Pernikahan Tanpa Cinta,, bukankah itu terdengar menyedihkan,,???
Bagaimana bisa dua insan memutuskan untuk menikah tanpa memiliki perasaan apapun, bahkan mereka tidak saling mengenal sebelumnya.
Ya,, itu terjadi karena sebuah perjodohan yang di lakukan oleh kedua orang tua mereka.
Persahabatan mereka sejak di bangku SMA dan sampai akhirnya mereka terpisah karena menikah dan ikut dengan suami mereka masing masing, membuat mereka jarang bertemu.
pertemuan terakhir mereka terjadi 10 tahun yang lalu sebelum salah satu dari mereka memilih untuk tinggal di luar negeri karna suaminya di tugaskan disana. Sebelum perpisahan itu, mereka sudah berjanji akan menjodohkan anak mereka..
Keinarra Chan Hei dan Elvano Mahendra menikah atas dasar perjodohan.
Tapi siapa sangka, Keinarra atau yang biasa di nanggil berusaha menggambil hati Elvano atau Vano..
Meskipun awalnya dia tidak menyukai Vano, namun dia berfikir jika pernikahan bukanlah sebuah hubungan yang bisa di akhiri begitu saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Wullandarrie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Wanita berparas cantik itu kembali melanjutkan pekerjaannya setelah dengan sengaja membuat kekacauan di ruangan sang bos.
Senyumnya mengembang sempurna sejak kepergian si CEO kejam yang tengah mengejar kekasihnya untuk memberikan penjelasan.
Melihat keduanya bertengkar adalah tujuannya. Tapi itu belum seberapa dengan apa yang akan dia lakukan kedepannya pada mereka berdua.
Sebelum berhasil meluluhkan hati sang CEO, ada hal yang jauh lebih penting yaitu merusak hubungan terlarang di antara mereka.
Tak peduli meski hubungan Sindy dan Vano terjalin sebelum dia menikah dengan Vano.
"Ikut aku,,!!" Sebuah tangan besar tiba-tiba menyeret Keina.
Wanita yang tengah duduk itu sampai terhuyung akibat di tarik kuat dari arah samping.
"Apa-apaan ini,," Keina tampak berusaha menyeimbangkan tubuhnya yang sempoyongan.
Wanita cantik itu bahkan belum sempat menatap wajah laki-laki yang menyeretnya meski dia sudah tau siapa orangnya.
"Kamu yang apa-apaan.!!!" Sentak Vano penuh amarah. Tangan Keina dihempaskan kasar setelah puas menyeretnya hingga bersimpuh di lantai.
"Aww,,"
Keina mengusap lututnya yang baru saja berbenturan dengan lantai. Lutut putihnya itu tampak merah dan sedikit memar.
"Berani sekali mengatakan omong kosong pada Sindy.!" Belum puas menarik dan menghempaskan Keina ke lantai, Vano kembali mendekati Keina, dia berjongkok di depan Keina dengan satu tangan yang mencengkram kuat dagu wanita cantik itu.
Amarahnya tampak meluap. Dia semakin memendam kebencian pada sosok wanita di hadapannya. Akibat ulah Keina, dia harus bertengkar dengan Sindy dan kekasihnya itu tak mau mendengarkan penjelasannya.
Sandiwara yang dibuat oleh Keina membuat Sindy percaya bahwa dia telah mencium dan melakukan hal gila bersama Keina.
Keina meringis kesakitan. Cengkraman Vano pada dagunya terasa semakin kuat. Tangan mungilnya tak cukup kuat untuk membuat Vano melepaskan cengkramannya.
"Kamu menyakitiku Vano,,!" Sentak Keina.
Vano justru terkekeh. Laki-laki tak merasa iba sedikitpun melihat raut wajah Keina yang sedang menahan sakit.
"Memang itu tujuanku.!" Jawab Vano sinis. Sorot matanya di penuhi api amarah.
"Kamu akan tau akibatnya jika berani mengulanginya lagi.!" Ancamnya tak main-main. Dia tak akan segan-segan untuk menyiksa Keina jika wanita itu berani berulah lagi.
Keina memutar otak, dia harus melakukan sesuatu sebelum rahangnya remuk di tangan Vano.
Karna sepertinya laki-laki kejam itu tak akan melepaskannya begitu saja.
"Mama Mirna,," Ucap Keina. Dia menyebut nama Mama mertuanya sembari menatap ke arah pintu masuk.
Vano buru-buru melepaskan cengkramannya dan berdiri tegap. Amarah yang sempat meluap dari raut wajahnya, kini menghilang dan berubah menjadi jadi panik.
Dia ketakutan hanya karna mendengar Keina menyebut nama sang Mama. Karna jika sang Mama melihat perlakuannya terhadap Keina, maka tamat sudah riwayatnya sebagai ahli waris satu-satunya dalam keluarga.
