NovelToon NovelToon
CINTA YANG TERSEMBUNYI

CINTA YANG TERSEMBUNYI

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikah Kontrak / Dijodohkan Orang Tua / Cinta setelah menikah
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Three Flowers

Pertemuan pertama Alana dengan Randy terjadi secara kebetulan, dimana Alana langsung terpesona dan jatuh cinta pada pandangan pertama. Tak disangka - sangka, ternyata Randy adalah pemuda yang dijodohkan dengannya oleh nenek mereka berdua karena persahabatan. Namun saat Randy mengajak Alana berbicara empat mata, pemuda itu mengakui bahwa ia telah memiliki seorang kekasih, dan ia bersedia menikahi Alana hanya karena tak ingin mengecewakan neneknya. Pada akhirnya Alana pun terjebak dalam pernikahan yang semu, yang membuatnya harus menyembunyikan cintanya di balik kisah asmara Randy dan kekasihnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Three Flowers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TERBAWA SUASANA

Alana menatap tangannya yang saat ini sedang dipegang oleh seseorang, kemudian ia menoleh pada orang itu. Seorang pemuda bertubuh tinggi mengenakan jaket, topi dan masker yang berwarna serba hitam sedang memegang erat tangannya hingga Alana tak mampu melepaskannya.

"Alana, ini aku ...," ujar pemuda itu. Alana sangat mengenali suara itu dan juga postur tubuh orang itu, tapi ia seakan tidak mempercayai apa yang dilihatnya. Pemuda itu membuka maskernya dan tampak wajah bening yang selama ini selalu ada di hatinya.

"Randy? Kenapa kamu berada di sini?" tanya Alana takjub. Matanya tampak berbinar menatap sosok yang ada di hadapannya.

"Kenapa? Kamu tidak suka aku di sini? Apa aku mengganggu kencanmu dengan seseorang?" tanya Randy dengan nada bercanda.

"Siapa juga yang berkencan?" sahut Alana kesal, "memangnya kamu melihat aku lagi jalan dengan orang lain?"

Randy melihat keramaian di sekitarnya, lalu tersenyum.

"Tidak," jawabnya, "lalu kenapa kamu berjalan sendirian? mana temanmu?"

"Sebelum bertanya padaku, sebaiknya kamu jawab dulu pertanyaanku tadi. Kenapa kamu bisa berada di sini, Randy?" tanya Alana lagi sambil melirik ke tangan Randy yang masih memegang tangannya. Menyadari lirikan itu, Randy segera melepaskan tangannya dari tangan Alana.

"Aku hanya khawatir istriku hilang," sahut Randy cuek.

"Kenapa harus hilang?" Alana merasa bingung dengan jawaban Randy.

"Karena kamu itu terlalu polos dan masih baru beradaptasi dengan lingkungan baru, jadi masih harus dijaga. Mengerti?" jelas Randy. Sebenarnya pemuda itu juga bingung kenapa tadi ia berniat mengunjungi Alana ke bukit ini. Ada sebuah kekhawatiran yang sulit dijelaskan alasannya. Ia merasa tidak nyaman membiarkan Alana pergi menginap di perbukitan yang cukup jauh dari rumah walaupun itu termasuk bagian dari kegiatan kampus.

"Tapi bukannya kamu sibuk dan tiap hari selalu pulang malam?" tanya Alana semakin penasaran.

"Sudah, jangan banyak tanya. Sekarang gantian kamu yang harus menjawab pertanyaanku tadi, mana temanmu? Kenapa kamu berjalan sendirian?" Randy bertanya balik.

"Aku sedang meninggalkan Meta berduaan dengan Eric," jawab Alana sambil tersenyum penuh arti, "aku tadi ijin ke toilet, tapi sebenarnya aku mau mencari snack atau minuman saja agar mereka menunggu lebih lama."

"Memangnya bagaimana perkembangan hubungan mereka? Ada kemajuan?" tanya Randy lagi.

"Iya, Eric setuju untuk berpura - pura jadi kekasihnya Meta," jawab Alana.

"Berpura - pura?" tanya Randy heran, ia tidak mengerti maksud perkataan Alana.

