Istriku Lely

Saat keluar dari tempat kerja ipul, di dealer motor resmi. Ipul bertemu dengan ayah mantan pacarnya, yang sedang servis motornya.

"Pul, ipul!". panggilnya. dan mendekat kearah ipul dekat pos satpam.

Dia heran melihat ipul membonceng perempuan cantik. Padahal dia saja yang merasa anaknya cantik dan pernah disukai ipul tidak menyetujui kalau anaknya menikah dengan ipul, yang hanya seorang mekanik. sementara ipul hanya mekanik di bengkel dealer motor.

"Eh Ayah, apa kabar!". ucap ipul menyalami orang tua mantan pacarnya.

"Kemana kamu, bukan bekerja malah pacaran di jam kerja". ucapnya.

"Oh maaf yah, ini istri ku namanya lely. Aku sedang istirahat, jadi mau istirahat makan siang bersama istriku sebentar". ucap ipul mengenalkan istrinya. dan lely juga menyalaminya.

"Hah... Kamu sudah menikah?!". tanya nya heran.

"Alhamdulillah sudah yah, sudah dua bulan". ucap ipul.

"Terus?! si mai?". tanya dia lagi.

"Kami sudah putus sejak sebelum aku menikah. Mari yah, kami jalan dulu". ucap ipul minta izin pergi dari sana.

Mereka pulang untuk makan siang. Ternyata lely membawa bekal makan siang dari rumah ibunya, untuk mereka makan siang.

"Kita sholat dulu ya!". Ajak ipul pada lely.

"Baik bang". ucap lely.

Sementara ipul berwudhu, lely mengelar sajadah untuk mereka sholat. Dan ketika ipul selesai berwudhu, gantian lely tang berwudhu.

Mereka sholat seperti biasa, bedanya hanya lely sudah pulih ingatannya. Walau masih belum ingat sepenuhnya telah menikah dengan ipul. Tapi dia sudah tahu kalau ipul suaminya.

lely yang tadi sudah banyak cerita dengan ibunya, dan ibunya juga sudah menceritakan semua.

Makan siang ini Lely melayani suaminya untuk makan siang. Dia yang merasa sangat dimanja oleh ipul, juga akan membalas memanjakan dan melayani ipul seperti istri.

"Bang, tadi aku sudah cerita semua sama ibu. Dan ibu akan cerita sama ayah nanti". ucap lely menyendokan nasi buat ipul. "Apakah abang mengizinkan ku untuk melanjutkan kuliahku?!". tanya lely lagi sambil duduk di samping ipul.

"Abang mendukung semua cita-cita kamu, asal kamu jangan melupakan abang". ucap ipul memegang tangan lely.

"Aku juga butuh abang, aku ingin selalu ada abang di dekatku, aku nyaman jika dekat abang". ucap lely ucap lely juga mambalas pegangan tangan ipul.

Mereka makan sambil terus berpegangan tangan. Saling senyum, bahkan ipul menyuapi lely seperti biasanya, lely juga menerimanya.

Mereka berbincang santai setelah mereka makan. Tadi mereka bekerja sama membersihkan meja makan dan mencuci piring kotor.

Mereka santai di ruang tamu, menjelang ipul balik ke tempat kerjanya. lely bersandar ke dada ipul manja. Kebiasaan lely kalau duduk santai jika mereka berdua.

Ipul yang melihat istrinya yang manja, sangat senang. Istrinya berarti memeluknya secara sadar, dan tidak amnesia lagi. Ipul pun mendekap istrinya dan menciumi ubun- ubun istrinya dan mengelus puncak kepala istrinya itu.

Pukul satu lewat ipul akan kembali ke bengkel untuk bekerja. Lely sebenarnya tidak mau melepas pelukannya.

Biasanya selepas sholat dan makan siang berdua ipul kembali ke bengkel di dealer tempatnya bekerja. dan ly melepaanya drngan pelukan dan ciuman.

