Warga desa yang berasal didaerah pulau kecil yang terletak dibagian wilayah Timur mendadak dihebohkan dengan penemuan mayat dengan tubuh yang tinggal tulang belulang saja, karena bagian daging dan organ tubuhnya habis tidak tersisa.
Awalnya warga mengira jika korban dimakan hewan buas. Namun hal itu terbantahkan setelah beberapa warga menghilang dan ditemukan dalam kondisi yang sama dengan menyisakan tulang belulang saja.
Tak hanya itu, teror semakin merebak, dimana pelaku sudah menyerang mereka saat berada didalam rumah.
Siapakah sang peneror? Dan warga menyebutnya 'Hantu Suanggi, sebab berasal dari daerah pulau tempat dimana mereka tinggal berdekatan.
Apakah warga dapat menemukan sang peneror?
Ikuti kisah selanjutnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fentje
Wajah pria dengan luka dikakinya terlihat sangat merah padam. Ia sedang menahan rasa sakit yang sangat luar biasa, dan juga rasa panas yang menjalar dengan cepat dari kaki kanannya hingga keseluruh tubuh.
Sementara itu, Tommy, Gaba' Rama dan juga warga lainnya, datang untuk melihatnya.
Suasana rumah terlihat sangat mengerikan. Dimana lantai rumah yang terbuat dari bilah bambu dipenuhi bercak darah dengan aroma anyir bercampur amis.
Sedangkan Fentje tergeletak dengan raungan yang terdengar sangat menyakitkan. "Aaaaaarrrgh," pekiknya lagi menahan sakit.
Ma-Lek memasuki rumah rekan kerjanya. Ia dikejutkan oleh penampakan yang sangat mengerikan, dimana kaki pria itu terbelah dibagian betis depannya, dan memperlihatkan tulangnya yang putih.
" Fentje, apa sudah terjadi--kah?" ia berlari menghampiri sang sahabat, yang mana saat ini dalam pesakitan.
Suara derit langkahnya terdengar nyaring saat menginjak lantai rumah tersebut.
Cicak Bermata merah menjulurkan lidahnya, lalu meniupkan sesuatu kearah kaki Fentje, lalu benda itu masuk ke dalam betus bagian bawahnya.
Saat mendengar suara Gaba' Rama dan Tommy sudah didepan pintu, ia melesat pergi dengan cepat, menembus kegelapan malam.
Gaba' Rama yang bernama Petrus dan bermarga Lehalima itu berjalan dengan tergesa-gesa.
Ia dan Tommy, serta warga lainnya ikut masuk ke dalam rumah dan menghampiri Fentje yang sudah sangat tak berdaya.
Tommy kembali dikejutkan oleh penampakan tersebut. Baginya yang berkecimpung didunia medis, tentu saja hal ini membuatnya sangat bingung, saat dihadapkan oleh berbagai penyakit dan kengerian yang tak masuk akal.
Buuuuuuur
Saat mereka hampir dekat, betis bagian bawah yang digunakan untuk menendang tempurung kelapa itu kembali mereka dengan luka yang cukup parah, dan menyemburkan darah yang disertai oleh serpihan bambu yang diiris sangat tipis.
"Oh, Tuhan," pekik warga yang ada dilokasi tersebut.
Gaba' Rama tersentak kaget. Ia merasakan deguban jantungnya memburu, dan melihat jika hal ini dilakukan oleh seseorang yang berasal dari suku Mandar.
"Wanita itu berasa dari Mandar. Dan ini sangat sulit..," Gaba' Rama merasa jika si gadis semakin menjadi dengan perbuatannya.
Ia menghampiri Fentje yang sudah sangat lemah. Ia berusaha sebisanya, dan memberikan pertolongan semampunya.
Sedangkan Tommy yang berdiri menatap lurus pada Fentje, merasa jika semua obat-obatannya tak berguna dalam situasi seperti ini.
Obat medis yang ia bawa seolah tak ada artinya, dan ia hanya berdiri terpaku, dengan semua kejanggalan yang ia lihat didepan matanya.
Gaba' Rama mencoba membaca mantra. Tangannya mulai meracik ramuan untuk menyembuhkan kaki Fentje.
Namun, darah kembali menyembur, dan salah satu serpihan batang bambu menjalar naik kebagian pangkal pahanya, dan naik ke jantung, hingga menembusnya.
"Eerrrrrrrgh .." pria itu membeliakkan kedua matanya, dan darah mengalir dari hidung serta mulutnya. Ia tak lagi bergerak.
"Sontak saja hal itu membuat sang istri terkejut. Ia duduk dan meletakkan kepala Fentje dipangkuannya. "Bu, bangunlah! Kenapa tidak dengar beta," ia menepuk pipi sang suami, berharap hanya pingsan belaka.
Gaba' Rama terdiam beku. Ia menatap Fentje dengan rasa penyesalan yang cukup besar, karena tidak dapat menyelamatkan pria itu.
