Sekretaris Kesayangan

"Ya? hanya itu jawabanmu?" Tanya Ibra dengan wajah serius.

"Lalu Bapak mau saya jawab seperti apa?"

Ibra tak melepas pandangan nya dari wajah Inayah. "Apa kamu marah padaku?"

"Sejak kapan ada karyawan yang berani marah sama bosnya?" Jawab Inayah ketus, namun mengecilkan volume suaranya, dan melihat sekeliling. ternyata banyak pasang mata yang sedang memperhatikan mereka saat itu.

"Ini buktinya kamu berani marah padaku dan meninggalkanku begitu saja, dan pergi makan siang tanpa mengajakku." Ibra tak menyadari suaranya yang besar membuat semua orang yang berada di sekitar mereka terus menatap mereka seolah sedang menonton sebuah pertunjukan, bahkan ada yang diam-diam mengambil foto dari kejauhan.

"Tolong pelankan suara Bapak, lihat sekeliling! mereka memperhatikan kita, ada baiknya kita pergi dari sini_" Kalimat Inayah terhenti.

"Mengapa kamu jadi cerewet seperti ini, kamu sudah berani mengomeliku?"

Ibra sungguh tak memperdulikan keadaan sekitar, tetap tidak mau mengecilkan volume suaranya. Ia menganggap perusahaan ini adalah miliknya, mereka semua yang berada disitu adalah orang-orang yang butuh dengannya. ia bisa saja bertindak jika mereka berani melakukan perbuatan yang tak disukai Ibra.

Namun ia tidak memikirkan bagaimana nasib Inayah setelah ini, dia pasti akan di cela habis-habisan.

"Pak, tolong tinggalkan saya sekarang, sebelum mereka berpikir yang tidak-tidak."

"Ini perusahaan milik ku, terserah aku mau lakukan apa disini," jawab Ibra dengan nada angkuh.

"Pak, sebelum mereka berpikir aneh-aneh, mending Bapak tinggalkan saya sekarang, lima menit kemudian saya menyusul."

"Wah sekarang kamu malah berani memberi perintah padaku ya," Ibra tersenyum sinis.

Inayah mengalah, lebih baik ia saja yang meninggalkan Ibra. "Pak, saya permisi." ia pun bangkit dari kursinya. Bagaimana dengan Ibra? tentu saja dia juga beranjak meninggalkan kantin dan menyusul Inayah. apa yang mereka lakukan di kantin kala itu benar-benar seperti sebuah pertunjukan drama, dan semua manusia di kantin seperti menyaksikan adegan sepasang kekasih yang sedang bertengkar.

"Wah hebat ya pegawai baru itu, dua hari kerja langsung jadi sekretaris bos tampan, dan sekarang? sejak kapan ada pegawai yang berani ninggalin bosnya begitu saja, dan sejak kapan ada bos yang menyusul sekretarisnya seperti itu tuh." Inayah mulai di gosipkan lagi.

Kemudian Ibra berjalan tepat di samping Inayah, langkah mereka beriringan, dan mereka berpapasan dengan Ririn dan mawar yang berencana menyusul Inayah dikantin.

"Ina?" Ucap Ririn.

"Iya, maaf aku ada kerjaan mendadak, kalian lanjutkan makan berdua aja yah," ucapnya kemudian kembali berjalan.

Ririn dan Mawar saling bertatapan. Mereka berpikir bahkan saat jam istirahat Inayah juga tetap harus bekerja?

"Kita makan di luar," kata Ibra sambil berjalan menuju mobilnya.

"Bolehkah saya makan di kantin aja Pak sama teman-teman_"

"Ini perintah, paham nggak? masih mau bantah?" Lagi-lagi, belum sempat Inayah menuntaskan kalimatnya, Ibra sudah memangkasnya dengan nada tinggi.

Inayah mengangguk, dan langsung naik ke mobil. Dalam perjalanan mereka hanya diam tanpa bicara.

Tak menunggu lama, lima belas menit kemudian Ibra memarkirkan mobilnya disebuah restoran, yang tidak jauh dari gedung perusahaan.

Inayah mengikuti langkah Ibra masuk ke dalam restoran, dan mereka duduk saling berhadapan.

"Kamu pesan apa?" Tanya Ibra saat membuka menu.

"Apa aja," jawab Inayah.

"Apa kamu nggak punya makanan favorit? di pilih dulu menunya!"

"Sekarang saya sedang nggak selera makan Pak,"

Ibra menghela nafas kasar, sebenarnya ia sangat kesal pada Inayah, namun ia tahan.

Ibra tak mau mengambil pusing, ia memesan dua menu yang sama yaitu steak dengan level rare.

Selama menunggu pesanan, Ibra sibuk dengan ponselnya. Begitu juga dengan Inayah, ia hendak membuka ponselnya dan begitu membuka kunci layar, Inayah kaget dengan foto selfinya yang terpampang di layar.

kok bisa kebuka foto ini sih? ah jangan-jangan...

"Pak?"

"Ya, ada apa?"

"Apa Bapak membuka galeri foto di ponsel saya?"

"Sepertinya begitu," jawab Ibra santai.

sial oh memalukan. Inayah langsung menunduk malu, itu berarti Ibra sudah melihat foto-foto seksinya. Lalu ia menggeser ke kiri pada layar ponselnya, dan ada yang lebih mengagetkan lagi.

"Hah? apa-apaan ini?" ucap Inayah dengan suara yang pelan, namun Ibra tetap mendengar.

"Ada apa?"

"Ini apa Pak?" menunjukkan foto selfi Ibra dengan pose tersenyum manis yang tiba-tiba saja ada di galeri ponselnya.

"Oh, aku hanya mencobanya tadi, apa kamera ponselmu sama bagusnya seperti ponselku."

Inayah menggeleng, dan Ibra memperhatikan gerakan jari jemari Inayah yang hendak menghapus foto selfinya itu,

"Jangan dihapus!" Ucap Ibra.

"Kenapa?" Inayah mengerutkan dahinya,

permainan apalagi ini bos?

"Jangan banyak bertanya, ini perintah!"

Tak lama kemudian, pelayan mengantarkan pesanan mereka.

***

Menurut kalian, Inayah perlu di kasihani nggak punya bos seperti itu? 😟🤔

Jawab di komen ya readers. 😎😂