"BALAS DENDAM" Istri Tangguh Sang Penguasa

"There's no need to worry, because Frans can be relied on!!"

Seseorang berbicara dengan ponselnya yang mahal dan berwarna hitam mengkilap sambil menarik kopernya dengan Bahasa Inggris yang cukup fasih. Ia tidak sendirian saja, seorang wanita cantik berjalan beriringan dengannya.

Sesekali wanita itu berdecak kesal karena tidak ada satu pun orang yang membantunya untuk menarik benda persegi yang berat ini, sementara suaminya sudah membayar mahal untuk ini semua.

Tiba-tiba seseorang dengan pakaian khas seorang pelayan datang menghampirinya dengan gesturnya yang sopan dan senyum ramah di bibirnya, kemudian Lucas memintanya untuk membantu istrinya.

"Tuan, Nyonya. Mari saya bantu."

"Kenapa tidak dari tadi, aku membayar mahal untuk perjalan ini." Protes Lucas pada pria tersebut.

"Maaf, Tuan. Atas ketidaknyamanan Anda." Ia membungkuk penuh sesal.

Lucas dan Serra sekarang menunggu giliran untuk mendapatkan informasi mengenai ruangan mereka dari staff yang terlihat sedang berbicara dengan tamu lain yang dapat menarik sedikit perhatian mereka berdua.

Lucas memesan beberapa kamar di kelas VIP dengan segala hal yang ada didalamnya. Balkon, kamar mandi ber-bath tub, ranjang super nyaman, dan beberapa fasilitas mewah lainnya. Satu kamar untuknya, satu kamar untuk orang tua angkatnya, satu kamar untuk si kembar dan satu kamar untuk Johan.

Kemudian ia meletakkan beberapa lembar uang diatas meja untuk sekadar memberikan orang-orang itu tip sebelum pergi ke kamarnya.

"Oya, dimana kedua bocah itu? Kenapa aku belum melihat batang hidung mereka sedari tadi? Jangan-jangan mereka tertinggal dan tidak ikut dalam pelayaran ini?" Serra berbicara sambil sesekali menoleh kebelakang. Ia mencari keberadaan si kembar.

"Siapa bilang, itu mereka ada di sana. Entah apa yang sedang mereka lakukan pada sampah-sampah itu, dan aku sendiri tak tau apa alasan mereka membawa mereka berempat untuk ikut juga."

"Jujur saja, terkadang aku tidak mengerti mereka sama sekali. Mereka sudah dewasa tapi terkadang sikapnya seperti bocah dan tidak ada dewasa-dewasanya sama sekali." Ujar Serra.

"Memang begitulah mereka, jadi tidak perlu heran. Kita tunggu mama, papa dan Johan Hyung di sana saja." Lucas menunjuk sebuah sofa merah. Meskipun saat ini mereka berada disebuah kapal pesiar, tapi rasanya seperti berada di sebuah hotel berbintang.

Tak hanya menyediakan kamar dengan berbagai kelas saja. Namun masih banyak fasilitas lainnya. Seperti restoran mewah, pusat perbelanjaan, bar, kasino, pemandian air panas, dan masih banyak lagi. Dan perjalanan kali ini pasti akan sangat-sangat menyenangkan.

"Berapa banyak uang yang harus kau keluarkan untuk perjalanan ini, Lu? Pasti tidak sedikit kan?" Serra menatap Lucas penasaran.

"Jumlah uang tidaklah penting bagiku. Terpenting adalah orang-orang yang aku sayangi bisa bahagia," jawabnya.

Blussshhh...

Muncul rona merah dikedua pipi Serra mendengar apa yang Lucas katakan. Jika Lucas ingin orang-orang yang disayanginya bahagia, apalah itu artinya ia adalah salah satu dari orang-orang itu?! Memikirkannya membuat Serra malu sendiri.

Serra mengangkat kepalanya dan menatap Lucas yang berdiri disampingnya. Ia memperhatikan suaminya itu dengan seksama, dan tak bisa Serra pungkiri, jika Lucas memang sangat tampan meskipun disisi lain dia juga terlihat cantik.

"Akhirnya kami menemukan kalian berdua!!" Seru Johan dan mengalihkan perhatian keduanya.

Johan datang bersama nyonya dan tuan Jung. Sedangkan si kembar datang bersama keempat babu barunya. Ya, Daniel dan Deriel menjadikan mereka berempat sebagai pembantu dan tukang angkut barang gratis.