Suara raungan sang istri terdengar pilu. Kini mereka harus kembali kehilangan tetangga mereka.
"Kita harus mencari gadis itu, dan kita bakar saja dia!" Ma-Lek sudah terbakar emosi. Ia tak bisa lagi menahan rasa sakit hatinya, melihat warga yang mati satu dan persatu dengan cara yang sangat tragis, bahkan ia hampir menjadi korbannya.
"Iya. Kita cari dia sampai dapat. Jika ketemu, maka tangkap dan jangan beri ampun," sahut yang lainnya.
"Tenanglah. Kita urus pemakaman Fentje sesuai agamanya. Setelah itu kita cari solusinya untuk menangkap gadis itu." Gaba' Rama mencoba menenangkan situasi yang pelik.
Warga menganggukkan kepalanya. Mereka akan berjaga dirumah Fentje malam ini. Esok pagi baru akan dimakamkan, sebab mereka tak ingin mengambil resiko yang lebih dalam, dengan pergi menggali kubur ditengah hutan.
Sedangkan istri Fentje saat ini tampak sangat bersedih hati. Ia meratapi kepergian suaminya yang mati secara tragis.
Setelah membersihkan jasad Fentje, para pemudanya bergadang, dan mereka dibekali batu coral pada saku celananya, dan akan berjaga untuk memastikan jasad pria itu tidak disantap oleh Suanggi.
Saat bersamaan, dua orang puteri Gaba' Rama merengek mengantuk dan ingin tidur. Ia terpaksa pulang dan membawa keduanya untuk tidur.
Ia meminta para penjaga jasad Fentje untuk waspada terhadap apapun yang merasa dicurigai. Jika menemukan hal yang mencurigai, maka diharapkan untuk melapor kepadanya.
Sepeninggalan Gaba' Rama. Para pemuda terlihat berada disamping jasad Fentje, dan saling bercengkrama untuk menghilangkan rasa kantuk mereka.
Semua tampak biasa saja. Namun, ketika memasuki waktu pukul dua belas malam, mereka seolah diserang rasa kantuk yang sangat luar biasa.
Sekuat apapun mereka menahannya, tetapi kantuk itu terus saja datang, dan membuat mata mereka seolah terkena lem.
Disaat bersamaan, seekor kalajengking masuk ke dalam rumah melalui celah celah lantai yang berlubang.
Perlahan menyelinap kejasad Fentje, tanpa diketahui oleh siapapun. Perlahan Kalajengking itu masuk melalui luka dibetis yang cukup parah, dan mulai menjalar keorgan tubuhnya, lalu mulai menggerogotinya.
Gaba' Rama tersentak kaget. Ia merasakan jika sesuatu telah terjadi dirumah Fentje. Ia membuka matanya, lalu melirik ke arah dua puterinya yang sudah tertidur lelap.
Ia mengambil jeruk purut, lalu meletakkan benda itu diatas tempat tidur, dan juga pakaian puterinya, sembari membacakan mantra untuk melindungi mereka.
Pria itu melangkah keluar. Ia mengunci pintu dan berjalan menuju ke rumah Fentje yang berjarak tak jauh dari rumahnya.
Sssssstss
Ia melihat kelebatan bayangan yang melesat dikegelapan malam.
Deeeeegh
Hatinya diliputi rasa ketakutan yang cukup besar. Ia mempercepat langkahnya. Lalu memsuki rumah Fentje yang terlihat lengang.
Ia tersentak kaget, saat menyaksikan jasad Fentje yang sudah tak bersisa. Hal yang paling mencengangkannya, para pemuda yang berjumlah lima orang sedang tidur terlelap.
Mereka semua sedang disirap, hingga tidak menyadari peristiwa mengerikan itu.
~Gaba' Rama adalah pemangku adat didesa tersebut. Kalau kita biasa menyebutnya Datu, kiayi, ustad, Datuk, syekh dsb...
Sedangkan untuk Lennusa dan Lehalima adalah marga disuku Pulau Buru.
Foto Pulau Suanggi di Maluku Barat Daya, Maluku. Pulau ini dikenal sebagai tempat berkumpulnya para Suanggi yang menganut ilmu hitam.
Foto sebelah kiri Pulau Suanggi bagian Barat-Maluku dikepulaun Manipa. Sedangkan foto yang sebelah kanan adalah pulau yang dianggap mistis ,
Wilayah kepercayaan tentang Suanggi menyebar Ke Papua, Maluku, dan NTT, tapi Author memfokuskannya ke Pulau Buru, karena pulau ini yang lebih dekat dengan Pulau Suanggi yang dipercaya sebagai tempat tak berpenghuni atau tidak ada manusia disana, dan menjadi rumah bagi para iblis.
.
mkne jgn mudh di hasut lahh kann mbalek kann
itulah yg terjadi pada si ibu nya milea
tp klo di lihat dr ilmu hitam nya ngeri juga e awk baca nya masa iya makan dan minum darah hiii smoe licit tuh tulang kekk kucing makan tulang aja. 🫣🫣🫣