NovelToon NovelToon
Dul

Dul

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Cintapertama / Cintamanis / Tamat
Popularitas:11.6M
Nilai: 5
Nama Author: juskelapa

Dul mengerti kalau Bara bukan ayah kandungnya. Pria bijaksana yang dipanggilnya ayah itu, baru muncul di ingatannya saat ia duduk di bangku TK. Namanya Bara. Pria yang memperistri ibunya yang janda dan memberikan kehidupan nyaman bagi mereka. Menerima kehadirannya dan menyayanginya bak anak kandung. Ibunya tak perlu memulung sampah lagi sejak itu. Ibunya tak pernah babak belur lagi. Juga terlihat jauh lebih cantik sejak dinikahi ayah sambungnya.

Sejak saat itu, bagi Dul, Bara adalah dunianya, panutannya, dan sosok ayah yang dibanggakannya. Sosok Bara membuat Dul mengendapkan sejenak ingatan buruk yang bahkan tak mau meninggalkan ingatannya. Ingatan soal ayah kandungnya yang merupakan terpidana mati kasus narkoba.

Perjalanan Dul, anaknya Dijah yang meraih cita-cita untuk membanggakan ayah sambungnya.


*****

Novel sebelumnya : PENGAKUAN DIJAH & TINI SUKETI

Cover by @by.fenellayagi

Instagram : juskelapa_
Facebook : Anda Juskelapa
Contact : uwicuwi@gmail.com

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

027. Kunjungan Pertama Kali

Kesadaran di usia itu, membawa Dul pada ingatan bahwa ia dan ibunya sudah berada di sebuah rumah baru. Rumah itu diberikan Bara sebagai tempat tinggal mereka. Namun, tak seperti pada ayah umumnya, Bara dan ibunya masih tinggal terpisah. Saat itu Dul belum mengerti bagaimana konsep yang harus dilewati agar ia bisa memiliki Bara sebagai seorang ayah yang tinggal dalam satu atap.

Dan ketika hari di mana ibunya kembali keluar rumah untuk suatu urusan, Bara datang ke rumah itu. Hanya ada ia dan Mbok Jum. Ia yang saat itu merasa sangat betah di kamarnya, merasa masih perlu mengeksplorasi ruangan itu berlama-lama. Pagi itu ia menemukan buku-buku mewarnai dan pensil warna di salah satu lacinya. Dul mengeluarkannya dan meletakkan salah satu buku mewarnai di meja rendah, lalu duduk di kursi kecil berwarna biru. Meja dan kursi itu bahkan lebih bagus dari yang ada di TK-nya.

“Lagi apa?”

Suara Bara membuat Dul seketika mendongak. “Om Bara!” Pekikan itu meluncur begitu saja. Sesenang itu perasaannya saat melihat kehadiran Bara yang ditanyakannya sejak kemarin. Ia langsung memutar kursinya. Bara menuju ranjang dan duduk di tepinya.

“Duduk aja, Om duduk di sini.” Bara menepuk tepi ranjang karena melihat Dul bangkit untuk memutar kursi.

“Akhirnya ketemu lagi ….” Dul berpuas-puas memandang pria itu.

“Iya, kita ketemu lagi. Gimana? Seneng tinggal di sini?”

Sudah tentu jawabannya lebih dari senang. Jawaban Dul mengalir lancar menceritakannya pada Bara. Soal rumah itu yang lebih luas, lebih bersih, kamar sendiri, ranjang sendiri, bahkan soal air bersih yang mengalir deras hanya dengan memutar kran air.

“Makasih mainannya juga, Om … juga tas ini, terus … buku-buku ini. Puzzle ini juga,” ucap Dul.

Bara mengangguk dan menyapu wajahnya. Dan sisa percakapan itu diingat Dul sebagai ‘lamaran’ Bara padanya. Pria itu memintanya secara halus untuk menjadi anaknya.

“Kamu masih inget enggak soal tawaran Om ke kamu?” tanya Bara.

“Tawaran yang mana? Banyak, Om banyak nawarin aku macem-macem.” Memang benar. Bara banyak menawarkan kesenangan padanya. Tak hanya mainan dan jajanan. Juga soal bepergian ke tempat-tempat wisata yang belum pernah ia kunjungi.

