju pernikahan.

“Apakah aku benar-benar siap hidup dengan serigala dingin itu?” gerutunya. “Dan... perasaanku pada Pangeran Yu... huh, kenapa rasanya seperti sudah terlempar keluar dari dadaku?!”

Meilan, sang dayang setia, hanya bisa tersenyum geli melihat nona mudanya yang seperti orang kesurupan.

“Meilan! Gimana kalau nanti si serigala dingin itu memperlakukanku buruk? Kalau dia menyiksaku? Atau bahkan menghabisiku tanpa memberiku putra?!”

Zhao melotot dramatis, seperti sedang membayangkan film tragedi di kepalanya sendiri.

“Nona...” Meilan menggeleng pelan, menahan tawa. “Jangan bicara sembarangan. Menurutku, Pangeran Wang bukan orang seperti itu. Beliau tahu cara menjaga hati seorang wanita.”

“Lihat! Kau selalu membelanya! Sebenarnya, majikanmu itu aku atau dia, hah?!” ucap Zhao, cemberut dengan nada gemas.

Meilan terkekeh pelan, “Majikanku tetap nona... tapi kalau nona sendiri saja tidak percaya diri, gimana aku bisa tenang?”

Zhao memutar matanya, lalu merosot ke lantai sambil memeluk bantal. “Aku gila... aku benar-benar gila menikahi serigala itu...”

Hari pun terus berlalu, hingga tiba hari yang ditunggu-tunggu.

Langit cerah membentang biru. Burung-burung berkicau riang, seolah ikut merayakan hari bahagia. Di pelataran utama istana, musik perkawinan mulai mengalun syahdu. Rakyat berkumpul di luar gerbang istana, menanti kabar dari dalam. Hari ini, Pangeran Wang si dingin, si pendiam, si tak tersentuh akan menikahi gadis paling tidak biasa yang pernah ditemui istana: Zhao.

Dan sejak hari ini, tak akan ada lagi hari yang tenang bagi istana... atau bagi hati Pangeran Wang sendiri.

Langit bersih tanpa awan, seolah langit pun memberi restu atas penyatuan dua insan yang tak biasa ini. Tabuhan genderang terdengar dari kejauhan, menyambut langkah-langkah Zhao yang perlahan mendekat dengan gaun pengantin merah menyala warna kehormatan dan keberanian. Gaun itu menjuntai anggun, disulam benang emas membentuk motif naga dan burung hong yang melambangkan kekuatan dan kesetiaan.

Hiasan kepala yang rumit menambah aura bangsawan yang tak biasa dari dirinya. Di balik kain merah tipis yang menutupi wajahnya, sorot matanya tak bisa sepenuhnya bersembunyi gugup, tapi juga percaya diri. Langkahnya mantap, meski jantungnya seperti menabuh genderang perang di dalam dadanya.

Seluruh istana terdiam sesaat saat ia melangkah masuk.

“Woah... itu Nona Zhao?” bisik Pangeran Jaemin dari samping. Matanya berbinar seperti anak kecil melihat peri. “Kenapa dia tiba-tiba jadi secantik dewi langit turun ke bumi?!”

Pangeran Yu berdiri tak jauh di belakangnya. Pandangannya tak bisa lepas dari sosok Zhao yang perlahan berjalan menuju altar.

‘Kenapa aku baru menyadarinya sekarang...’ pikirnya dalam hati. Tapi segera ia menarik napas dalam, mengingat bahwa dirinya sudah bertunangan dengan Hwa Jin. Ia pun memalingkan wajah pelan-pelan, seolah tidak ingin hatinya terguncang lebih dari ini.

Di sisi lain, Pangeran Chun yang baru tiba dan berdiri agak belakang ikut terpaku melihat Zhao.

“Seharusnya aku datang lebih cepat... kalau tahu dia akan secantik ini, aku pasti sudah minta ibu menjadikannya selirku,” gumamnya, sedikit menyesal.

Di sebelahnya, Nona Lee mencibir sambil tetap tersenyum anggun, menyembunyikan rencana yang mulai berputar-putar di kepalanya.

‘Lihat saja... kecantikan tak bertahan lama. Tapi posisi? Itu bisa dicuri,’ batinnya.

Di depan altar utama, Pangeran Wang berdiri dengan jubah pengantin hitam bersulam emas. Wajahnya tetap tenang, dingin, dan nyaris tanpa ekspresi. Tapi di balik matanya, pandangan terhadap Zhao tak bisa disembunyikan. Ia menatap sosok mempelai wanitanya yang seperti bintang jatuh di hadapannya. Namun bibirnya hanya menegang diam, seperti biasa.

Zhao sendiri melangkah semakin dekat. Dan anehnya, langkahnya tidak gemetar. Tapi jantungnya? Seperti hendak melompat keluar. Ia bahkan tidak berani menoleh sedikit pun ke arah pangeran yang akan menjadi suaminya. Entah karena gugup, atau takut...

