NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikahi Dokter Dingin

Terpaksa Menikahi Dokter Dingin

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Nikah Kontrak / Dokter
Popularitas:4.8M
Nilai: 4.8
Nama Author: EvaNurul

ATMAJA FAMILY SERIES#1



"Bagaimana jika aku melunaskan saja semua biaya operasi ayahmu itu?" ucap dingin pria tinggi berwajah tampan.

Wanita yang berada dihadapannya itu menatapnya berbinar. "Beneran Dok? terimaksih Dokk terimakasih banyak."

"Tapi semua itu tidak gratis." Dokter itu menarik smrik-nya.

"Mak-maksud dokter?"

"Aku akan melunaskan semua biaya operasi ayahmu itu serta pengobatannya sampai dia sembuh dan bayarannya kau harus bersedia menikah dengan ku."

Bagaimana jadinya jika seorang dokter tampan tiba-tiba berbaik hati melunaskan pengobatan ayah dari gadis tak mampu seperti Elena tapi semua itu tidak gratis, Elena harus membayarnya dengan kehidupan dan masa depannya itu.

Apakah Elena menerima tawaran Dokter itu? bagaimana kelanjutannya?

SELAMAT MEMBACA❤



[ JANGAN LUPA DUKUNGAN NYA DENGAN LIKE, VOTE DAN KOMEN YA! JANGAN LUPA FOLLOW BIAR GAK KETINGGALAN UP ]



Cover by Pinterest.
Copyright 2020

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EvaNurul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB25: Kesal Elena (1)

HAPPY READING GUYS🍁

Jam sudah menunjukan pukul 17:00 yang artinya hari sudah mulai gelap. Nampak seorang gadis cantik masih memejamkan matanya disebuah sofa ruangan ini. Ya, Elena tertidur dalam posisi terduduk dengan tubuh yang bersender pada sofa.

Ia nampak tertidur pulas sehingga tidak menyadari jika sedari tadi ada seseorang yang menatap setiap inci wajah Elena.

Bryan tersenyum kecil, ia sekarang duduk disamping Elena dengan tubuh yang menghadap gadis itu. Menurutnya wajah Elena terlihat lucu jika sedang tertidur seperti ini membuatnya sedikit gemas.

Bryan sudah memandangi wajah Elena kurang lebih 1 jam. Ia tak berniat membangunkan gadis dihadapannya ini karna Elena terlihat kelelahan.

Shit!

Bryan mengumpat dalam hati saat matanya terarah pada bibir manis Elena. Entah kenapa dirinya selalu terfokus pada bibir merah gadisnya. Apa ia tergoda dengan bibir itu? Bryan hanya mencoba untuk menahan diri agar dirinya tidak melakukan hal yang tidak-tidak pada gadis ini namun sayangnya hati dan pikirannya berbeda jalan sekarang.

Bryan mengeram, ia sudah tidak tahan menunggu selama ini karna seharusnya mereka sudah pulang ke rumah sekarang untuk menghadiri resepsi pernikahan mereka.

Karna sudah mulai kesal Bryan pun mengangkat jarinya dan mengarahkannya pada hidung Elena. Ia menjepit hidung Elena dengan kedua jarinya agar gadis itu terbangun. Dan benar saja, tak lama setelah Bryan melakukan itu gadis dihadapannya mulai bergerak dan membuka matanya perlahan.

Elena membulatkan matanya ketika merasakan dirinya tidak bisa bernapas karna ada sesuatu yang menjepit hidungnya. Ia segera melihat siapa ulah dibalik itu, dengan segera Elena menghempaskan tangan Bryan dari hidungnya.

Elena sedikit memundurkan tubuhnya, ia menatap pria dihadapannya dengan pandangan horor. "Dok-dokter?" Elena menyentuh hidungnya pelan. "Dokter ma-mau bunuh saya?!" lanjutnya dengan gugup. Apa pria ini mau membunuhnya? jika tidak mengapa Bryan menjepit hidungnya hingga ia tidak bisa bernapas? tapi jika benar Bryan akan membunuhnya, Elena berjanji akan menggentayangi pria ini jikalau tadi dirinya benar-benar mati karna kehabisan napas.

"Ck! kau itu tadi tertidur pulas sekali, aku pikir kau sudah mati jadi tadi aku hanya memastikan hidung mu itu masih membutuhkan udara atau tidak." jawab santai Bryan.

Elena mengkerutkan wajahnya kesal. Jika dirinya mati sudah dipastikan pria dihadapannya ini akan menjadi seorang duda bukan?