“Soal tawaran jadi anak Om, masih inget?”

“Oh itu—masih! Aku mau! Aku selalu bilang mau. Tapi ibu harus jadi—”

“Istri Om. Ibu kamu harus jadi istri Om. Boleh nggak?”

Percakapan mereka hari itu sangat sederhana, tapi intens. Dul merasa Bara memperlakukannya sangat mesra sebagai seorang anak laki-laki yang juga dihargai keberadaannya, juga dibutuhkan pendapatnya. Dul bahagia karena Bara menganggap bahwa izin darinya begitu penting.

Semakin hari, kesibukan di rumah baru mereka bertambah. Beberapa pria datang pagi hari dan pulang sore untuk terus menambahkan atau memperbaiki beberapa bagian rumah. Padahal menurut penglihatan Dul, rumah yang mereka tempati sudah sangat bagus. Aroma cat pun masih segar di hidung.

Suatu pagi Bara muncul dengan pakai rapi di depan pintu rumah. Rambutnya terlihat sedikit basah dan aroma parfumnya langsung tercium oleh Dul yang membukakan pintu depan.

“Kita mau pergi, ya, Om? Aku dibangunin pagi-pagi sama Ibu katanya hari ini kita mau pergi.” Dul membuka pintu lebar-lebar. Bara sedang menunduk melepaskan sepatunya. Pria itu lalu tersenyum lebar dan merapikan bedak putih di wajah Dul.

“Pakai bedaknya memang harus begini, ya?” tanya Bara terkekeh-kekeh.

“Kata Ibu biar keliatan kalau aku baru selesai mandi,” jawab Dul santai. “Jadi … kita mau ke mana?” Dul masih mencecar Bara dengan pertanyaan yang sama.

“Dul … jangan cerewet,” seru ibunya yang baru muncul. Ibunya juga sudah terlihat rapi dan segar. Hari itu kali pertama ia melihat ibunya memakai sebuah terusan lengan pendek.

Sepertinya itu baju baru karena Dul belum pernah melihat pakaian itu sebelumnya. Saat ibunya berjalan mendekati mereka, dress yang dikenakan ibunya melambai-lambai. Terlihat sangat halus dan ringan. Berwarna kuning pucat dan bermotif bunga kecil-kecil. Ibunya semakin cantik, pikir Dul.

“Hari ini kita jalan-jalan sebentar ke mall. Kamu boleh main, terus … pulang dari mall kita ke rumah Om Bara. Mau enggak?”

Ternyata itu penyebab kenapa sejak pagi mulai membuka mata, mandi dan dipakaikan pakaian rapi, ibunya tak henti-henti memberi wejangan untuk menjadi anak yang sopan. Sesaat sebelum bel rumah berbunyi dan Dul menghambur membuka pintu, ibunya berpesan, “Inget, Dul … semua yang Dul lakukan di luar sana … baik atau buruk, ibulah orang yang paling bertanggung jawab. Karena Ibu yang mendidik Dul. Yang ngajarin Dul mandi, ngajarin Dul makan, nyisir rambut, ngiket tali sepatu atau juga ngajarin Dul soal hitungan. Dul pasti paham apa yang Ibu maksud.”

Pemahamannya saat itu tak lain adalah, kalau ia nakal orang-orang akan menyalahkan ibunya. Karena ia adalah anak ibu.

Mungkin pintu mall baru saja dibuka saat mereka tiba. Karena mereka semua masih kenyang, Bara memanjakannya dengan mengajak ke pusat permainan mahal. Dul bagai menemukan dunia baru saat menginjak ke tempat itu. Suara mesin permainan yang bermacam-macam dan memekakkan telinga, tak dihiraukannya. Ia melesat ke sana kemari. Dan dua jam berada di sana, ia keluar dengan sebuah kantong berisi macam-macam mainan kecil hasil penukaran banyak tiket kemenangan mereka.

“Gimana? Seru enggak?” tanya Bara saat menggandeng tangan Dul keluar dari tempat permainan itu.

“Seru banget. Main di sana mahal, ya, Om? Uang Om habis banyak untuk aku,” ujar Dul, melongok kantong plastik berisi mainan.

