NovelToon NovelToon
Petani Hebat Dengan Sistem

Petani Hebat Dengan Sistem

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / Tamat / System / Militer
Popularitas:5.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Dyoka

Seno adalah seorang anak petani yang berkuliah di Kota. Ketika sudah di semester akhir, ia menerima kabar buruk. Kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan bus.

Sebagai satu-satunya laki-laki di keluarganya, Seno lebih memilih menghentikan pendidikannya untuk mencari nafkah. Ia masih memiliki dua orang adik yang bersekolah dan membutuhkan biaya banyak.

Karena dirinya tidak memiliki ijasah, Seno tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi. Mengandalkan ijasah SMA-nya pun tidak jauh berbeda. Maka dari itu, Seno lebih memilih mengelola lahan yang ditinggalkan mendiang kedua orang tuanya.

Ketika Seno mulai menggarap ladang mereka, sebuah kejutan menantinya.

----

“Apa ini satu buah wortel dihargai tujuh puluh ribu.” Ucap seorang warganet.

“Mahal sekali, melon saja harga lima puluh ribu per gramnya. Ini bukan niat jualan namanya tapi merampok.” Ucap warganet yang lainnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dyoka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PH 26 Irfan (Revisi)

Setelah mengirimkan sayuran kepada pelanggannya, Seno lalu menghubungi Dina. Tentu saja ia perlu mentraktir perempuan itu karena sudah memberinya peluang mendapatkan begitu banyak uang dari bazaar kemarin.

Selain itu, orang-orang yang membeli wortel atau kentangnya itu berpotensi menjadi pelanggan tetap Seno. Jadi, sudah sangat pantas Dina mendapatkan traktiran dari Seno.

Sebelumnya Seno sudah membuat janji dengan Dina, ia hanya perlu menunggu perempuan di parkiran Fakultas Kesehatan Masyrakat tempat Dinda berkuliah. Hari ini perempuan itu hanya memiliki kelas pagi, jadi dari siang hingga malam hari, Seno bisa mengajak perempuan itu jalan-jalan.

Setelah sepuluh menit menunggu, Seno melihat kedatangan Dina. Perempuan itu berjalan ke arahnya dengan langkah yang sedikit terburu-buru. Dia terlihat seperti tengah menghindari sesuatu.

Belum juga Seno mengobrol dengannya atau sekedar berbasa basi, Dina langsung mengambil salah satu helm yang Seno taruh di kaca spion lalu memakainya. Perempuan itu juga meminta Seno ssegera pergi dari sana.

“Ayo cepat kita pergi dari sini.” Ajak Dina.

“Eh memangnya kenapa Din?” Tanya Seno yang kini juga memakai helm miliknya.

“Nanti aja aku jelasin.”

Ketika Seno baru memundurkan motornya dari parkiran, seorang laki-laki terlihat menghampiri mereka. Seno bisa melihat ekspresi Dina berubah menjadi masam setelah kedatangan laki-laki tersebut. Kemungkinan besar laki-laki inilah yang menjadi penyebab Dina ingin segera pergi dari kampusnya.

“Dina kenapa kamu terburu-buru seperti itu? Aku masih ingin bicara denganmu. Aku dengar Kamu ingin sekali menonton film terbaru yang sedang tayang di bioskop. Bagaimana kalo kita nonton bareng aja?” Ucap laki-laki tersebut setelah berada di dekat mereka.

“Maaf Irfan, tetapi aku sudah ada janji dengan temanku. Aku akan jalan bareng dia.” Jawab Dina.

Laki-laki bernama Irfan itu kemudian menatap ke arah Seno. Tatapan tidak suka terlihat jelas di wajah laki-laki itu. Ia lalu menyapukan pandangannya pada pakaian dan motor milik Seno. Sekarang, tatapan tidak suka itu berubah menjadi tatapan mencemooh.

“Kamu dengan dia? Hanya naik motor? Mending naik mobilku. Nggak perlu berpanas-panasan kayak gitu. Kamu itu cewek harus lindungin kulit Kamu dengan baik. Udah kamu pergi sama aku aja. Ngapain sama dia.” Ucap Irfan sedikit memaksa.

“Maaf Irfan, bukan masalah naik motor atau mobil. Naik apa pun aku nggak masalah. Aku sudah memiliki janji dengan Seno duluan. Jadi, aku nggak bisa pergi denganmu meskipun kita akan naik jet pribadi sekali pun.” Jelas Dina.

“Kamu kenapa sih selalu nolak aku? Tiap kali aku ajak Kamu keluar, Kamu nolak aku. Sekarang Kamu malah jalan sama orang nggak jelas kayak dia. Cuma penjual kentang seperti itu. Emangnya dia bisa bayarin Kamu? Heh. Aku yakin dia tidak bisa.” Ejek Irfan sembari melirik ke arah Sneo.

