I Want Happy Ending

Hari ini adalah hari di mana Athena akan resmi menjadi istri sah dari Delano Michello Johnson.

Dengan balutan gaun pengantin yang berwarna putih, polesan make up ala Barbie dan rambut yang tersanggul rapi membuat Athena terlihat begitu cantik ketika di pandang.

Satu jam menjelang akad Athena terlihat risau dan juga panik, ia menanti balasan WhatsApp dari pria yang akan menikahinya, namun pria tersebut tidak kunjung membalasnya.

Dengan rasa cemas Athena berjalan meninggalkan ruangan Make up untuk melihat tamu-tamu yang hadir.

Perasaannya cukup lega ketika melihat kursi VVIP yang di tempati oleh Kakek, Nenek, Paman, Tante serta kerabat Delano yang lain.

Namun perasaan lega itu tidak berlangsung cukup lama, saat jarum jam sudah menunjukkan pukul 11 pagi tidak ada tanda-tanda keberadaan Delano di tempat itu.

Athena mulai menyadari bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi. Sang ayah terlihat gusar dan marah karena merasa di permalukan.

Piring dan gelas mulai berjatuhan bersamaan dengan air mata yang mulai menetes di wajah cantik Athena.

Aula pernikahan yang semulanya tertata rapi dan terlihat indah mulai terlihat seperti kapal pecah.

Sang ayah menghancurkan semua benda yang terlihat di depan matanya.

Saat itu Jessi mendekati Athena dan menyerahkan sebuah amplop kecil yang di ketahui dari Delano.

Athena membuka surat itu dan membaca setiap hal yang di tulis Delano di surat itu.

Dear Athena...

Setelah membaca surat ini aku yakin kamu dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Aku tahu perasaanmu hancur karena pilihan yang ku buat. Bukan maksudku ingin mempermainkanmu dengan membatalkan pernikahan yang sedari awal merupakan impian kita berdua.

Aku pun terluka Athena...

Keputusanku meninggalkan mu juga terasa berat untuk ku lalui. Tetapi aku bisa apa? Aku hanya bisa menangis ketika menyadari bahwa kita tidak di takdirkan untuk bersama.

Kamu boleh marah dan memakiku sebanyak yang kamu mau, karena memang aku hanyalah lelaki bajingan yang sudah sepantasnya di maki. Tetapi satu hal yang harus kamu ketahui, bahwa cintaku padamu begitu tulus!

Kamu adalah satu-satunya perempuan yang ku cintai, percayalah tidak ada lagi dan tidak akan pernah ada lagi rasa cinta untuk perempuan manapun!

Maaf karena aku masih begitu lancang berbicara soal cinta ketika aku adalah satu-satunya penyebab luka di hatimu.

*From : Delano Michello Johnson*

Setelah membacanya dunia Athena seakan runtuh, hatinya hancur berkeping-keping saat menyadari bahwa ia telah di campakkan di hari pernikahannya.

Dari kejauhan terlihat Ardan berlari mendekati Athena, ia merampas surat itu dari tangan adiknya.

Setelah membaca surat itu Ardan merasa marah dengan perbuatan Delano. Delano tidak hanya mempermalukan keluarganya tetapi juga menghancurkan kehidupan adiknya.

Ardan menatap wajah Athena yang sedang menangis, ia memeluk dan mencoba menenangkan adiknya namun adiknya tidak kunjung berhenti menangis.

Ardan memperhatikan keadaan sekitar, terlihat kacau dan berantakan. Semua tamu sudah bepergian karena di usir oleh ayahnya.

Setelah cukup lama mencoba menenangkan adiknya, sang adik diam dengan mata yang melotot. Saat itu Ardan mulai menyadari bahwa adiknya sedang tidak baik-baik saja.

Athena mendorong tubuh Ardan hingga Ardan terjatuh. Ardan berusaha menghentikan Athena saat gadis itu mencoba melakukan sesuatu yang gila.

Athena mengambil garpu lalu menancapkan garpu tersebut ke tangannya hingga berdarah. Gadis itu juga mengiris tangannya dengan pisau yang tajam.

Melihat kondisi Athena yang berantakan, Ardan memotong sedikit gaun pengantin yang di gunakan adiknya lalu di gunakan untuk mengikat tangan sang adik agar ia tidak lagi melakukan tindak bodoh.

"Athena tolong sadar Athena", Ardan begitu panik dan tanpa sadar ia mulai menangis.

Gaun pengantin yang semulanya putih bersih saat ini sudah ternoda oleh darah sang pemilik.

Ardan tidak bisa berhenti menangis ketika melihat sang adik dalam kondisi yang mengenaskan. Di sisi lain ia juga melihat sang ayah yang sudah terduduk lemas karena kesulitan bernafas.