“Habis banyak, sih ….” Bara sedikit cemberut. “Tapi masa kamu lupa kalau Om pernah bilang kalau uang Om banyak. Om jadi tersinggung,” tukas Bara.

Dul mengerling ibunya yang mencibir. “Oh, iya … uang Om Bara banyak. Kalau gitu sekarang kita makan, kan? Aku laper,” ucap Dul.

“Dul …,” panggil ibunya lirih.

Saat itu ia menyadari telah mengatakan sesuatu yang salah. Bara terlihat santai saja. Bukannya malah menegur ia yang terlalu lancang, pria itu malah mencubit pelan pipi ibunya. Ia sampai ikut-ikutan tersenyum melihat raut ibunya yang kesal tapi tak bisa marah.

“Kita enggak makan di sini. Makannya di rumah Om aja. Sebelum ke sana kita pergi ke toko roti dulu.”

Bara menggandeng tangan ia dan ibunya di kanan kiri. Setelah membeli dua kotak cake di lantai dasar mall, mereka langsung berangkat menuju rumah Bara. Sebuah hunian bermodel klasik tapi sangat teduh dan asri. Pagarnya tinggi dan Bara langsung mendorong pintu pagar lebar-lebar dan meninggalkan mobilnya di luar begitu saja.

“Ayah … aku bawa tamu, nih. Yang Ayah tanya-tanya tadi …. Namanya Dul.” Bara berseru mulai dari pintu depan.

Saat itu jantung Dul langsung berdetak cepat.

Kenapa Ayah Om Bara tanya-tanya soal aku?

To Be Continued

1
Esther Lestari
Dayat sama Mima itu.....wah bakalan heboh kalau keluarga mereka tahu
💜Bening🍆
baca ulang novel ini entah ke brp... novel pk dean winarsih.. novel Bara dijah... tini suketi bisa mengulang puluhan kali.. tp utk ngulang baca dul ini bener2 berat.... apa lg di bab dul yg awal2 ini.. bener2 nangis sepanjang baca ceritanya....😭😭 melownya dul nyampe bener di aku... perasaan tak berarti dlm keluarga sendiri... perasaan tersisihkan...berbeda n terasa asing dlm keluarga sendiri itu sakit...
Jeong Nari
wajib di bacaa karya-karya dari author juskelapa, semua cerita menarik, bagus,nggak bosenin, dan paling penting selalu ingin balik buat baca karya-karya itu meski udah di baca berulang kali,terimakasih Author sudah menciptakan karya yg sangat bagus❤
Esther Lestari
baca ulang....masih saja mewek😭
Gipari Alwahyudi
/Facepalm/
Arieee
asli ngakak🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Arieee
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣ngakak so hard
Arieee
your eyes dan ndasmu🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Cen Mei Ling
idola saya banget kk @jus kelapa 🥰🥰 Mungkin banyak yg bisa mengarang, tapi jadi penulis dan penutur bahasa yang bisa mengharu birukan benak pembaca itu sungguhhhh SESUATU 👍🥰 Dengan bahasa yang mengalir lancar, diselipkan celetukan kocak yang bikin ngakak, itu ciri khas kk yg ga bisa ditiru orang lain. Semangat terusssss kakakkkk ❤️❤️ Doa kami besertamu, cepat sehat dan terus berkarya 🙏🙏 luv u
🇮🇩 F A i 🇵🇸
Entah lamaran atau apa...
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Ku menangis.... 😭😭😭 Pdhal udah entah ke sekian kalinya baca. Tapi sllu aja mewek... 😭😭😭
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Kalo AQ dikrmi pesan begitu lgsg jwb "Alhamdulillah lepas beban terberatku." Hbs itu lgsg Blokir. 🤣🤣🤣
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Gak brenti ngekek otomatis. Si Robin bnr2 bisa menghidupkan suasana seAmvuradul apapun. 🤣🤣🤣
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Duuuuuuuh... Udah berulang kali baca tetep aja mewek... 😭😭😭
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Membaca ulang kisah DUL dr awal dengan teliti...
Bee_
🤣🤣🤣🤣
Bee_
harus babu banget ya ni🤣
Bee_
hayoloh🤣
Bee_
bin batalin niat kau🤣
Bee_
aakhh Dul ku sekarang sudah besar😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!