"Ayo, kita beli makanan dulu di kedai itu, nanti aku ceritakan," sahut Alana sambil menunjuk ke salah satu kedai yang akan ia tuju tadi. Randy mengikutinya. Setelah memesan makanan, mereka berdua duduk di salah satu sudut di kedai tersebut. Alana menceritakan kisah Meta yang dijodohkan oleh ayahnya, dan mengapa ia perlu menunjukkan seorang kekasih kepada ayahnya. Randy hanya mengangguk - anggukkan kepala mendengar hal itu.

Tak lama kemudian, Alana dikejutkan dengan kehadiran Meta dan Eric yang ternyata menyusulnya ke kedai itu.

"Alana ...," panggil Meta dengan sedikit terengah - engah, "kenapa malah di sini? Kami menunggumu lama, jadi kami memutuskan untuk mencari kamu."

"Maaf, Meta ..., aku sekalian membeli makanan untuk kalian nanti," jawab Alana sambil nyengir.

Kemudian Meta dan Eric tertegun menatap sosok Randy yang duduk di sebelah Alana. Eric menatapnya seolah tak percaya, sedangkan Meta menatapnya dengan kagum dan penasaran.

"Oh, ini Randy sepupuku. Kami kebetulan bertemu di sini. Randy, ini Meta sahabatku," Alana memperkenalkan mereka satu sama lain. Randy mengulurkan tangannya pada Meta, lalu Meta menyambutnya. Masih dengan ekspresinya yang tercengang saat menatap Randy yang sangat rupawan itu.

"Jadi, ini sepupu yang kamu ceritakan itu? Hai, Randy, aku Meta," akhirnya Meta bisa berbicara dengan normal, "Kalian berdua memang mirip, satu cantik, satu tampan. Sepertinya sudah keturunan dari kakek nenek kalian."

"Ah, Meta, mirip dari mana?" tanya Alana malu - malu.

Kemudian Eric menyapa Randy, "Pak Randy, selamat malam."

"Selamat malam, Eric. Ternyata kalian satu kampus, ya .... Mari silahkan duduk dulu." sahut Randy.

Eric dan Meta segera duduk. Kini mereka saling berhadapan.

"Anda menyusul Alana kemari, pasti sekalian rekreasi," ujar Eric basa - basi.

"Tidak, aku hanya khawatir saja, ingin menjaga Alana," sahut Randy tanpa ragu - ragu.

"Wah ..., ini sepupu tapi kenapa terdengar romantis begini, ya?" ujar Meta spontan. Alana membelalakkan matanya, dan Eric mengamati reaksi gadis itu. Ada rona merah di pipinya, bercampur dengan sinar mata yang berbinar - binar namun berusaha disembunyikannya. Eric mencoba mendalami perasaan Alana terhadap suaminya.

"Kami memang sangat akrab," sahut Alana berusaha meredam prasangka Meta.

Eric kini mengamati reaksi Randy. Bos perusahaan tempatnya dikontrak menjadi model itu tampak tenang, seolah tak terusik dengan perkataan Meta. Juga tidak merasa terganggu dengan pengakuan Alana sebagai sepupunya. Laki - laki ini tampaknya tidak masalah mengikuti permainan istrinya yang menyamar sebagai gadis yang belum menikah, ucap Eric menyimpulkan di dalam hatinya. Sebenarnya, hubungan mereka ini seperti apa? Tanya Eric di dalam hatinya.

"Alana, aku mau pesan makanan dulu," ujar Meta sambil berdiri.

"Aku sudah pesan makanan, tapi kalau ingin yang lain, ayo dilihat lagi, lalu pilih yang kamu suka," ajak Alana sambil berdiri juga dari duduknya, lalu menggandeng tangan Meta menuju tempat pemesanan makanan.

Randy tak lepas memandang Alana. Gadis itu baik dan hangat, ia menyukai persahabatan. Ia tampak nyaman bergaul dengan Meta, demikian juga dengan Meta yang sepertinya sangat cocok dengan Alana. Mereka sama- sama tulus. Dalam hati Randy merasa lega melihat Alana tampak baik - baik saja dalam pergaulan barunya.

"Pak Randy, anda tidak perlu khawatir, saya akan menjaga Alana selama di kampus," ucap Eric membuka pembicaraan lagi. Randy langsung menatap padanya dengan tajam. Insting seorang lelaki terhadap lelaki lain mulai bekerja.

