Warning area! banyak yang uwu-uwu dan panas-panas, harap bijak dalam memilih bacaan ya guys
Konflik ngeselin mohon bersabar, gak kuat angkat tangan!!
Karena suatu kejadian kelam Jiana terusir dari tempat tinggalnya. Kebejatan sang pemilik perusahaan tempat ia bekerja menjadi titik balik hancurnya hidup Jiana. Sang most wanted Bryan yang mempunyai wajah malaikat namun berhati iblis, begitulah julukan Jiana. Berimigrasi dan mencoba mencari peruntungan dinegri orang, Jiana meninggalkan semuanya, termasuk Darwin atasan yang ia diam-diam kagumi
Saat hidup Jiana membaik dan ia bisa melupakan semuanya, Takdir membawanya kembali bertemu Bryan
Baca selanjutnya ➡️
Budayakan tinggalkan jejak, like dan vote untuk memberi apresiasi pada penulis 🙊🙊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon irra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kya demam
-
-
Menjelang malam tiba semua orang mulai kembali ke rumah Ken. Hanya tinggal Bulan dan keluarganya saja yang menginap di rumah Bryan. Bryan sendiri tak mengerti kenapa kakaknya sangat betah sekali menempel dan mengganggunya. Mereka kini malah asyik bersantai sambil menonton televisi. Bryan merasa risih melihat kakaknya yang terus menggelendoti Kakak iparnya. Tapi Bryan juga merasa kagum pada Dean yang tak pernah mengeluh meskipun dikelilingi dua wanita manja seperti Bulan dan Pevita
Padahal Bryan sudah tak sabar untuk menikmati tubuh sang istri yang entah mengapa selalu membuat adiknya tegang. Lihatlah bahkan cara berjalan wanita itu kini sangat menggoda, tubuh itu melenggak lenggok dimata Bryan. Tak disangka kini gadis yang ia selalu ledek dulu malah kini ia puja-puja tubuh dan parasnya
Tatapan Bryan terus mesum, menatap Jiana yang berjalan ke arahnya dengan membawa segelas susu coklat di tangan kanan, tentu susu itu untuk Kya karena tidak mungkin untuknya. Kejantanan itu semakin bangkit tatkala bau tubuh Jiana menerpa mencuat kehidungnya saat wanita itu mendudukan diri disofa disampingnya
" Sayang .. " panggil Jiana pada Kya sambil mengusap punggungnya. Gadis kecil itu hanya diam merengut dengan kedua tangan kecilnya memeluk tubuh sang ayah
" Kya, susu coklat kesukaan Kya." ucap Jiana lagi lalu ia menyentuh dahi Kya
" Tubuhnya mulai hangat." gumam Jiana, raut wajahnya mulai cemas
" Apa Kya mengantuk?" tanya Bryan
" Kya mau tidul." sautnya
" Baiklah Princess kita tidur, tapi setelah Kya minum susu ditangan Mum."
Jiana merasa heran, kenapa sekarang putrinya lebih menurut pada Bryan ketimbang dirinya. Lihalah Kya bahkan meminum susu ditangannya dalam satu tegukan hingga habis tak bersisa
Setelahnya Bryan langsung membawa Kya menuju lantai dua diikuti Jiana dibelakang. Bryan membawanya kekamar dengan nuansa pink dan menidurkannya diranjang
" Kya takut." gumamnya
" Hey kamu sudah besar, apa yang kamu takutkan?"
" Bolehkan Kya tidul belsama Dad dan Mum?"
" Tentu saja boleh." saut Jiana senang, akhirnya ia bisa terbebas dan tak perlu memberikan tubuhnya malam ini. Setidaknya sampai ia siap dan merasa yakin pada Bryan
Dengan cepat Jiana memangku Kya untuk membawanya kekamar Bryan meninggalkan Bryan yang memukul-mukul jidatnya tanpa henti, gagal sudah malam pertama yang terus tertunda itu. Namun ia juga tak bisa menolak Kya, putrinya lebih penting dari apapun
Dengan lunglai Bryan mengikuti Jiana kekamar. Wanita itu sudah mengambil posisi dirinya disisi kiri sementara Kya ditengah antara dirinya dan Bryan. Sambil memejamkan mata Jiana memeluk dan menepuk-nepuk bokong Kya dengan pelan, ia tak memperdulikan Bryan sedikitpun
" Ada apa?" tanya Bryan seraya menutup pintu dan berjalan menuju lemari. Jiana membuka matanya menatapi Bryan
" Tubuhnya hangat, aku takut dia demam." saut Jiana
Bryan terdiam sejenak dengan tatapan tak lepas dari Jiana. Ia membuka kaosnya lalu celananya hingga menyisakan underware saja. Bryan melipat kedua tangannya didada, dahinya mengerut melihat Jiana yang hanya datar menatapnya seakan tak tertarik ataupun merasa malu dengan tubuh Bryan yang bagi dirinya sempurna karena memang semua wanita pun mengatakan itu
" Kau benar-benar dingin." umpat Bryan kesal lalu dengan sengaja ia menurunkan underwarenya. Ia ingin tahu reaksi Jiana namun sekali lagi ia kesal karena wanita itu hanya diam
" Apa kau selalu seperti ini pada wanita yang kau tiduri?" tanya Jiana
Bryan terdiam lalu mengedikan bahunya acuh. Sejujurnya ia jarang sekali bertela*jang saat bersetubuh, lebih seringnya ia hanya menurunkan resleting celananya saja
" Benar-benar bajing*n."