Irfan kemarin memang pergi ke bazaar yang diadakan kampusnya. Tadi ia mengenali Seno sebagai orang yang sama yang berjualan kentang di bazaar tersebut. Irfan mengingat betul wajah Seno, hal ini karena dia adalah salah satu “korban” dari kentang jualan Seno.

Ketika Dina akan membalas ucapan Irfan, Seno menghentikannya dengan menaruh tangannya di pundak perempuan itu. Saat Seno sudah memarkirkan motornya dan menaruh helm miliknya. Ia lalu berdiri di samping Dina dan memandang ke arah Irfan.

“Hem… Jadi Kamu merasa aku tidak akan sanggup membayar semua makanan yang akan Dina makan ketika kami keluar bareng?” Tanya Seno kepada Irfan.

“Ya tentu saja. Orang kayak Kamu berapa sih pendapatannya? Pasti nggak akan seberapa. Beda sekali denganku yang bisa dengan mudahnya membelikan apa pun yang Dina inginkan.” Jelas Ifran dengan sombongnya.

Saat ini Ifran menaruh kedua tangannya di pinggang. Ia juga membusungkan dadanya ke depan. Tidak hanya itu, dagunya juga ia angkat tinggi-tinggi. Dari posenya saja, sudah memperlihatkan betapa sombongnya Irfan.

Meski begitu, Seno tidak langsung marah mendengar hinaan Irfan. Ada cara lain yang lebih tepat untuk membalas hinaan orang seperti Irfan ini. Kemungkinan besar apa yang akan Seno sampaikan ini akan membuat pipi Irfan panas karena tertampar.

“Oh begitu. Kalau boleh tahu, apakah Kamu udah kerja?” Tanya Seno.

“Belum. Tetapi orang tuaku adalah pengusaha kaya. Sebulannya saja uang jajanku tiga puluh juta rupiah. Itu pun aku masih bisa meminta lebih kepada mereka. Satu bulan aku bisa menghabiskan uang lima puluh hingga delapan puluh juta dengan mudahnya.”

“Kamu dengar itu kan? Jika seperti itu, aku bisa memenuhi keinginan Dina dengan mudah. Sedangkan Kamu, pasti pendapatanmu sebulan tidak sampai satu per sepuluh dari pengeluaran bulananku. Sekarang, lebih baik Kamu pergi dan biarkan Dina jalan denganku.” Perintah Irfan.

Bukannya menuruti perkataan Irfan, Seno malah bertepuk tangan mendengar ucapan Irfan barusan. Setelahnya, Seno melipat kedua tangannya di depan dada.

“Aku tidak menyangka dalam sebulan Kamu bisa menghabiskan uang sebanyak itu.”

“Tentu saja itu karena keluargaku kaya.” Ucap Irfan bangga.

Irfan yakin Seno akan mundur dan membiarkannya jalan dengan Dina setelah ini. Lihat saja laki-laki itu terlihat takjub dengan kekayaannya sekarang. Pasti dia merasa minder memiliki saingan anak orang kaya seperti dirinya.

“Lalu, berapa pendapatanmu dalam satu bulan? Maksudku pendapatan yang berasal dari hasil kerja kerasmu sendiri, tanpa ada pemberian orang tuamu atau orang lain. Kalau boleh tahu, berapa pendapatanmu itu?” Tanya Seno sembari menampilkan sebuah senyuman kepada Irfan.

Mendengar pertanyaan Seno, Irfan terlihat mengerutkan keningnya. “Hem…. Untuk apa lagi aku bekerja jika orang tuaku bisa memberikanku uang sebanyak itu. Aku tinggal duduk santai pun uang akan masuk ke rekening pribadiku.”

“Selain itu, aku mempunyai lima persen saham perusahaan keluargaku. Dari deviden saham itu saja aku bisa hidup dengan tenang tanpa bekerja. Jadi untuk apa aku bersusah payah mencari uang.” Ucap Irfan dengan santainya.

Mendengar hal itu, Seno hanya menggelengkan kepalanya. Tidak semua anak orang kaya mau bekerja keras. Masih saja ada anak yang bersikap seperti Irfan ini. Mereka menganggap bahwa kekayaan keluarga mereka masih akan tetap bertahan. Jadi, mereka tidak perlu bersusah payah bekerja.

Padahal, roda takdir terus berputar. Tidak semua perusahaan yang sukses, bisa mempertahankan kesuksesan mereka dalam waktu lama. Bisa saja mereka mengalami masalah dan bangkrut di tengah jalan.