"Sudah sore, kita harus pulang sekarang. Aku sudah membuang-buang waktuku percuma disini hanya untuk menunggumu terbangun." dingin Bryan dengan masih menatap wajah Elena. "Jika saja aku tidak memiliki hati mungkin aku sudah meninggalkanmu disini. Jadi kau harus berterimakasih karna aku masih mau menunggumu sadar." lanjutnya.

"Iya-iya terimakasih!" ketus Elena. Padahal dirinya tidak menyuruh agar Bryan menunggunya, tapi yasudahlah Elena mengalah saja karna dirinya sudah dipastikan akan kalah jika berbicara dengan orang dihadapannya ini.

"Yasudah ayo kita pulang," Bryan bangkit dari duduknya dan melangkah pergi keluar dari ruangan ini.

Dimas masih tertidur lelap di kasurnya karna tadi habis meminum obat jadi pria tua itu masih dalam pengaruh efek samping obat itu. Elena segera bangkit dari duduknya dan melangkah mendekat kearah brankar Dimas. Ia berpamitan pada Bapaknya untuk pulang walau ia tau Dimas tidak mungkin mendengar ucapannya ini namun ia tetap meminta izin. Setelah berpamitan, Elena pun melanjutkan langkahnya keluar dari ruangan ini.

Saat Elena keluar dari ruangan ini tiba-tiba saja matanya menangkap beberapa suster dengan dokter yang berdiri didepan ruangan Bapaknya. Ia tersenyum manis menatap para pekerja rumah sakit ini, mungkin saja Bryan menyuruh mereka untuk memeriksa dan menjaga Dimas selagi dirinya dan pria itu pulang.

Mereka nampak terlihat menunduk sopan ketika Elena berada dihadapannya. Elena sedikit heran karna tak biasanya mereka seperti ini padanya. Namun karna melihat Bryan yang sudah berjalan menjauhinya Elena pun segera bergegas melanjutkan langkahnya dan tidak memikirkan panjang peristiwa ini.

Elena menyamakan tubuhnya di samping Bryan, ia mengikuti setiap langkah pria disampingnya ini.

Bryan nampak fokus kearah depannya mengacuhkan Elena yang berjalan disampingnya. Elena pun sama, ia lebih senang menatap jalanan dihadapannya daripada menatap pria dingin disampingnya ini.

Saat sudah sampai di lobi depan rumah sakit, Elena menatap langit diatasnya dan sekitarnya. Hari sudah nampak gelap pertanda malam akan datang. Elena menghela nafasnya pelan, saat tertidur ia mengingat jika langit masih sedikit terang namun sekarang sudah nampak mulai gelap, mungkin dirinya tidur terlalu lama tadi.

Elena mengikuti langkah Bryan yang menuju kearah parkiran untuk menaiki mobilnya. Saat sampai disana Elena menatap mobil-mobil yang terparkir rapih ditempatnya. Ia mengerutkan dahinya ketika tidak melihat mobil yang biasa mereka tumpangi. Walau baru beberapa kali menaiki mobil itu, Elena sudah hafal bagaimana bentuk dan plat nomor dari mobil milik Bryan.

Dimana mobil pria ini?

Elena menatap Bryan yang mulai berjalan menuju kearah mobil berwarna merah, dengan segera ia pun mengikuti pria itu.

"Ini mobil siapa Dok?" tanya Elena ketika sudah sampai disamping mobil merah itu.

Bryan sedikit melirik Elena lalu menekan remot yang berada ditanganya.

Ketika remot itu dinyalakan tiba-tiba saja mobil berwarna merah ini berbunyi. Elena membulatkan matanya melihat ini.

Bryan tersenyum singkat melihat wajah terkejut dari gadis disampingnya. Bryan menikmati setiap ekspresi yang ditunjukan istrinya ini. Mengingat status mereka yang sudah menjadi pasangan suami-istri membuat Bryan sedikit merasakan gejalar aneh dihatinya, entah apa itu dirinya tidak tau.

"Ayo cepat masuk, kita sudah tidak memiliki waktu banyak sekarang," singkat Bryan dengan membuka mobilnya lalu masuk kedalamnya.

Elena sedikit termenung namun tak lama ia segera memutari mobil ini lalu membuka pintu mobil yang berlawanan dari pintu yang dibuka Bryan tadi. Elena pun lantas masuk dan duduk disamping Bryan.

Setelah dirasa sudah siap berangkat Bryan pun menyalakan mobilnya dan melaju keluar dari rumah sakit ini.

Elena sebenarnya ingin menanyakan sesuatu prihal mobil ini namun melihat wajah serius dari Bryan membuat nyalinya takut. Ia lebih memilih untuk diam saja daripada membuat pria disampingnya ini marah.

"Dirumah akan diadakan resepsi pernikahan kita." dingin Bryan.

Elena menatap Bryan lalu mengangguk singkat. Ia tau soal itu karna tadi mertuanya sudah mengucapkannya.

