21+
Laura Anastasia, seorang gadis yatim piatu berusia 21 tahun, pemilik sebuah panti asuhan. Suatu hari ia dihadapkan dengan kenyataan bahwa mendiang sang ibu yang telah meminjam uang sebanyak 300 juta kepada seorang rentenir. Dengan menggadaikan sertifikat tanah panti asuhannya.
Mampukah Laura mendapatkan uang itu dalam waktu 2 hari? Atau ia harus rela kehilangan panti asuhan milik orang tuanya?
Edward Alexander Hugo, seorang pria mapan berusia 35 tahun. Seorang pewaris tunggal dari keluarga Hugo. Sampai saat ini, tidak ada yang tau tentang status hubungannya. Tidak pernah terdengar memiliki kekasih, mungkinkah dia seorang pria lajang atau mungkin sudah beristri?
Hingga suatu ketika, sang gadis yatim piatu dan sang pewaris di pertemukan oleh sebuah TAKDIR.
“Aku hanya membutuhkanmu saat aku tidur, jadi kembali lah sebelum aku tidur”. Edward Alexander Hugo.
.
.
.
.
Hai, aku baru belajar menulis. Mohon kritik dan saran dari pembaca sekalian.
Terima Gaji 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 27. Terjadi Sesuatu di Bali ?
Akhir pekan yang indah kini berganti menjadi awal pekan yang sibuk. Setelah menghabiskan waktu selama 2 hari di pulau dewata, Bali. Edward harus kembali menjalani harinya yang melelahkan. Meski hanya duduk di atas kursi kerja, tetapi itu sudah menguras banyak energi.
Ia harus memikirkan, cara-cara agar bisnisnya bisa berkembang lebih maju lagi. Edward sudah menjabat sebagai seorang pimpinan tertinggi perusahaan sejak ia berusia 23 tahun. Setelah sang papa meninggal dunia, perusahaan di pimpin oleh mamanya, nyonya Aurora Ervitha Hugo.
Di tinggalkan oleh ayahnya, di saat usianya yang baru menginjak remaja. Membuat Edward menjadi sosok pria yang kuat dan di paksa menjadi dewasa sebelum waktunya.
Sejak kepergian sang pimpinan perusahaan, Edward mau tidak mau menggantikan sang ayah dalam mengurus perusahaan. Di usia 15 tahun, ia sudah terbiasa keluar masuk kantor tempat orang tuanya bekerja, hanya untuk belajar tentang cara-cara berbisnis.
Saat anak-anak seusianya masih sibuk dengan urusan bermain, nongkrong bersama teman-temannya, saat pulang sekolah untuk menyegarkan otak yang penat setelah belajar., Edward malah harus kembali memeras otaknya.
“Kenapa kamu senyum-senyum, Jo?” Edward memicingkan matanya saat mendapati asistennya tersenyum sendiri. Kini mereka tengah berada di ruangan kerja Edward, dengan posisi Edward duduk di kursi kebesarannya, dan Johan duduk di sofa.
Asisten tak berakhlak itu pun menghampiri atasannya dan duduk di kursi seberang meja kerja Edward.
“Bos, apa di Bali terjadi sesuatu?” Ia berbicara sambil mencondongkan tubuhnya kedepan.
Dahi Edward berkerut mendengar pertanyaan bawahannya itu. ‘Terjadi sesuatu di Bali?’
“Memangnya ada kejadian apa di Bali? Aku sibuk kemarin, jadi tidak sempat membaca berita.” Sahut pria itu, ia menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.
“Heh” Johan memutar matanya malas.
“Bos, maksudku apa bos dan nona—mmm” Johan menjeda ucapannya, ia mengusap rahangnya sendiri. Berpikir bagaimana caranya ia bicara.
Tak..
“Aduh” Johan seketika mengusap dahinya. Bolpoin mahal lagi-lagi mencium keningnya.
“Kenapa suka sekali melempar bolpoin sih, bos? Ini kan mahal.” Jawabnya sembari mengambil benda itu, dan memasukkan ke dalam saku jasnya.
“Jangan berpikiran yang aneh-aneh, Jo. Ara masih kuliah, aku tidak ingin kuliahnya terputus begitu saja.” Edward yang tau isi dari kepala asistennya itu pun menjawab tanpa ditanya lagi.
“Memangnya kenapa bos ?” Johan mengerutkan keningnya. Lalu mengulum bibir, sepertinya ia harus mengajarkan bosnya ini sesuatu.
“Kenapa, apanya? Aku tau maksud pertanyaanmu itu. Dan aku sudah menjawabnya. Apa kamu belum puas?”
“Apa bos sudah puas?” Johan terkekeh
“Apa maksudmu, Jo?” Edward mulai geram dengan asistennya. Kalau sudah begini, perdebatan pasti akan terjadi.
“Bos takut nona hamil sebelum lulus kuliah?” Mata Edward membulat sempurna mendengar pertanyaan Johan.
“Jo.. kamu..” pria dewasa itu mengepalkan tangannya, ingin meninju pria yang duduk di hadapannya.
