"Kenapa kau menciumku?" pekik Liora panik, apalagi ini adalah ciuman pertamanya.
"Kau yang menggodaku duluan!" balas Daichi menyeringai sembari menunjukkan foto Liora yang seksi dan pesan-pesan menggatal.
Liora mengumpat dalam hati, awalnya dia diminta oleh sahabatnya untuk menggoda calon pacarnya. Tapi siapa sangka Elvara malah salah memberikan nomor kakaknya sendiri. Yang selama ini katanya kalem dan pemalu tapi ternyata adalah cowok brengsek dan psikopat.
Hingga suatu saat tanpa sengaja Liora memergoki Daichi membunuh orang, diapun terjerat oleh lelaki tersebut yang ternyata adalah seorang Mafia.
Visual cek di Instagram Masatha2022
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Masatha., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Sejak pulang kuliah Liora terus melamun, dia bingung bagaimana mengatasi masalah malam ini.
Liora tak ingin terjebak antara Mada dan Daichi. Sebab Mada tipe lelaki bucin tidak akan segan memberikan perhatian lebih padanya meski di depan umum. Jika hal itu terjadi Daichi bisa marah.
Makanya malam harinya Liora pura-pura sakit, diapun menelpon Elvara dan Mada jika dia tidak akan ikut menonton film.
"Yah, sayang sekali kamu nggak ikut. Tapi karena kamu nggak enak badan nggak papa lain kali bisa nonton lagi bersama Mada."
"Aku minta maaf banget ya? Tapi kamu harus nonton, kasihan Zefran."
"Iya, aku sudah siap-siap ini. Kamu sendiri sudah minum obat?"
"Sudah kok, selamat ngedate bersama Zefran ya."
Usai menutup telepon, Liora menarik nafas. Dia merasa lega.
Tapi siapa sangka tak berapa lama setelah itu Mada datang ke rumahnya. Membawakan buah-buahan dan makanan untuknya.
Yudistira sangat senang, sebab Mada terlihat begitu baik. Makanya menerima Mada dengan baik di rumahnya.
"Mada, kenapa kamu repot-repot bawakan ini?" tanya Liora pura-pura lemas.
"Aku khawatir, aku tidak bisa tidur sebelum melihat kamu," jawab Mada.
"Maaf ya, gara-gara aku rencana kamu menonton film jadi rusak," tutur Liora lagi.
"Tidak masalah, kita berdua bisa nonton lain kali. Mungkin memang kita berdua tidak diizinkan untuk menganggu Zefran dan Elvara," ungkap Mada.
"Elvara? Jadi dia sudah punya kekasih?" sela Yudistira.
"Sudah, namanya Zefran," jawab Nayshila bersemangat. Dengan begini Elvara tidak akan menjadi ancaman lagi.
"Tuh, Elvara saja sudah punya pacar. Liora kapan punya pacar?" goda Yudistira.
"Ih papa, aku masih mau fokus kuliah dulu belum mikir ke arah pacaran!" tegas Liora.
Yudistira hanya terkekeh, lalu memberi kedipan mata pada Mada untuk semangat mengejar cinta Liora. Tentu Mada sangat sumringah mendapat dukungan dari papanya Liora.
"Kamu sebaiknya pulang, aku juga ingin tidur masih sedikit pusing," tutur Liora pada Mada.
"Kamu tidurlah, Mada biar di sini dulu nemenin papa main catur," sela Yudistira.
"Ih Papa, kasihan Mada kalau diajak permainan yang membosankan itu," sungut Liora tak enak. Dia sendiri juga malas jika diajak main catur papanya.
"Tidak membosankan kok, aku di rumah juga sering menemani papa main catur," sela Mada.
"Tuh, Mada saja mau. Yasudah sana kamu kalau ingin tidur," ujar Yudistira tersenyum puas. "Mada boar bersama papa."
Liora pun melirik Mada, karena lelaki itu terlihat bersemangat Liora memilih diam dan pamitan kembali ke kamar.
Nayshila ikut membuntutinya. Liora yang risih langsung berhenti dan menoleh ke belakang.
"Mau apa?" tanya Liora dingin.
"Haha, sekarang Papamu sudah tahu kalau Elvara punya pacar. Jadi berhentilah memikirkan ide yang murahan itu," cibir Nayshila.
"Kau kira teman aku cuma Elvara saja?"
"Memang iya kan? Jangan pikir aku tidak tahu kehidupan kamu di kampus!" balas Nayshila.
Liora mengeram kesal, dia yakin Nayshila diam-diam memata-matainya.
"Dan aku juga tahu, cowok yang pernah kamu bawa ke kamarmu itu adalah kakaknya Elvara kan? Daichi. Tidak aku sangka, kamu dekat dengan Mada tapi di sisi lain main sama Daichi, kamu sering mengatakan aku murahan sementara kamu sendiri jauh lebih parah," cibir Nayshila.