"Tidak perlu, Eric. Saya sendiri yang akan menjaganya," ucapnya tegas kepada Eric. Jawaban itu seketika membuat Eric membeku. Apa yang dipikirkan laki - laki ini? Tiba - tiba saja auranya seperti serigala yang siap menerkam, pikir Eric gusar.

"Anda ..., sangat mencintai Alana? Eh - maaf, saya memanggil namanya langsung atas permintaan istri anda," Eric berusaha untuk bersikap tenang.

"Tentu saja, Alana adalah istriku. Tentu saja aku sangat mencintainya. Kenapa kamu menanyakan hal itu, Eric? Apakah aku tampak seperti orang yang tidak bertanggungjawab terhadapnya?" tanya Randy dengan muka serius, cukup untuk membuat Eric salah tingkah dengan ucapannya barusan.

"Maaf, saya hanya sekedar bertanya pada anda, justru karena saya melihat anda begitu mengkhawatirkan Alana, bahkan sampai jauh - jauh menyusul kemari," sahut Eric sambil tersenyum untuk mencairkan suasana.

Lelaki sialan, bagaimana bisa dia menjawab mencintai Alana dengan lugas, sementara dihadapan Delia ia tersenyum penuh arti. Apakah ia sedang ingin memiliki keduanya? Batin Eric kesal.

Sementara itu, sambil memilih makanan dan minuman, Meta berbisik pada Alana.

"Hei, Alana ..., kamu sungguh beruntung dikelilingi oleh pria tampan seperti Randy dan Eric. Sepupumu itu tidak kalah dengan Eric yang menjadi modelnya. Lagipula, kamu akrab sekali dengannya,"

Alana hanya tersenyum mendengar hal itu, sambil menulis pesanan tambahan yang dipilih Meta. Kemudian, mereka kembali ke tempat duduk semula. Makanan yang terlebih dahulu dipesan sudah datang. Mereka juga memesan minuman panas untuk menghangatkan tubuh di cuaca yang dingin khas pegunungan itu.

Randy dan Eric tidak banyak bicara, mereka hanya asyik menikmati makanannya. Hanya Meta yang terus berceloteh, mengobrol dengan Alana, menceritakan banyak hal yang tidak terlalu penting.

"Alana, aku belum sampai ke puncak bukit ini. Ayo, temani aku ke sana," ajak Randy.

Alana menoleh pada Meta dan Eric, lalu bertanya, "kalian mau naik lagi?"

Meta saling berpandangan dengan Eric. Lalu Eric menjawab, "aku masih ada hal yang harus diurus bersama panitia yang lain. Kalau Meta mau ikut Alana, silahkan,"

"Aku juga mau kembali ke kamar villa saja," ujar Meta akhirnya.

"Baiklah, kami naik dulu ya ...," pamit Alana. Kemudian Alana dan Randy mulai berjalan meninggalkan Meta dan Eric di kedai itu.

"Alana, kamu capek?" tanya Randy.

Alana menggeleng dan menjawab, "aku sudah biasa,"

Tak lama kemudian sampailah mereka di puncak bukit yang indah itu.

"Alana, ayo berfoto bersama, nanti kita tunjukkan pada nenek," ajak Randy.

"Baik,' sahut Alana dengan ceria.

"Mendekatlah kemari," Randy menarik tangan Alana untuk mendekat padanya. Mereka bersiap untuk foto selfie dengan latar belakang pemandangan malam nan gemerlap.

"Eh," Alana terkejut saat wajah Randy menjadi sangat dekat dengannya, bahkan pipi keduanya sampai bersentuhan.

"Maaf," ujar Randy setelah selesai mengabadikan foto mereka berdua. Ia telah mengambil beberapa foto dari berbagai sudut.

"Tidak apa," sahut Alana sambil menunduk salah tingkah. Masih terasa sentuhan lembut pipi Randy yang dingin di pipinya. Namun ia merasakan pipinya justru memanas. Randy mengamati foto hasil jepretan kamera di ponselnya, lalu memandang Alana yang kini memandang ke bawah bukit, menikmati pemandangan kota dari atas bukit itu.

"Kamu tidak ingin melihat fotonya?" tanya Randy sambil menyodorkan ponselnya. Alana mengambilnya dari tangan Randy. Gadis itu tersenyum melihat foto - foto yang telah mereka ambil. Randy sangat tampan, batin Alana kagum.

