⚠️FOLLOW DULU SEBELUM BACA!
⚠️Rawan Typo!
⚠️Mengandung adegan romans✅
⚠️Ringan tapi bikin naik darah✅
Neandra Adsila gadis cantik yang berasal dari desa yang merantau ke Jakarta untuk mengadu nasip di sana dengan bekerja sebagai cleaning service di perusahaan besar.
Entah tejatuh di timpa tangga atau mendapatkan durian runtuh pribahasa yang cocok untuknya saat ia terpaksa harus menikahi CEO muda dan tampan namun begitu angkuh di perusahaannya saat ia sedang membutuhkan banyak uang untuk pengobatan bapaknya di kampung.
"Saya akan membantu kamu asal kamu mau menikah dengan saya"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CrystalCascade, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 26
Keesokan harinya.
"Loh kok belum mandi. Gak ke kantor kekantor?" Tanya Nea kepada Ryszard yang masih setia berbaring disampingnya, padahal biasanya jam segini Ryszard sudah bersiap pergi ke kantor.
"Tidak, kamu kan masih sakit." Jawab Ryszard menatap langit-langit dengan tangan kedua tangan yang menjadi bantalan kepanyanya.
Memang masih terlihat wajah Nea yang pucat. Tapi sudah lebih baik dari kemarin.
"Apa hubungan nya ke kantor sama saya yang sakit? Lagian saya udah baikan kok." Mendengar perkataan Nea, Ryszard menoleh menatap Nea.
"Baikan apanya? Kamu tidak berkaca kalau muka kamu masih pucat."
"Tapi udah lebih baik dari kemarin kok."
"Nanti kalau saya ke kantor siapa yang gendong kamu kalau ke kamar mandi, siapa yang nyuapin kamu, dan siapa yang-" perkataan Ryszard terpotong.
"Stop! Saya cuman demam biasa bapak Ryszard Adyatama yang terhormat. Bukan lumpuh, bahkan sekarang demam saya sudah turun. Coba deh pegang." potong Nea dan mengambil tangan Ryszard dan mengarahkan nya ke kening nya.
Kemarin itu Ryszard sangat lah perhatian kepadanya, dari mulai makan sampai ke kamar mandi pun Nea di gendong, malahan waktu sore saat Nea ingin sekali mandi tapi Ryszard tak membiarkan Nea mandi jika tidak ia yang memandikan nya, alhasil Nea tak mandi dari kemarin. Entah itu bisa disebut perhatian atau lebih ke posesif.
"Ck! tapikan-" belum sempat Ryszard melanjutkan ucapan nya Nea sudah lebih dulu beranjak dari ranjang dan menuju lemari. Disana ia mengambil pakaian untuk Ryszard. Sepertinya memang benar apa katanya jika ia sudah mulai baikan. Buktinya sekarang Nea bisa berjalan tanpa terlihat kesakitan.
"Nih! Saya udah ambilin baju buat mas. Sekarang lebih baik mas mandi dan pakai ini" ucap Nea yang terdengar seperti perintah bahkan agak lebih ke mengomel ala istri-istri ke suaminya gitu.
Ryszard bangun dari tidurnya dan menyadar di ranjang dengan posisi setengah duduk. Ia heran, ternyata gadis kecil yang ada dihadapan nya ini sekarang sudah menjelma sebagai istri yang suka ngomel ke suami. Ups salah, maksudnya wanita, kan udah nggak gadis lagi ya hehehehe...
"Dih! Malah bengong ayo mandi" Nea mendekat kearah Ryszard dan menarik tangan nya agar beranjak dari kasur.
Tapi bukannya Ryszard yang berdiri tapi kini malah Nea yang tersungkur diatas tubuh Ryszard yang setengah duduk. Dan sekarang wajah mereka sangat dekat bahkan mereka berdua dapat merasakan hembusan napas satu sama lain. Perlahan wajah Ryszard mendekat ke wajah Nea, hingga dua benda kenyal itu menyatu.
"Cup"
Cukup lama mereka terdiam. Tidak ada lumatan bahkan gigitan kecil, bibir mereka hanya bersentuhan tak lebih dari itu.
Nea cukup syok hingga membuat matanya terbelalak kaget. Tapi yang tidak bisa dikondisikan disini adalah detak jantung nya. Rasanya seperti habis lari maraton keliling stadion GBK. Nea tak memberontak atau pun menolak, karena nyatanya dia juga menikmatinya. Bahkan mereka sudah melakukan lebih dari itu.
Setelah dirasa cukup, Ryszard menjauhkan kepalanya dari Nea.