Seharusnya anak orang kaya seperti Irfan ini memikirkan bagaimana memperbesar usaha mereka sehingga anak cucu mereka kelak bisa hidup nyaman. Bukan hanya menikmati jerih payah keluarganya seperti ini.

Beruntung beberapa teman Seno yang merupakan anak orang kaya, tidak memiliki pemikiran seperti Irfan. Jika begitu, jelas Seno tidak akan mau berteman dengan orang seperti itu.

“Itu yang membuat Dina menolakmu. Dia tidak menyukai pemalas sepertimu. Dia lebih menyukai sosok pekerja keras sepertiku. Jadi, pantas saja Dina tidak mau jalan denganmu.”

“Meski Kamu mentraktir dia, yang Kamu gunakan adalah uang orang tuamu. Jadi, itu sama saja dengan orang tuamu yang mentraktir Dina. Jika aku, semua yang aku gunakan adalah hasil jerih payahku sendiri. Jelas Dina tidak akan merasa terlalu tidak enak dengan hal itu.” Jelas Seno.

Di samping Seno, Dina memandang laki-lakis itus dengan tatapan kagum. Pemikiran Dina tidak jauh berbeda dengan pemikiran Seno. Ia lebih menyukai seseorang pekerja keras seperti Seno.

Hanya menjadi temannya saja, Dina bisa merasa bangga atas pencapaian yang Seno alami. Itu lah yang membuat Dina merasa Seno berbeda dengan laki-laki lainnya yang selama ini mendekatinya.

“Lalu, sebagai seorang laki-laki, aku lebih bangga bisa mentraktir cewek dengan uang hasil kerja kerasku sendiri dan bukan uang pemberian orang lain. Lagipula, Kamu harus menyerah untuk mengejar Dina sekarang.” Lanjut Seno.

“Sebentar lagi dia akan menjadi pacarku. Jadi Kamu tidak akan memiliki kesempatan lagi.”

Mendengar ucapan Seno, wajah Dina memerah karena sedikit malu. Ia tidak menyangka Seno akan berucap demikian.

‘Apakah Seno menyukaiku? Kenapa dia sampe ngomong kayak gitu?’ Gumam Dina dalam hati.

Di lain sisi, Irfan melihat dengan jelas perubahan ekspresi yang dialami Dina. Perempuan itu terlihat beberapa kali mencuri pandangan kepada Seno. Tidak lama kemudian, wajahnya berubah memerah seperti kepiting rebus ketika Seno bilang akan menjadikannya pacar.

Seketika itu juga Irfan tahu bahwa Dina memiliki rasa kepada laki-laki di sampingnya itu. Meski begitu, Irfan tidak akan menyerah begitu saja. Jika Dina menyukai sosok laki-laki pekerja keras, maka dirinya akan berubah seperti itu demi Dina.

Setelah melihat Irfan tidak memberikan respon apapun, Seno merasa ini adalah kesempatan yang bagus untuk pergi dari sana. Ia lalu memakai kembali helmnya dan meminta Dina naik ke motornya. Tidak lama kemudian, Seno memacu motornya pergi dari sana.

1
Anonymous
Cerita konyolnya ini…mana ada dizaman hukum sudah berjalan orang bisa berbuat seenaknya….dasar author kotor otaknya….
Anonymous
Author begho taiklah….bikin cerita kok kek gini dasar
acid
lagi dan lagi.. kalimat yang paling kubenci...
Go Anang
Luar biasa
Khasna
sayangnya cuma Seno yang bisa mengalahkan inti dimensi itu.....🤭🤭
Pi Man
alah rj banyak bacot
Pi Man
alah bacot kau yuce
Pi Man
author peak atau gimana sih , ya kali kekuatan segitu gitu aja , padahal udh beberapa kali dapat poin kekuatan
Pi Man
jual lah brokoli ke militer
Pi Man
kalah sama kangkung wkwkwk
Khasna
siap² aja jadi tawanan 🤣🤣
Khasna
🤣🤣🤣 kecebong yang meresahkan...
Khasna
perjuangan Seno untuk calon keluarga SenDiRa (Seno Dina miRanda) 💪💪🥰🥰
S.NK.W❇️
bukannya kebun sama lebahnya level 7??....
Travel Diaryska
udah bagus2 cewe nya 1 dina aja, malah ditambahin mira hadehh
Elok Fauziah
Aduh ceroboh seno
Elok Fauziah
sebesar kalkun mungkin atau bahkan sebesar burung unta
Jai Nuri
Luar biasa
Elok Fauziah
buncis thor
Elok Fauziah
Cihh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!