"Mama," seru Serra dan berhambur ke dalam pelukan sang ibu.

"Mama?!" Anita menatap pemandangan itu dengan bingung. Kenapa Serra memanggil Ivanka dengan sebutan Mama? Sebenarnya apa yang telah dia lewatkan selama ini?! "Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa j*lang itu memanggilnya Mama?" Ucap Anita penasaran.

Nyonya Ivanka menoleh dan menatap Nyonya Anita dengan tajam. "Apa maksudmu menyebut putriku dengan sebutan j*lang?!" Tanya Nyonya Ivanka meminta penjelasan.

"Putrimu?!" Kakek Xiao mengulangi ucapan Nyonya Ivanka.

"Ahhh, aku lupa belum memberitahu kalian berempat ya. Jika sebenarnya Serra Nunna adalah putri kandung dari Bibi Ivanka dan Paman Hilman." Sahut Deriel menjelaskan.

"Jadi mulai sekarang sebaiknya jaga lisan kalian sebelum berbicara. Berani mengganggu dan bicara sembarangan tentang Serra Nunna, bukan hanya berhadapan dengan Lu-Ge. Tapi keluarga Jung juga!!" Tutur Daniel menambahkan.

"Betul!!" Deriel membenarkan.

Mendengar penjelasan si kembar membuat Kakek Xiao terkejut bukan main. Bagaimana bisa mereka menemukan kembali putrinya yang hilang, padahal sudah 23 tahun berlalu.

Dan keterkejutan Kakek Xiao bukan hanya karena kembalinya Serra ke keluarga Jung, melainkan keadaan Tuan Jung yang sudah sembuh total. Padahal dia berharap supaya pria itu tidak pernah sembuh dari sakitnya.

"Semua orang sudah disini, sebaiknya pergi ke kamar masing-masing untuk istirahat." Lucas memberikan kunci kamar masing-masing.

Andien menadahkan tangannya tapi Lucas tak kunjung memberikan kunci kamar miliknya. Hanya keluarga Jung dan si kembar yang dapat, ia, kakek Xiao, ibu dan kakaknya malah tidak dapat.

"Kenapa hanya tiga kunci, lalu dimana kunci kamar kami berempat?" Tanya perempuan itu.

"Memangnya siapa yang mengundang kalian untuk ikut?! Jika membutuhkan kamar, pergi saja ke kelas paling rendah. Karena di sana kalian bisa mendapatkan kamar gratis tanpa pungutan biaya. Serra, ayo." Lucas merangkul bahu Serra dan membawa wanitanya itu untuk beristirahat.

Serra tersenyum seraya menganggukkan kepala. Ia dan Lucas kemudian pergi ke kamar mereka untuk istirahat.

-

-

"What?! Jadi disini kami harus tidur sampai beberapa hari ke depan?!"

Anita memekik kaget saat tiba di kamar kelas ekonomi. Dari sekian banyak kelas, ini adalah kelas paling rendah. Dan tidak perlu mengeluarkan uang untuk tidur di kamar ini, karena tidak ada kasur nyaman dan berbagai fasilitas mewah lainnya seperti kelas nomor satu dan dua.

Andien menggeleng. "Tidak mau, aku tidak Sudi jika harus tidur di tempat seperti ini. Serahkan kunci kamar kalian padaku, aku mau tidur di sana!!" Pinta Andien sambil mengulurkan tangannya.

Si kembar menggeleng. "Tidak bisa, karena memang ini tempat yang paling layak bagi kalian. Sudah bagus aku memohon pada Lu-Ge supaya mengijinkan kalian ikut berlayar. Jadi nikmati saja perjalanannya, oke." Ujar Daniel sambil mengerlingkan matanya.

"Satu lagi, ingat tugas utama kalian aku bawa kemari. Kalian berempat harus melayani kami dengan baik. Dan selamat beristirahat." Ucap Deriel lalu meninggalkan ruangan untuk para kelas penumpang ekonomi tersebut.

Kakek Xiao dan Axel sangat marah. Mereka merasa telah dikibuli lagi oleh si kembar. Dan parahnya lagi, mereka masih saja percaya pada mulut manis mereka yang sebenarnya sangat berbisa itu. Entah nasib buruk apa lagi yang akan mereka hadapi kali ini, dan berada di antara mereka yang berasal dari kelas terbawah tentu bukan levelnya.

"DERIEL XIAO, DANIEL XIAO, KALIAN BENAR-BENAR KURANG AJAR!!"

-

-

Bersambung.