Di Ujung Borneo

Setelah bima selesai menyelidiki jihan .dia kembali ke ruko tadi menggunakan jalan alternatif tentu nya. Menukar kembali mobil nya dengan yang selama ini dia gunakan bersama Gladys , dan tidak lupa membeli minuman kaleng. Seperti yang dia bilang tadi sewaktu pamit. Setelah suami nya kembali dengan minuman itu, Gladys juga tak bertanya apa-apa lagi. Memang suami nya sangat suka dengan minuman kaleng itu. Jadi dia mau bilang apa juga.

Selain itu, jihan yang masih melanjutkan perjalanan nya itu dengan tidak berhenti merutuki kebodohan nya untuk turun dari taksi tadi. Tapi jika tidak turun, dia akan membayar makin banyak walau taksi yang dia tumpangi itu tidak berjalan. pasalnya argo taksi itu pasti akan tetap jalan. Dan nominal yang harus dia bayar pasti nya akan semakin mahal.

Sudah lah, om- oman nya itu sekarang dipenjara. Ditambah lagi beredar kabar di club malam bahwa dia yang melaporkan om itu sehingga ditahan. Padahal dalam hal ini sebenarnya dia lah yang jadi korban. Hampir dijual gak tuh. Tapi tidak ada yang percaya dengan cerita nya. Di sangka nya memang dia hanya halu, dan suka cari perhatian.

Jadilah dia semakin dijauhi om om yang lain. Hingga penghasilan nya pun semakin menipis, bahkan bisa dikatakan tidak ada. tabungannya juga tidak seberapa sebab gaya hidupnya yang cukup hedon. Susah mengatur keuangan nya sendiri.

Sampai titik ini dia benar-benar semakin benci dengan Gladys , pasalnya dia merasa sejak mengenal wanita itu hidupnya yang damai selama ini malah buyar dan hampir hancur. Pokoknya dia tidak terima jika Gladys hidup bahagia dengan rumah mewah dengan fasilitas mobil dan supir pribadi yang sepertinya memang wanita itu bukan lah wanita biasa.

Ditambah bima pujaan hati nya, malah lebih memilih mengkhawatirkan Gladys di Banding diri nya yang jelas-jelas terlihat tidak baik-baik saja. Tapi tidak juga di perduli kan.

"lihat saja kamu Gladys , aku akan hancurkan hidup mu. Sampai bima pun takkan sudi menyebut nama mu lagi."

Beep. Beep.!!!

Suara klakson dari sebuah mobil jeep cukup mengejutkan jihan yang berjalan dengan melamunkan banyak hal. Dari mobil itu turun seseorang dengan perawakan badan tinggi dan tubuh yang tidak terlalu berisi. Namun tetap proporsional, dengan gaya rambut yang di potong undercut tapi bagian depan nya sedikit lebih panjang di sisir rapi kebelakang. Lengkap dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancung nya. apa gak menganga itu jihan di samperin seorang laki-laki spek mafia begitu.

"mau kemana ? Sendirian aja ?" ucap si lelaki itu sambil menatap jihan dari bawah keatas. Memperhatikan setiap inci tubuh nya.

"apa kamu lihat aku sama seseorang." jawab jihan jutek.

"yah udah, naik. Aku anterin pulang." ujar si lelaki.

Jihan terdiam sambil memperhatikan si lelaki, bukan wajah nya yang di perhatikan, namun lebih ke barang-barang yang dia kenakan. Seperti baju, celana, sepatu, bahkan jam tangan. Yang jika di lihat-lihat semua itu barang mahal. Jihan sangat mudah membedakan mana orang berduit, mana orang yang hanya punya duit. Dan ini pasti lah incaran nya.

walau terlihat ogah-ogahan, namun Jihan tidak menolak ajakan laki-laki asing tadi saat lelaki itu membuka pintu mobil untuk nya.

"kamu tinggal di mana ? Kok aku baru liat kamu di daerah sini ,? " tanya laki-laki tadi. Setelah keduanya didalam mobil.

"emang gak tinggal disini " jawab nya masih dengan nada ketus. Namun sepertinya ini memang cara jitu jihan meluluhkan hati targetnya.

"owh, pantesan gak pernah lihat. Oh yah, nama ku cakra. Kalau kamu nama nya siapa?"