---

Upacara dimulai...

Tabuhan genderang berhenti. Suara lonceng gantung yang ditiup angin terdengar dari pelataran. Imam agung kerajaan berdiri di tengah altar, membuka gulungan kain merah bertuliskan janji suci pernikahan bangsawan.

“Upacara pernikahan kerajaan dimulai...”

Sujud Tiga Kali

Sebagai simbol penghormatan: pertama untuk langit dan bumi, kedua untuk leluhur dan orang tua, dan ketiga untuk pasangan hidup.

Zhao menunduk perlahan, lalu mengikuti gerakan Pangeran Wang. Mereka bersujud bersama dalam keheningan sakral, suasana begitu khidmat sampai terdengar jelas helaan napas pelayan-pelayan yang berdiri berjajar.

Tukar Cawan Anggur Pernikahan

Anggur dituangkan dalam dua cawan berbentuk bulan sabit, lalu mereka saling menyentuh bibir cawan yang sama. Simbol bersatunya dua jiwa menjadi satu.

Pelayan membawa nampan emas berisi anggur kerajaan. Pangeran Wang dan Zhao mengambil cawan itu bersamaan, lalu menyesapnya perlahan. Jari Zhao sedikit gemetar saat tangannya bersentuhan dengan tangan Wang. Tapi pria itu tidak menarik diri. Ia justru mempererat sedikit genggamannya sebelum kembali melepasnya dengan halus membuat detak jantung zhao semakin tidak beraturan

Janji di Hadapan Leluhur

Membacakan janji suci yang ditulis tangan mereka sebelumnya. Dalam tradisi ini, kata-kata harus keluar dari hati, bukan sekadar hafalan.

Zhao membuka gulungan kecil dari lengan bajunya. Tulisan tangannya sedikit bergetar, tapi ia membaca lantang:

"Aku, Zhao, berjanji untuk berdiri di sisimu, apapun yang terjadi. Walau hatiku masih belajar... aku bersedia menapaki jalan ini bersamamu."

Pangeran Wang pun membuka suratnya, suaranya dalam dan tegas:

"Aku, Wang, menerima dirimu bukan hanya sebagai permaisuriku, tapi sebagai penyeimbang hatiku. Jika kau jatuh, aku akan menahanmu. Jika kau takut, aku akan menjadi tembokmu. Ini janjiku."

Seluruh ruangan terdiam.

Bahkan suara angin pun seakan ikut berhenti untuk mendengarkan.

Dan akhirnya lonceng utama istana dibunyikan tiga kali. Tanda bahwa mereka kini resmi menjadi suami istri.

Zhao mengangkat wajahnya pelan, masih di balik kain merah. Pangeran Wang melangkah maju... dan dengan tangannya sendiri, ia membuka penutup wajah Zhao.

Tatapan mereka bertemu. Dan untuk pertama kalinya... Pangeran Wang tersenyum.

Tidak lebar. Tidak jelas. Tapi cukup untuk membuat jantung Zhao semakin kacau.

Upacara telah selesai. Kini giliran resepsi dilangsungkan di aula perjamuan kerajaan yang mewah. Para tamu mulai menikmati hidangan dari seluruh penjuru negeri bebek panggang madu, ikan saus bunga plum, sup gingseng istimewa, dan kue-kue manis yang tersaji indah di atas nampan porselen.

Pangeran Wang sibuk dengan tamu-tamu penting, berdiri dengan jubah kebesarannya, wajahnya tetap dingin seperti es, menyapa dengan anggukan kecil namun berwibawa. Sementara itu, Zhao duduk sendirian di kursi pengantin wanita, seperti istri baru yang sedang dilupakan suaminya. Ia celingak-celinguk, menatap sekeliling dengan resah.

"Meilan ke mana, sih?" gumamnya. "Dasar dayang pengkhianat, ninggalin majikannya di tengah medan perang begini."

Zhao mengambil gelas tehnya dan meminumnya perlahan. Ia tak tahu bahwa salah satu dayang yang menghidangkan minuman tadi diam-diam mencampurkan sesuatu ke dalamnya ramuan perindu. Zat yang bisa membuat seseorang kehilangan kesadaran, tubuhnya panas, dan pikirannya mengabur seolah-olah merindukan sentuhan seorang pria.

Awalnya Zhao merasa biasa saja. Tapi beberapa saat kemudian, tubuhnya mulai terasa ringan. Kepalanya berputar. Matanya sayu. Ia menggigit bibirnya dan perlahan berdiri, berniat mencari tempat istirahat yang tenang.

Namun saat melewati lorong panjang menuju sisi barat istana, seseorang tiba-tiba menarik lengannya dan menyeretnya masuk ke sebuah ruangan. Sebelum Zhao bisa protes, tubuhnya limbung, kesadarannya menurun, dan ia tak sanggup melawan.

Itu adalah kediaman Pangeran Yu.

