KETOS ALAY yang sedang mengincar murid baru disekolahnya, namu sitaf pria itu sangat dingin dan cuek, namun apakah dengan kealayannya dia bisa mendapatkan cinta Pria itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayinos SIANIPAR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAKRES DIPERCEPAT?
“Lo kenapa nangis?” Tanya Farel sembari melap air mata milik gadis mungil itu.
“Gue gak nangis kok, gue gak papa, dan soal kemarin gue minta maaf, oke, sekarang lo bisa lepasin gue” ucap Nifa pada Farel sembari menepis tangan Farel dari pipinya dan melap air matanya sendiri dengan gusar.
Untung aja mereka sudah ditempat yang sepi, jadi tidak ada yang melihat adegan ini.
“Lo bilang lo gak nangis?, jadi ini apa?” Ujar Farel menatap Hanifa.
“Gue gak papa” Hanifa tetap berusaha denial.
“Lo kenapa sih akhir akhir ini?, lo berubah tau” Ujar Farel to the poin
“Gue gak ada berubah kok Rel, lo aja yang berubah, lo aja yang tiba tiba perhatian sama orang” ucap Nifa dengan lantang.
“Iya gue berubah semenjak gue suka sama lo, semenjak rasa dihati gue tiba tiba dicuri lo Nif” batin Farel dalam hatinya. Pria itu menatap Hanifa bingung mau bilang apa.
“Tolong biarin aku sendiri Rel” Ujar Hanifa mendorong badan kekar milik pria yang dia kejar-kejar itu.
“Gue mau nemani lo aja saat ini” Ujar Farel menolak. Bahkan tubuh Hanifa tidak bisa mendorong badan kekar Farel.
“Gue mau ke kantin sekarang, mendingan lo pergi deh, sebelum ada orang yang melihat kita berdua” Ujar Hanifa pasrah mendorong badan pria itu. Tetap aja nihil hasilnya. Dia sangat kuat.
“Emangnya kenapa kalau ada yang lihat kita berdua?” Tanya Farel mengerutkan alisnya.
“Yah pastinya lo malu Karena nama lo itu bakalan tercemar atas berita berita kedekatan kita” Ujar Hanifa kesal.
“Lo apaan sih Nif, gue gak perlu malu kali” Ujar Farel kesal melihat sikap Hanifa.
“Lo bilang gak perlu malu?, udah lah Rel, gak usah bersandiwara, bukan nya dulu lo ngomong kayak gitu? tapi kenapa sekarang lo jadi gini?” Ujar Hanifa yang kesal melihat sifat Farel yang susah dibilangin.
“Nif, gue tau lo kenapa kayak gini, lo marah gara-gara gue bilang tadi kita cuman tidur sebagai teman yah?” Ujar Farel mulai berpikir keras. Yang dipikiran Farel hanyalah, kenapa gadis ini berubah sekali.
“Nggak kok, emag kita cuman sebagai teman kan?” Jawab Hanifa ketus.
“Nif, lo berubah, dan kenapa lo semalam ninggalin gue dikamar? Lo belum jawa” Ujar Farel kesal menatap gadis itu.
“Gue gak papa Rel!” Ujar hanifa yang masih berbohong
“Gue tau lo itu bohong”
“Udah dulu yah Rel, gue mau nanya tentang rapat osis, rapat makres”
“Makres dipercepat, kayaknya pun makres hari ini atau besok” Ujar Farel menjawab. Tahu darimana pria ini? menyebalkan.
“Maksud lo?”
“Nanti ada pengumuman kok, dan setau gue makres diadakan di hotel milik bokap gue, gak di sekolah” Ujar Farel menjelaskan ke gadis itu. Hanifa memutar bola matanya dengan malas, jadi pria ini tahu dari bokapnya? Tapi kenapa tanpa seizin ketua osis?
“Ohhh, lo tau dari mana?” Tanya Hanifa memastikan darimana info yang dia dapat.
“Udah dengar aja pengumumannya nanti, lo itu hanya sama gue aja disiang hari ini, kita disini aja, gak usah masuk kelas” Ujar Farel tersenyum ke Hanifa.
“Maksud lo bolos?” Ujar Hanifa kesal.
“Ya Begitulah, satu hari aja kok” Ujar Farel ke Hanifa
“Lo apa apaan sih Rel, gue gak bisa gue harus pergi” Ujar Hanifa kesal, tentu mana mau gadis itu menyia-nyiakan waktunya.
“Yaudah hapus dulu air matanya, dari tadi pipi lo basah” Farel pun melap lembut air mata Hanifa yang ada di pipi gadis mungil itu, namun tangannya ditepis oleh Nifa.
“Makasih Rel, gue pergi dulu yah” ucap Nifa bergegas pergi.
Sebenarnya Nifa ingin sekali berlama lamaan dengan Farel, tapi dia takut tiba tiba dia mimisan. Farel yang ditinggalkan merasa kesal, dia sudah enggan mengejar-ngejar hanifa. Yaelah rel baru gitu aja, lo dah nyerah. Dasar bad boy.
…………
“Nifa dimana yah, apa dia lagi dikamar mandi” gumam Sarah yang takut dengan keadaan Nifa. Sarah yang hendak mencari Nifa pun keluar kelas, namun baru saja gadis itu melangkah di depan kelas, dia langsung menemukan Hanifa. Hanifa yang tadinya ingin menuju kantin malah balik ke kelas lagi untuk mengajak Sarah.
Nifa pun masuk ke kelas, dan Nifa pun langsung duduk mengambil posisi tidur dengan tenang. Sarah yang memperhatikannya langsung menanyakan apa yang terjadi pada sahabatnya.