"Itu namanya seleksi, mencari pasangan yang tepat. Lagian mereka cowok lajang, bukan suami orang! Jadi jangan samakan aku denganmu—pelakor!" umpat Liora kesal bukan main.
"Haha—tetap aja namanya murahan alias sasimo—sana sini mau!" balas Nayshila.
"Terserah apa katamu, aku malas bicara denganmu sebaiknya menjauh dariku!" sergah Liora sembari menutup hidungnya untuk mengejek Nayshila.
"Siapa juga yang mau bicara denganmu!" cibir Nayshila berlalu pergi.
Liora mengepalkan tangannya, merasa geram dengan ibu tirinya itu. Kalau saja Nayshila tidak sedang hamil dia sudah ingin menjambaknya.
Saat Liora membuka pintu kamarnya, dia terkejut melihat Daichi yang sudah rebahan di atas ranjangnya. Lelaki itu menyeringai—ganas.
"Ngapain kamu ke sini?" tanya Liora kaget setengah mati.
"Aku rindu pacarku, kemarilah," jawab Daichi sembari menggerakkan kedua jarinya.
Liora langsung merinding, tatapan Daichi seolah-olah ingin mengulitinya.
"Bukankah kamu nonton film dengan Alana?" cicit Liora.
"Kemarilah—Babe!" sergah Daichi.
Liora ingin berbalik keluar, tapi Daichi langsung bangun dan beranjak mendekatinya.
Posisi mereka sekarang persis seperti saat pertama kali mereka bertemu di club malam. Liora terjepit antara pintu dan Daichi, sebab lelaki itu berdiri di belakang Liora sembari menahan pintu agar tidak bisa dibuka.
Klik!
Daichi mengunci pintu, membuat Liora meneguk salivanya sendiri.
"Jangan macam-macam," cicit Liora.
"Babe, kenapa kamu takut begitu? Aku kemari karena khawatir padamu, katanya kamu sakit," jawab Daichi sembari mengecup pundak Liora dan menggigitnya kecil.
"Ahk!" pekik Liora kaget."Apakah kamu Anj—"
"Oh, ternyata sayangku tidak sakit. Buktinya masih bisa mengumpatku," sela Daichi langsung mengangkat tubuh Liora dan membawanya ke balkon kamar.
Dari atas sana, terlihat Yudistira dan Mada sedang bermain catur di halaman samping rumah.
"Itukah lelaki idaman kamu?" tanya Daichi menatap tajam.
"Bukan urusan kamu, toh sebentar lagi kita putus!" sergah Liora.
"Oh, jadi belum putus sudah menyiapkan cadangan rupanya. Kira-kira bagaimana reaksi mereka jika melihat kita bercumbu di sini?" goda Daichi menyeringai.
"Jang— hmph."
Mulut Liora sudah tersumpal, bahkan jemari Daichi sudah masuk ke dalam gaun tidurnya.
Liora panik bukan main, jika sampai papanya dan Mada melihat dia seperti ini bisa kacau.
Tapi semakin Liora melawan, cumbuan Daichi semakin brutal.
Liora pun akhirnya diam pura-pura pasrah, lalu dia menangis untuk meluluhkan kemarahan Daichi.
"Kamu jahat, kalau sampai Papa melihat hal ini bisa-bisa aku dicoret dari ahli waris dan harta Papa jatuh ke tangan ibu tiriku yang licik!" rengek Liora.
Dan caranya berhasil, kemarahan Daichi mulai reda. Lelaki itu mengusap air maya Liora lalu menggendongnya masuk ke kamar.
"Kau menyukai Mada?" tanya Daichi serius.
"Kenapa tidak? Dia tampan, baik, kaya raya, pewaris tunggal serta papa sangat menyukainya," jawab Liora sengaja memprovokasi. Dengan sifat Daichi yang keras kepala dan gengsian Liora berharap Daichi akan marah dan memutuskannya.
Tapi siapa sangka, sorot mata Daichi berubah sendu. Lelaki itu meletakkan Liora secara lembut di atas ranjang.
"Apakah kamu tidak ada sedikit saja rasa padaku?" tanya Daichi dengan nada rendah.
"Ah? Kenapa kamu tanya begitu? Bukankah hubungan kita hanya sebatas satu bulan dan itu bukan karena dasar cinta?" pekik Liora heran.
"Jawab aku—apakah sedikit saja kamu tidak ada rasa padaku?" sela Daichi dengan ekpresi serius, matanya menatap mata Liora begitu dalam membuat dada Liora terasa sesak.
Aku si berharapnya anak yg di kandung Nayshila itu anak dari lelaki lain kyk di drakor-drakor 😂, biar menyesal itu Yudistira sdh meninggalkan mamanya Liora🤣