"jihan."

"cantik, kayak orang nya. Jadi kamu tinggal dimana ? Biar ku antar pulang."

"gak mau pulang. Terserah deh, bawa ke mana kek gitu. Capek." oceh nya masih jutek.

"kamu kenapa sih,? kayak lagi males banget. Cerita lah kalau memang lagi butuh temen cerita."

"emang kita sedekat itu untuk bisa saling cerita, ketemu dan kenal aja baru beberapa detik lalu."

"yah siapa tau setelah ini kita bisa jadi deket. Trus temenan kan ?"

" gak. Trauma banget sama temen-temenan tuh. Mana ada orang yang benar-benar temen."

"kayak nya lagi ngadepin masalah yang berat banget nih, yah udah aku bawa ketempat teman ku. Disana tuh paling enak nenangin diri. Apalagi kalau kayak kamu gini, dia cewek juga. Siapa tau kalau ketemu dia kamu bisa cerita kedia. "

", terserah deh.!!!" jawab jihan masih ketus. Namun cakra terlihat tersenyum senang dengan itu. Dia pun menambah kecepatan laju mobil nya.

Tak butuh waktu lama, mobil yang dikendarai jihan dan cakra masuk kesebuah halaman bangunan yang tertulis di plang depan 'Karaoke Ria'. Disamping nya juga ada 'penginapan ria'

Area itu berhadapan dengan laut yang saat turun dari mobil jihan sempat terkesima dengan pemandangan nya. Setelah cukup lama tinggal didaerah yang tak begitu jauh dari situ kenapa dia baru tahu kalau disini ada tempat keren dengan pemandangan indah kayak gini. Nenangin banget.

"hemmmmh.... Ketahuan banget bukan anak sini. Barusan datang kesini yah ?" tanya cakra. Jihan mengangguk lalu berjalan melewati jalan kecil yang hanya disemen lalu menginjakkan kaki nya di pasir yang lembut.

Cakra masih mengekor dibelakang nya, dia meraih heels yang sejak tadi di pegang jihan. Namun jihan seperti tak perduli. Dia sangat menikmati berjalan di pasir sambil beberapa kali menendang pelan pasir nya. Rambutnya yang terurai itu semakin menambah kesan cantik diri nya saat angin juga ikut menyibakkan nya.

Setelah puas berjalan-jalan, Jihan duduk disebuah batang besar yang memang kaki nya masih sesekali di sapa air laut yang terhempas gelombang. Sebab waktu sudah sore, jadi matahari juga tidak terlalu terik.

"emang kamu tingal didaerah mana sih ? apa gak ada pantai disana ?"

"ada. Tapi gak cantik begini."

Kruyuk, kruyuk,!!!

Walau lirih, tapi suara yang keluar dari perut jihan itu sukses membuat nya cukup malu. Cakra tertawa pelan di buatnya, apalagi melihat ekspresi wajah jihan juga sangat lucu kelihatan nya

" yuk makan, disana ada tempat makan enak." ajak cakra, jihan yah ayo aja. Gak mungkin nolak dong.

Mereka pun makan bersama sebelum akhirnya, memilih beristirahat di sebuah penginapan yang tadi. Sepertinya cakra memang benar kenal dengan pemilik penginapan itu, terlihat cakra juga memperkenalkan jihan dengan wanita paruh baya, yang di panggil Cakra dengan sebutan mak e. Setelah memesan kamar, cakra mengantar nya masuk dan pamit. Tapi dia gak pulang, kata nya akan memesan kamar lain. Jadi jika butuh apa-apa dia akan mudah menemukan cakra. Tak lupa juga cakra memberikan kartu nama nya. Yang sudah pasti disana ada nomor handphone dan nama akun beberapa media sosialnya.

setelah masuk ke dalam kamar, jihan buru-buru mencari tahu siapa sebenarnya cakra ini. Dan fakta yang dia temukan benar-benar diluar prediksi, seperti nya memang inilah balasan instan dari semua hal buruk yang menimpa nya akhir-akhir ini.

Cakra adalah anak dari seorang CEO perusahaan disana. Anak satu-satunya pewaris tunggal yang kaya raya, apa gak heboh sendiri jihan menyaksikan kenyataan indah itu. Bahkan dia sudah sampai menghayal kan menjadi nyonya CEO.