---

Di aula utama, Pangeran Yu menoleh ke arah kursi pengantin wanita dan mengernyit. Zhao tak lagi duduk di sana.

“Meilan?” Ia berjalan cepat menghampiri sang dayang yang baru saja kembali dari dapur istana.

“Eh? Nona Zhao?”

Meilan melirik ke kursi kosong dan langsung panik. “Tadi aku tinggal sebentar... sekarang beliau tidak ada...!”

“Apa kau melihat ke mana dia pergi?”

“Tidak, pangeran. Aku pikir beliau masih duduk...”

Pangeran Jaemin yang sedang menyantap kudapan khas Utara langsung ikut menyela.

“Eh? Kakak Zhao hilang?” Ia berdiri dan langsung menghampiri mereka. “Kukira dia ke kamar kecil atau ke taman, tapi ini sudah lama...”

“Tolong bantu cari. Segera,” perintah Pangeran Yu cepat.

“Aku haruskah aku bilang ke Pangeran Wang?” tanya Jaemin setengah panik.

“Jangan! Dia sedang sibuk dengan tamu utusan dari Kerajaan Utara. Kalau kita salah bicara, bisa kacau,” sahut Yu cepat.

Tiba-tiba seorang petugas istana menghampiri Yu dan membisikkan sesuatu.

“Pangeran, Nona Hwa Jin sedang menunggu Anda di kediamannya.”

Pangeran Yu menegang. “Sekarang? Bukankah dia”

Tapi rasa penasaran dan tanggung jawab bercampur dalam dirinya. Ia mengangguk pelan, lalu memandang Meilan dan Jaemin.

“Lanjutkan pencarian. Aku akan menemui Hwa Jin.”

Setelah Pangeran Yu pergi, Meilan tiba-tiba mengingat sesuatu.

“Tunggu... Nona Hwa Jin tadi duduk di barisan tamu utama. Aku lihat sendiri dia mengobrol dengan pejabat dari selatan...”

Matanya melebar. “Apa ini... jebakan?”

---

Sementara itu, di kediaman Pangeran Yu yang tampak sepi dan tertutup rapat, suasana begitu sunyi. Tak ada pelayan. Tak ada cahaya. Tiba-tiba—

“MEILAN!!! TOLONG...!”

Teriakan itu menggema dari balik pintu.

Pangeran Yu yang baru tiba langsung panik. Ia membuka pintu kediamannya dengan cepat, tubuhnya membeku saat melihat Zhao tergeletak di lantai, tubuhnya berkeringat, napasnya tak teratur.

“Zhao? Apa yang terjadi kenapa kau ada di sini?!”

Zhao hanya menggeliat pelan, matanya merah, kulitnya pucat kemerahan. Ia menarik-narik lengan Yu, suaranya lemah dan bergetar.

“Meilan... tolong... panas... aku... aku kenapa...?”

Pangeran Yu mencoba menjauh, tapi Zhao malah menarik bajunya dengan kekuatan yang tak biasa.

“Zhao, berhenti. Kau sedang tidak sadar! Ada yang menjebakmu...!”

Zhao mulai menangis, tangannya meraih wajah Pangeran Yu, dan tubuhnya berguncang seperti orang demam. Yu mencoba menahan dirinya sekuat tenaga. Tapi dalam usaha menghindar, mereka malah jatuh bersama di atas permadani, tubuh Zhao menindih tubuh Yu dalam posisi yang... sangat salah dimengerti membuat pangeran yu menatap dekat wajah zhao, dadanya berdegup kencang sangat kencang.

BRAK!

Pintu terbuka lebar. Pangeran Wang berdiri di ambang pintu, bersama Meilan. Matanya melebar, wajahnya seketika merah padam karena amarah. Tangan kirinya mengepal.

“ZHAO!!!”

Zhao yang masih limbung tak menyadari apapun. Meilan memekik pelan, menutup mulutnya dengan kedua tangan. Pangeran Yu kaget dan langsung berusaha menjelaskan.

“Bukan seperti yang kau lihat Zhao dijebak! Aku tidak menyentuhnya! Dia dipengaruhi ramuan...!”

Tapi Pangeran Wang tak mendengarkan. Ia melangkah cepat, menarik Zhao dari pelukan Yu dengan kasar.

“Mulai sekarang... aku tidak akan membiarkanmu jauh dariku,” gumamnya penuh tekanan, menggandeng Zhao dengan cengkeraman yang membuat Meilan menelan ludah ketakutan.

Meilan buru-buru mengikuti mereka dari belakang, sementara Pangeran Jaemin yang baru tiba ternganga melihat semua kejadian itu.

“A-Apa yang terjadi di sini...?!” bisiknya, bingung bukan main.

Pangeran Yu berdiri membeku di tempat, dadanya sesak. Ia menatap pintu yang terbuka lebar, kesadarannya pelan-pelan membentuk satu kesimpulan:

“Seseorang menjebak kami. Dan mereka tahu betul apa yang mereka lakukan.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!