"Athena kakak mohon"

Di balik semua ketakutan yang saat ini di laluinya, Ardan segera menelpon seseorang untuk melakukan pertolongan pertama kepada adiknya.

"Hallo..."

"Vin segera datang ke Vexana Hotel lantai 5, aula pernikahan VVIP.1", Ucap Ardan yang masih panik.

"Ada apa? Gue kebetulan sedang ada di Vexana mengobati pasien VIP", Jawab seseorang yang di panggil Vin oleh Ardan.

"Adik gue... Tolong adik gue"

"Oke gue segera kesana!"

Ketika sambungan telpon terputus, Ardan juga langsung memencet nomor yang sejujurnya tidak ingin dia hubungi.

"Cepat datang kesini! Tolong ayah gue!", Teriak Ardan dengan suara keras.

Setelah mengucapkan beberapa kata Ardan langsung mematikan telepon tersebut.

Seseorang yang baru saja di hubungi oleh Ardan tidak lain adalah ibunya. Ardan mengetahui bahwa penyebab kekacauan ini tidak lain adalah ibunya.

Jika saja dari awal ia tahu bahwa Delano adalah putra ibunya, ia tidak akan mungkin membiarkan adiknya berhubungan dengan Delano.

Lima menit berlalu Ardan melihat seseorang baru saja memasuki aula, pria itu berlari mendekati Ardan dengan membawa peralatan medis.

"Vin... Tolong adik gue", Ardan meronta memohon agar adiknya di selamatkan.

"Iya... Biar gue yang urus adik lu, lu bantu ayah lu sana!", Usir pria itu yang juga panik.

Ardan menuruti perintahnya dan langsung berjalan mendekati sang ayah yang masih kesulitan bernafas.

10 menit telah berlalu, terlihat tangan Athena sudah terbalut perban namun gadis itu masih tidak sadarkan diri.

Dari arah pintu terlihat juga seseorang baru saja datang, seseorang itu tak lain adalah ibunya.

Sang ibu terlihat panik dan juga menangis melihat kondisi suami dan putrinya.

Dengan telaten ia berusaha sebaik mungkin mengobati sang suami. Setelah mengobati sang suami, ia melirik ke arah Athena.

Tangisnya pecah melihat kondisi putrinya yang terlihat sangat mengenaskan.

Darah berceceran di lantai dan gaun yang sudah berlumuran darah membuat ia tidak kuasa menahan tangis.

Semua petaka yang terjadi adalah ulahnya, jika sedari awal ia tahu bahwa Athena adalah putrinya ia tidak akan mungkin menyetujui hubungan antara Delano dan Athena.

Namun ia baru mengetahui kejadian ini kemaren malam, ketika Delano mengatakan kepadanya bahwa Athena adalah putri kandungnya.

Saat ia mengetahui hal itu ia bersikeras meminta kepada Delano untuk membatalkan pernikahan yang menurutnya sangat tidak boleh di lakukan, karena bagaimana pun Delano adalah putranya.

"Semua ini ulahmu!!!"

"Ayah jangan bicara dulu", Ardan berusaha menahan ayahnya, ia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi lagi kepada ayahnya.

"Semua yang terjadi kepada putriku ulahmu!", Teriaknya penuh emosi.

"Kenapa kamu meminta Delano meninggalkan putriku! Apa hakmu menyakiti putriku!!!", Teriaknya lebih keras.

"Mereka sama-sama anakku, jadi tentu saja pernikahan ini tidak boleh di lakukan!"

"Athena putriku bukan putrimu! Aku yang membesarkannya, aku yang merawatnya, lancang sekali kamu mengatakan bahwa dia putrimu! Dan satu hal lagi, aku tahu bahwa Delano juga bukan anakmu. Kamu membunuh kedua orang tuanya, dan menyamar sebagai sang ibu karena rasa bersalahmu karena telah menghilangkan nyawa kedua orang tuanya."

"Ayah sudah", Ardan mulai panik ketika sang ayah kembali kesulitan bernafas.

"Ayah!!", Ardan memekik kencang ketika mengetahui bahwa sang ayah sudah tidak lagi bernyawa.

"Hahahaha", Suara tawa mulai menggelegar mengisi ruangan.

Ardan semakin menangis ketika melihat sang adik yang tertawa seperti orang gila.

Alvin memegangi Athena dengan kuat agar gadis itu tidak kembali melakukan hal bodoh dengan menyiksa tubuhnya.

"Vin... Tolong bawa adik gue ke rumah sakit tempat lu bekerja, gue akan ngurus pemakaman ayah gue"

"Baik, gue turut berduka cita Dan"

Setelah mengucapkan belasungkawa kepada Ardan, Alvin menggendong tubuh Athena dan membawanya keluar dari tempat itu.