Kelengahan Vano menjadi kesempatan bagi Keina untuk meloloskan diri. Wanita cantik itu berjalan menjauh dengan kaki yang sedikit pincang.
Dia menghampiri tempat duduknya semula dan meraih ponsel di dalam tas miliknya.
Cukup lama terdiam sembari menatap pintu masuk, kini Vano baru sadar kalau dirinya telah di tipu oleh Keina.
Tiba-tiba saja Vano merasa jika dirinya sangat bodoh. Harusnya dia tak perlu ketakutan seperti ini sekalipun sang Mama benar-benar datang ke kantor, karna siapapun tidak akan bisa masuk ke dalam ruangannya lantaran dia sudah mengunci pintu itu sebelum menyeret Keina.
"Kau,,,
Suara Vano melayang di udara kala manik matanya tak melihat keberadaan Keina. Wanita yang tadi masih bersimpuh, kini entah dimana.
"Sayang,, aku di sini,," Suara manja Keina terdengar dari sudut ruangan.
Vano menoleh, matanya melotot tajam melihat wanita itu melambaikan tangan ke arahnya setelah memanggilnya dengan sebutan sayang.
"Dasar wanita si,,
"Sayang, Mama Mirna mau bicara denganmu," Seru Keina yang memotong ucapan Vano. Dia mengedipkan mata, sengaja menggoda Vano agar laki-laki itu semakin naik darah karna kesal.
Vano tampak ragu untuk mendekat. Dia curiga karna tiba-tiba Keina sudah menelfon dengan Mamanya.
"Kemari,," Untuk kedua kalinya Keina menyuruh Vano agar menghampirinya.
"Kamu tidak mau bicara dengan Mama mu sendiri.?" Ujarnya. Keina sengaja memancing Vano supaya mendekat. Lagipula dia benar-benar sedang menelfon dengan Mama mertuanya.
Sebelum Vano kembali keruangan, Keina sempat berkirim pesan pada Mama mertuanya. Dia mengatakan kalau Vano mengajaknya pergi ke kantor dengan menambahkan bumbu kebohongan, yang membuat Mama mertuanya merasa senang karna berfikir jika anak laki-laki sudah bisa mencintai istrinya.
Itu sebabnya Mama Mirna minta di telfon jika Vano sedang tidak sibuk.
Dan saat Vano lengah tadi, menjadi kesempatan bagi Keina untuk segera menghubungi Mama mertuanya.
Vano berjalan menghampiri Keina. Dia sudah siap-siap memberikan pelajaran pada wanita itu jika berani membohonginya lagi.
"Mama mau bicara padamu,," Keina menyodorkan ponselnya pada Vano.
Laki-laki itu menerima ponsel dengan menatap lekat layar ponselnya untuk memastikan kebenarannya. Ekspresinya sedikit kaget setelah melihat nama yang tertera pada layar ponsel di tangannya.
"Ya, hallo. Ada apa Mah.?" Tanya Vano datar. Dia berbalik badan membelakangi Keina dan sedikit bergeser menjauh.
"Mama senang hubungan kamu dan Keina semakin lengket,," Nada bicara Mama Mirna terdengar sangat bahagia.
"Mama pikir kamu akan sulit menerima Keina, tapi ternyata lebih cepat dari bayangan Mama."
"Selain cantik dan pintar, Keina memang gadis yang baik. Wajar kalau kamu jatuh cinta padanya."
Ucapnya tanpa jeda.
Ibu mana yang tidak senang mendengar rumah tangga putranya baik-baik saja dan harmonis meski melalui proses perjodohan.
Keina sudah menyampaikan berita yang membuatnya bahagia.
Vano menoleh, dia melirik Keina dengan tatapan tajam. Entah apa yang sudah dikatakan oleh wanita itu pada sang Mama.
Keina membalas tatapan tajam Vano dengan senyum manis.
Keina tak takut sedikitpun meski tatapan tajam Vano seolah ingin memasang hidup-hidup.
"Mama tunggu kalian di rumah nanti malam. Kita akan makan malam bersama." Ucap Mama Mirna.
"Tapi Mah,,,
"Tidak ada penolakan, pokoknya Mama tunggu sebelum jam 7 malam." Tegasnya.
"Berikan ponselnya pada Keina, Mama ingin bicara lagi dengan menantu Mama,"
Vano tak berkutik, dia tidak berdaya untuk menolak ataupun membantah perintah sang Mama. Bukan karna takut durhaka, tapi takut namanya di coret dari ahli waris tunggal.
Dengan wajah yang merah padam, Vano menyodorkan kasar ponsel itu pada Keina.
Dia lalu bergegas pergi dari ruangan tanpa mengatakan apapun.
-
𝘌𝘯𝘥𝘪𝘯𝘨 𝘯𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬𝘢𝘯, 𝘯𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘦𝘭𝘢𝘯𝘫𝘶𝘵𝘢𝘯𝘯𝘯𝘯..