“Nifa, kepala lo sakit lagi yah?” tanya Sarah dengan sangat pelan-pelan.
“Hmm”
“Soal tawaran nyokap gue gimana?”
“Gue besok sore berangkat langsung sama nyokap lo”
“Lo serius?”
“Gue dah mikir panjang Sar”
“Semangat yah gue dukung, soal makres lo ikhlasin aja yah, mungkin lo memang ingin banget ikut tapi kesehatan lo lebih penting” Ujar Sarah lembut sembari memegang tangan Hanifa seakan-akan gadis itu sedang memberi energi yang positif untuk sahabatnya.
“Iya, mungkin kalau lama lagi dibuat gue akan pergi dan gak berharap sama acara itu lagi” ucap Nifa pada Sarah.
“Gue dah anggap lo itu saudara gue” Ujar Sarah sembari mengeratkan tangannya menempel ke tangan Hanifa.
“Makasih Sar, gue berharap kita bisa berjumpa dengan senyuman yang indah”
“Nifa, lo ngomong apaan sih?, gue yakin kok kalau lo itu bisa”
“Amin, semoga saja terjadi” Ujar Hanifa berharap. Gadis itu berharap penuh, karena sakitnya juga belum separah itu, namun tadi pagi dia tersadar bahwa rambutnya sudah mulai rontok. Hanifa enggan mengajak Sarah untuk ke kantin, dia merasa kepalanya sangat pusing jadi dia memilih untuk istirahat di kelas
……………..
Bel pulang sudah berbunyi, yang biasanya siswa dan siswi langsung pulang, kini berbeda dengan hari ini, mereka semua yang disuruh baris di lapangan.
“Tumben banget sih kita baris kayak gini, biasanya juga langsung pulang” ucap Sarah menggerutu, sedangkan Hanifa sibuk dengan pikirannya. Dia bingung, apakah dia bisa ikut baris atau tidak, dia takut pingsan dan merusak suasana.
“Gue juga gak tau Nif, kenapa tiba tiba kayak gini, mungkin ada pengumuman” Ujar Nifa menanggapi sahabatnya. Walaupun dibenaknya sedang berisik, namun dia tetap meladeni ucapan Sarah. Nifa juga ingat dengan ucapan Farel, tapi dia gak terlalu yakin dan gak mau langsung menyatakan hal itu, dia takut nantinya Sarah kecewa karena informasi yang disampaikannya salah.
“Hai” sapa Farel tiba tiba muncul dan membuat Nifa dan Sarah terkejut.
“Eh Farel?, lo ngapain disini?, kelas lo sama kelas gue barisannya kan jauh?” ucap Nifa terkejut melihat kehadiran pria itu.
“Nggak gue cuman mau lihat lo aja kok, soalnya lo lemas banget” ucap Farel dengan wajahnya yang datar, lalu nyelip nyelip ke barisan orang untuk lewat ke barisannya semula, yaitu barisan di kelasnya. Hati Nifa terasa berdebar debar. Namun seketika hatinya kembali hancur saat dia melihat Farel yang menatap Silvi. Kenapa harus Silvi?, Silvi?, Silvi sih dihatinya. Sadar dong Rel, kalau Nifa itu sayang sama lo.
“Hmmm, baru hatinya berdebar dah hancur lagi dibuat tuh nak, kenapa sih harus dia aja yang buat hati lo itu hancur Nifa?, gue bingung banget deh sama kehidupan lo” dumel Sarah ke Nifa, yang dah bosan dengan semuanya, rasanya ia kesal dengan semuanya. Tapi tidak secepat itu membuat hati orang itu berubah.
“Iya anak anak, mungkin kalian pasti bertanya tanya sama hari ini, kenapa tiba tiba baris seperti ini kan?, disini bapa ingin menyampaikan tentang dateline nya makres kita” ucap pak Beni selaku kepala sekolah di SMA itu.
“Jadi kami telah menyepakati semuanya, kalau makres akan diadakan besok malam, di hotel HODINDO milik papanya Farel, tepat pukul tujuh malam” ucap pak Beni menjelaskan. Nifa dan Sarah langsung tersenyum senyum senang, sungguh dia tak menyangka, bahwa ia akan mengadakan Makres di sekolahnya. Bahkan Alam pun menyetujui Hanifa untuk hadir. Sungguh luar biasa.
Namun Sarah dan Hanifa juga bingung kenapa tanpa seizin osis? Padahalkan osis sendiri belum menentukan tanggal, hanya memikirkan dilakukan saat bulan Januari dan mereka hanya mengajukan acara dan pelaku acara makres ke pihak sekolah beberapa hari lalu.
“Apa ada pertanyaan?” Tanya kepala sekolah itu kepada siswa dan siswi yang ada disitu.
“Pak, kenapa tiba tiba sekali pak saja yang di kumpulkan pak?”
“Karena itu keputusan oleh seseorang yang berharga sekolah kita, dan setelah dilihat juga persiapan osis sudah matang bapa rasa”
“Masih ada pertanyaan?” Ujar Bapak tersebut memastikan muridnya tidak ada yang dibingungkan lagi.
“Siap tidak” ucap semua siswa\i tersebut dengan serentak.
“Yasudah semuanya kalau gitu mari kits akhiri kegiatan kita dengan berdoa” Dengan senang hati Nifa pun mengucapkan syukur kepada Tuhannya atas apa yang telah di berikannya padanya, ini sungguh sangat menyenangkan baginya.
……………