Bryan menarik nafasnya panjang, ia memutar tubuh membelakangi Jiana dan memakai pakaian tidurnya. Saat selesai ia kembali pada Jiana, sejenak ia melirik Kya yang ternyata sudah terlelap
Bryan merangkak naik keatas kasur, tiba-tiba ia mengurung Jiana dan Kya dengan menumpu telapak tangannya pada kasur. Ia tatapi Jiana yang menciut takut sesaat dan menyeringai
" Apa kau selalu sedingin ini? atau hanya denganku saja?"
Jiana hanya terdiam dan memalingkan wajahnya beralih pada Kya lalu memejamkan mata mengabaikan Bryan membuat pria itu geram dan berguling ke samping tidur membelakangi Jiana dan Kya
Tepat pukul 11.00 malam Jiana merasakan Kya terus bergerak gelisah dalam pelukannya hingga ia harus membuka dan menyentuh dahi Kya yang dipenuhi keringat
" Mum huuuu .. " Kya mulai menangis dan merengek dalam tidurnya
Jiana segera bangun dan memangku Kya, menimang-nimang gadis kecilnya lalu ia membangunkan Bryan dengan mengguncang bahunya membuat Bryan terusik membuka mata dan berbalik padanya
" Kya demam dan tubuhnya sangat panas." ucap Jiana dengan raut wajah khawatir
" Apa dia selalu seperti ini?"
" Iya ." sautnya pelan
Bryan segera bangun ia mengambil alih Kya dari pangkuan Jiana
" Sayang .."
" Kya .. "
Panggil Bryan namun gadis kecilnya hanya terus menangis dan merengek
" Apa kau punya penurun demam? setidaknya sampai besok pagi."
Bryan terdiam ia melirik jam didingding lalu kembali pada Jiana
" Ambilkan jaket Kya." perintah Bryan yang langsung dituruti Jiana. Ia beringus turun dari ranjang berjalan menuju lemari dan mengambil jaket tebal Kya
Jiana segera pakaikan ditubuh Kya yang memang menggigil kedinginan
" Ayo kita kerumah sakit." ajak Bryan beringus bangun dan berjalan cepat keluar dari kamar diikuti Jiana dibelakangnya
Tak sampai satu jam ia dan Jiana sampai dirumah sakit. Dengan Kya dalam pangkuannya, Bryan duduk dikursi, ia menunggu Jiana yang pergi ke administrasi untuk mengurus biaya pendaftaran putri mereka
" Kya .. " panggil Bryan
" Mana yang sakit hmm?" tanya Bryan
Kya membuka matanya yang sayu, bibir itu memucat dan jemari kecil itu menyentuh kepalanya sendiri membuat Bryan merasa pilu
" Apa kepala Kya pusing?"
" Daddy ada dua." sautnya dengan suara serak
" Uhhh sayang .. pindahkan ke Daddy, pindahkan ke Daddy sakitnya." ucap Bryan menempelkan dahinya pada Kya sambil memejamkan kedua matanya
Hal itu menjadi pemandangan indah untuk Jiana yang baru saja selesai dan mematung ditempatnya. Ia menatapi Bryan yang terlihat sangat menyayangi putri mereka sampai ada sebuah tangan menepuk pundak menyadarkan Jiana
" Aku tidak pernah melihat Bryan seperti itu." gumam seorang pria dibelakang Jiana
" Dia bahkan tak menyukai anak kecil." gumam pria itu membuat Jiana menoleh padanya, ia tak terkejut melihat pria berjas dokter itu
" Brengse* kau sedang apa bersama istriku." bentak Bryan pelan saat tak sengaja melihat keduanya
" Aku juga tidak pernah melihat kecemburuan dimata Bryan seperti saat ini." ucap Arnold lagi memberikan senyumannya pada Jiana lalu melenggang mendekati Bryan
Jiana menarik nafasnya dalam lalu mengikuti Arnold mendekati Bryan. Ia langsung duduk dan menyentuh dahi Kya dan terus mendapat tatapan tajam pria itu
Byurr
Kya memuntahkan isi perutnya tepat didada Bryan membuat seluruh pakaian itu basah dengan muntahannya. Bukan jijik ia malah semakin pilu melihatnya apalagi Kya kembali menangis meraung
" Arnold lakukan sesuatu kenapa putriku muntah seperti ini?" teriak Bryan panik
" Dasar gila, aku bukan dokter anak."
" Lalu dimana dia kenapa lama sekali, mau kututup rumah sakit ini." teriak Bryan rusuh dan merasa hilang kesabaran karena sejak tadi ia dan Jiana menunggu
" Panggil Viona, dimana wanita itu." teriak Bryan lagi hingga menjadi pusat perhatin
" Bisakah kau tidak berteriak. Memalukan!" bentak Jiana memberikan delikan sebalnya pada Bryan
" Tidak bisa, ini menyangkut keselamatan putriku." saut Bryan kembali membentak
" Bisakah kalian berhenti bertengkar, Kya akan semakin ketakutan nanti." Arnold yang merasa jengah pada Bryan menyahut membuat keduanya bungkam
" Sssshhhhh .. " hanya itu yang keluar dari mulut Bryan sambil berdiri menimang Kya yang menangis dan merengek rewel membuat airmata Bryan tanpa sadar menetes mengkasihani putrinya
-
-
Dad Bryan anakmu sudah gak gadis lagi loh....