"Akan banyak keluarga ku yang datang jadi kau tidak boleh menunjukan wajah melas-mu itu, kau harus tersenyum nanti. Jangan sampai mereka curiga." lanjut Bryan.

Elena mengangguk kembali, ia jadi sedikit was-was karna harus bertemu keluarga dari Bryan. Apa dirinya akan diterima oleh keluarga Dokter ini? membayangkannya saja membuat Elena gugup.

"Aku harap kau tidak mempermalukan-ku juga."

Elena lagi-lagi mengangguk. Bryan yang melihat jawaban itu langsung menghentikan mobilnya dan menatap Elena dengan raut wajah kesal.

"Ck! kau tidak mempunyai jawaban selain menganggukan kepala mu itu apa?!" kesal Bryan. Sedari tadi Elena hanya menjawab ucapannya dengan anggukan membuatnya kesal.

Mendapatkan nada kesal yang dilontarkan Bryan membuat Elena menatap pria itu malas. "Iya, iya, iya. Sudah ku jawab semua kan? jadi ayo cepat jalan-kan mobilnya." jawab Elena. Mereka berhenti ditengah-tengah jalan membuat banyak mobil yang meng-klaksoni mereka.

"Hey, kau menyuruhku?! aku itu bukan supirmu." enak saja gadis disampingnya ini menyuruh dirinya menjalankan mobilnya, lama-lama gadis ini bersikap kurang ajar padanya.

Elena membulatkan matanya, siapa juga yang menyuruh pria ini? lagian dirinya hanya memberitahu agar Bryan menjalankan mobilnya. Dokter disampingnya ini tidak tau tempat apa ya?

Tin..Tinn..Tinn!

"Woy! jalan dong!! macet nih!"

"Hey cepat jalankan mobilnya!"

Mendengar itu membuat Elena segera menatap ke arah belakangnya, disana terlihat jelas jika banyak mobil yang menunggu mereka jalan. Ia lantas kembali menatap Bryan dengan wajah cemas. "Dok, ayo jalankan mobilnya. Dibelakang sudah banyak mobil yang berteriak."

"Minta maaf."

Dahi Elena mengkerut. "Minta maaf? siapa?"

"Kau harus meminta maaf padaku karna membuatku kesal jika tidak aku tidak akan menjalankan mobil ini." dingin Bryan. Pria itu terlihat santai-santai saja tanpa melihat jika sudah banyak pengemudi yang marah.

Mulut Elena membulat. Dokter ini masih sempat-sempatnya membuatnya mati kutu.

Tin..Tin..Tin!

Elena menghirup nafasnya dalam-dalam. Ia mulai ikut kesal dengan sikap Dokter disampingnya ini. "Yasudah aku minta maaf!"

"Yang tulus, kau ini tidak tulus sekali meminta maaf."

Elena memejamkan matanya perlahan untuk meredamkan rasa kesalnya lalu ia kembali membuka matanya dan menatap Bryan lembut. "Aku minta maaf ya." ucapnya lembut walau hatinya sebenarnya kesal bukan main.

Bryan tersenyum miring lalu mulai menyalakan mesinnya. Ia pun mulai kembali menjalankan mobilnya tanpa menjawab ucapan perminta maafan dari Elena.

Elena pun menghembuskan nafasnya lega lalu menatap jalanan dihadapannya dengan hati yang berkecamuk.

Ya tuhan bagaimana aku bisa hidup dengan pria seperti ini?

↔↔↔

Terimakasih sudah membaca❤

Jangan lupa dukungannya ya!😗

1
nissa
cuekin aja mereka na
nissa
tanda merah di leher elena kali
nissa
kasar banget sih mulut nya si brayn
nissa
aduh patah hati nanti si wilson nya
nissa
nah lho ketemu wilson
nissa
yo itu gengsi biasal lah orang kaya
nissa
saba2 elena, walaupun dongkol hati nya
nissa
pasti bahagia elena tenang saja
nissa
iya lama banget sih nikah nya
nissa
sirik aja lo put
nissa
haduh seperti nya brayen cemburu nih sama aiden
nissa
hm,papa sama adik nya brayen tu
nissa
ternyata ramah juga mama nya brayen sama adik nya bryen ya
nissa
mati ketakutan elena, sampai tangan nya dingin
nissa
baik banget hati elena , mau berbagi makanan nya sama yang membutuhkan, sedangkan bryen nya cuek gak oerduli
nissa
hmm ternyata perhatian juga pak dokter sama elena
nissa
bikin kesel bener tu dokter
nissa
dingin amat tu dokter, membuat elina takut saja
nissa
mantap seru nih kayak nya
nissa
duh kenalan tu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!