"Sayang, abang balik bekerja dulu ya!". ucap ipul menciumi kening istrinya yang semakin erat memeluknya.

"Aku masih ingin begini dulu bang". ucap lely manja.

"Kan abang bekerja dulu sayang, nanti abang peluk lagi ya, sepulang bekerja". bujuk ipul.

Lely seperti mau menangis, sebenarnya ipul tidak tega. tapi dia harus bekerja. Tidak mungkin dia tidak kembali ke bengkel untuk bekerja.

"Sayang!". Ucap ipul mengangkat lely ke pelukannya dan mendekapnya. Bahkan lely semakin erat memeluk ipul.

"Aku ikut abang saja ke bengkel ya!.". Ucap lely setelah beberapa saat memeluk ipul.

"Boleh. Tapi kalau kamu bosan nanti bilang ya, biar abang antar pulang". ucap ipul mengizinkan lely ikut pergi bekerja dengannya.

Lely tersenyum senang, karena di izinkan ipul ke tempat kerjanya.

Dan mereka pun berangkat kembali ke bengkel.

Lely POV....

Aku sudah menikah??

Aku tidak terima sudah dinikahkan ayah dan ibu, padahal mereka tahu kalau aku sedang amnesia. Dan mereka menikahkan aku dengan orang yang tidak aku kenal, bahkan aku merasa suamiku umurnya dibawah aku. Paling tidak seumuran.

haduh.... Ayah... ibu... kok aku dinikahkan dengan berondong sih..Padahal aku dulu mengoginkan suami yang dewasa, karena aku orangnya mandiri. Tapi....

Mendengar ceritanya kemaren, ya... suamiku kemaren malam bercerita, kalau kami sudah menikah dan aku mempunyai sifat seperti anak-anak, manja dan suka menyendiri. Katanya.

Padahal dulu aku mandiri, semua keperluanku selalu aku kerjakan sediri. Bahkan bisa dikatakan sangat mandiri. Makanya aku tidak pernah pacaran atau meminta bantuan kepada siapapun, takut akan hutang jasa atau hutang budi.

Dari semalam aku berfikir, dan selalu melihay dia yang memperlalukanku dan melayaniku sangat manja dan perhatian.

Aku yang mandiri sangat risih, makan duduk berdampingan, disuapi, diajak bercerita. bahkan aku merasa dia berlebihan memperlakukanku.

Selalu menciumi kepalaku, keningku, pipiku bahkan bibirku. Sangat berlebihan menurutku, seoeeti mencari kesempatan saja.

Yang membuat aku risih, dia memperlakukan aku seperti anak kecil selalu menciumi pipiku sambil berkata pintar. Kan aku sudah besar, sudah hampir lulus kuliah. Iih reseh sekali suamiku.

Tapi.... saat aku tidur semalam, aku yang menyuruh dia tidur di karpet, karena aku risih berdekatan dengannya untuk tidur.

Aku malah mencari-cari dia saat tidur, aku merasa ada yang kurang saat aku tidur. Dan aku malah tertidur lelap saat aku memeluknya tidur di atas karpet.

Bahkan aku tidur seperti anak kecil, tidur di atas tubuhnya sampai pagi. Sebegitu butuhnya aku padanya di alam bawah sadarku, tidur saja mencari dia.

Saat bangun aku yang tertidur nyaman di dekapannya, mulai berfikir. Apa perlakuannya padaku karena memang aku yang manja padanya, sehingga dia tidak sungkan memanjakanku.

Ibupun menceritakan semua tentang suamiku yang penyayang dan perhatian padaku. Dari sini aku tahu, meskipun aku belum ingat sepenuhnya tentang pernikahan ini, tapi tubuh dan fikiranku selalu membutuhhkan dia.

Saat dia jauh, aku merasa ada yang kurang, ingin selalu dekat dan bermanja dengannya. Padahal baru dua hari aku mengingat tentang diriku, dan belum ingat dengan dia.

'Abang... ' kata-kata yang selalu aku ingat saat dekat dengannya.

...