“Bos, jaman sudah canggih. Kalau bos takut nona hamil sebelum lulus, bos bisa menggunakan pengaman, atau bos bisa ‘menumpahkannya’ di luar. Bos sudah berpengalaman, masa hal seperti itu harus aku yang mengajarinya lagi?”. asisten itu masih tetap berbicara frontal meski raut wajah atasannya sudah berubah.
Pria berusia 30 tahun itu mengambil ancang-ancang untuk pergi, setelah melihat wajah Edward memerah dan tangannya terkepal. Ia menggeser sedikit kursinya, lalu berdiri.
“Bos, aku permisi dulu. Ada yang harus aku diskusikan dengan Monica”.
“JOHANNN” teriakan menggema di ruangan itu. “Awas saja kamu, Jo”.
“Dasar asisten kurang ajar”. pria dewasa itu menggerutu, namun pada akhirnya ia tersenyum mengingat ucapan asistennya.
*****
Hari Senin adalah hari dimana Laura akan mendapat jadwal bertemu dengan mantan kekasihnya, Rendra Arga Pratama. Rasa malas mengikuti pelajaran bisnis mulai muncul di benaknya.
Ingin sekali Laura membolos, tidak mengikuti pembelajaran. Tetapi ia teringat akan janjinya kepada mendiang sang ibu, untuk menjadi anak yang baik.
“Kamu kenapa, La?” Tanya Melani dari arah samping kanan Laura. Ia melihat sahabatnya itu tidak bersemangat hari ini.
“Lagi malas saja, Mel.” Jawab Laura lirih.
Ia berusaha tetap fokus mengikuti pembelajaran, dengan sesekali melihat ke arah depan, dimana Rendra sedang berdiri. Sesekali pria itu juga melihatnya. Yang membuat Laura memalingkan wajahnya.
Setelah hampir satu jam berlalu, kelas bisnis yang di isi oleh dosen Arga pun berakhir.
Laura mendapat tugas mengumpulkan tugas teman-temannya dan membawa ke ruangan dosen Rendra.
‘Pasti dia sengaja’ Laura mendengus kesal.
“Mel, ikut ke ruangan pak Rendra ya.” Rengek Laura pada Melani.
“Ada upahnya tidak?” Goda Melani.
“Ada Mel. Tenang saja. Ayo.” Laura menarik lengan Melani.
Mereka sampai di depan pintu ruangan Rendra. Laura mengetuk pintu ruangan itu. Suara Rendra terdengar dari dalam menyuruhnya masuk.
Kedua gadis itu pun masuk bersama. Rendra mengerutkan dahinya.
‘Kenapa dia mengajak temannya?’ Rendra membatin.
“Pak, ini tugas kami. Sudah semua.” Laura meletakkan tumpukan kertas di atas meja kerja Rendra.
“Kami permisi, pak”. Gadis itu berbicara kembali. Tidak ingin berlama-lama di ruangan pria itu.
“Tunggu sebentar, aku ingin bicara berdua dengan kamu, La.” Kata Rendra tanpa basa-basi.
Melani melihat adanya sesuatu di antara sahabat dan dosennya itu, ia mengerutkan dahinya.
Laura menggeleng. “Maaf pak, saya sedang sibuk. Kami permisi”. Laura kembali menarik lengan Melani, keluar dari ruangan itu.
*****
“La, apa tidak ada yang mau kamu ceritakan padaku?” Tanya Melani sambil menggulung mie gorengnya dengan garfu.
Setelah dari ruangan Rendra tadi, mereka memutuskan mengisi perut di kantin kampus.
“Masalah apa, Mel?” Laura ikut melakukan hal yang sama dengan Melani. Ia menggulung mie gorengnya dan memasukkan ke dalam mulutnya.
“Tentang kamu dan pak Rendra”. Jawab Melani.
Laura menghentikan kunyahannya. Ia meletakan garfu dan sendok yang ia pegang. Lalu menyeruput es teh manis di depannya.
“Dia mantanku, Mel.” Jawab Laura.
“Hah”. Melani menoleh ke arah Laura. “Dia kak Arga mu itu?” Tanyanya lagi
Laura menganggukkan kepalanya. Dulu dia sudah pernah bercerita dengan Melani tentang mantannya yang bernama Arga.
“Wah ternyata kak Arga itu ganteng juga ya, La”. Melani malah menanggapi lain.
“Apa sih Mel?” Laura menggelengkan kepalanya.
“Menurutku, lebih baik kamu bicara saja dengannya sekali saja. Selesaikan permasalahan kalian. Supaya dia tidak mengejar-ngejarmu terus.” Melani memberi saran, karena yang ia tau permasalahan sahabatnya ini dengan sang mantan belum selesai 100%.
“Aku malas, Mel.” Gadis itu menarik dan membuang nafasnya pelan
“Kalau ingat yang dulu itu begitu menyakitkan. Di saat kita baru kehilangan seorang ibu, tiba-tiba kita mendapat penghinaan dari orang tua pacar kita, itu rasanya sangat menyakitkan, Mel.” Laura menggeleng, dengan mata yang berkaca-kaca.
.
.
.
To be continue
bab nya jdi sama ceritanya
lanjutkeun... 👍👍👍