"Morning kiss" ujar Ryszard dengan wajah tak bersalah. Sedangkan Nea, setelah insiden yang tak disangankan itu ia jadi linglung sekaligus salting. Jangan ditanya lagi bagaimana sekarang ekspresinya. Tentu saja warna kemerahan sudah menghiasi kedua pipinya.
"E eh. Cepat mandi, nanti keburu kesiangan." ucap Nea salah tingkah.
Sedangkan Ryszard, ia sudah beranjak dari kasur dan melangkah menuju kamar mandi dengan senyum yang tak pudar dari bibirnya.
*******
"Kamu bener udah baikan?" Tanya Ryszard sekali lagi sebelum berangkat.
"Iyaaa, dari tadi udah dibilangin iya-iya masih aja nanya" kesal Nea.
"Kalau ada apa-apa cepet telpon saya."
"Iyaaa. Udah buruan sana berangkat nanti telat lagi." usir Nea.
Ryszard pun melangkah pergi meninggalkan Nea. Tapi baru beberapa langkah Ryszard pergi dari situ, Nea sudah memanggil nya lagi.
"Eh tunggu!"
Mendengar itu, Ryszard berbalik dan menatap Nea yang berjalan cepat ke arahnya. Setelah berada di dekat Ryszard, Nea langsung mengambil tangan kanan Ryszard dan menciumnya.
"Salim." ucap Nea sambil meringis.
Ryszard masih bengong. Sedangkan Nea melihat pemandangan yang kurang pas dihadapan nya, yaitu dasi Ryszard yang miring. Dengan lancang Nea membetulkan dasi itu hingga terpasang sempurna.
"Nah gini baru ganteng" ucap Nea tanpa disadari.
"Apa?"
Nea menyadari kebodohan nya sendiri. Bagaimana bisa mulutnya mengatakan hal itu, ini sangat memalukan. Ingin rasanya Nea pergi dan bersembunyi dibalik ketiak gajah.
"E enggak. Saya cuman mau bilang kalau ini udah siang, lebih baik pak- eh mas berangkat kekantor".
Nea kadang-kadang masih salah memanggil Ryszard. Mau gimana lagi, ia sudah terbiasa memanggil 'pak.
"Tidak kamu tadi bukan mengatakan itu".
"Udah buruan. Itu liat udah jam berapa? Kalau telat nanti dihukum loh" Nea mengatakan itu seperti bicara pada anak sd saja yang akan dihukum jika terlambat.
"Kamu lupa siapa pemilik perusahaan?" Tanya Ryszard mengingatkan kedudukan nya.
"Oh iya lupa" Nea menepuk jidat nya sendiri. "Mas kan pemilik sekaligus bosnya, tapi ya tetep tepat waktu dong nanti apa kata karyawan mas".
"Memangnya siapa yang berani mengatai saya?".
Berdebat dengan Ryszard memang takkan ada habisnya. Selalu saja bisa menjawab semua yang Nea katakan.
"Hm iyo wes sakarep mu!" Kesal Nea.
(Hm iya udah terserah kamu)
Sedangkan Ryszard ia bingung dan tidak mengerti apa yang diucapkan Nea.
"Kamu bila apa?"
"Astaga! Udah ya sampek disini aja ya... mas kalau saya jelaskan juga nggak akan paham. Sekarang lebih baik Mas berangkat kekantor ya." ucap Nea berkata dengan halus menahan amarahnya yang sudah diubun-ubun.
"Ya sudah saya berangkat. Ingat kalau ada apa-apa hubungi saya."
Ryszard pun berangkat menuju kantor dengan menaiki mobil sendiri tanpa di dampingi Emrik ataupun sopir.
*******
Sepeninggalan Ryszard, Nea mandi dan berganti baju. Ia masih bingung akan melakukan apa hari ini. Kuliah jelas tidak bisa karena Ryszard melarang nya untuk pergi dengan dalil ia masih sakit. Benar-benar menyebalkan memang.
Nea bosan dikamar terus menerus. Jadi ia memutuskan untuk turun dan memilih menghabiskan waktu di taman belang.
Ia duduk di kursi taman yang ada di sana. Sesekali menajamkan mata dan menghirup udara segar yang tercampur dengan semerbak harum bunga mawar putih disana.
Tapi tiba-tiba konsentrasinya terbuyarkan saat mendengar langkah yang berlarian dan desas desus panik dari pembantu, tukang kebun, hingga satpam yang ada disana.
Nea yang penasaran pun beranjak dan menuju masuk ke mansion untuk mengetahui apa yang terjadi. Saat ia masuk ke mansion ia melihat bi Lastri yang sedang berlari tergopoh-gopo.
"Ada apa bi?" Tanya Nea menghentikan bi Lastri.
"Em itu non".