Sementara itu, Randy ternyata juga mengamati wajah Alana yang tampak sangat cantik dan lembut di bawah sinar rembulan dan pantulan lampu - lampu hias di sekeliling lokasi itu. Apalagi dengan senyuman manisnya yang menghiasi bibirnya yang merah muda, kecantikan alaminya kembali terpancar seperti saat mereka berlibur di villa yang ada di pantai beberapa waktu lalu. Tanpa sadar Randy terhanyut dalam kekagumannya pada Alana, apalagi ditambah dengan suasana syahdu di puncak bukit itu.

Lagi - lagi perasaan ini, batin Randy. Namun ia tak mau menghentikan tatapannya, seolah begitu menikmati keindahan ciptaan Tuhan yang ada di hadapannya itu. Alana mendongakkan kepalanya setelah puas memandangi foto - foto di ponsel Randy, lalu tertegun melihat Randy yang tak berkedip menatapnya. Alana memberanikan diri melawan tatapan mata itu, ikut menikmati kilau indah mata Randy yang kian menusuk kalbunya, seakan tak ingin melepaskannya. Perlahan Randy mendekatkan wajahnya pada wajah Alana seakan ingin menciumnya, dan seketika itu Alana menjadi tersadar dan segera menghindar. Jantungnya berdebar - debar tak beraturan.

"Randy, ini ponselmu," ujar Alana segera mengalihkan perhatian dan menyodorkan ponsel itu ke arah Randy. Pemuda itu  tertegun, lalu bertanya di dalam hatinya, apa yang baru saja hendak aku lakukan pada Alana? Dan barusan ia sengaja menghindar? Pikiran itu berkecamuk di benaknya.

Randy lalu bergegas meraih ponselnya dari tangan Alana dan berkata, "aku akan mengirimnya pada nenekku agar beliau senang."

Alana mengangguk dan tersenyum, kali ini ia tidak berani menatap wajah Randy. Dalam hatinya masih bertanya - tanya, kira - kira apa yang terjadi bila aku tidak menghindar tadi?

Dengan cepat Randy mengirim foto kemesraannya dengan istrinya itu pada nenek Ranita. Jemarinya bergetar, karena jantungnya yang berdebar membayangkan niatnya pada Alana barusan. Bodoh, Randy ..., lagi - lagi kamu hampir melampaui batas. Apakah kamu akan berlaku tidak setia pada Delia? Berkali - kali Randy memaki dirinya sendiri di dalam hati. Aku sudah berencana menjauhinya, tapi kenapa aku selalu tidak tega melepaskannya dan mendekatinya lagi? Ah, tidak ..., aku hanya terbawa suasana, batin Randy berperang sendiri dalam hati.

Tak lama kemudian Randy mengajak Alana turun, mengantarnya ke villa tempat mahasiswa kampus Alana menginap. Randy sendiri menginap di penginapan yang tidak jauh dari villa Alana itu.

Alana membuka pintu kamarnya dan langsung merebahkan diri di atas kasurnya, tepat di samping Meta.

"Hai, Alana, mengapa pipimu merah sekali?" tanya Meta pada Alana yang tidak bisa berhenti membayangkan kejadian di puncak bukit tadi.

"Mungkin karena naik turun bukit tadi, aku sedikit capek, " jawab Alana beralasan. Malam itu ada perasaan penasaran bercampur bahagia di hatinya. Gadis itu menyesali perbuatannya yang spontan menghindari Randy yang semakin mendekat padanya. Kira - kira, apa yang akan terjadi? Benarkah ia akan menciumku? Alana semakin malu membayangkannya. Meta hanya bisa mengernyitkan dahinya melihat ekspresi wajah Alana yang tampak berubah - ubah.

1
Siswanto Sun
Alur ceritanya rapi...kisahnya bergulir tertata.. membuat pembaca ingin terus mengetahui kisah selanjutnya... berharap happy ending tuk semua tokohnya kecuali tuk tokoh jahatnya tentunya
manda atha
lanjutt plss
Maria Luisa
Aku geram banget sama si antagonis di cerita ini, tapi itu membuatku ga bisa berhenti baca!
Vanne Mcguire
Gila seru!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!