Aruna terjebak ONS dengan seorang CEO bernama Julian. mereka tidak saling mengenal, tapi memiliki rasa nyaman yang tidak bisa di jelaskan. setelah lima tahun mereka secara tidak sengaja dipertemukan kembali oleh takdir. ternyata wanita itu sudah memiliki anak. Namun pria itu justru penasaran dan mengira anak tersebut adalah anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fatzra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Julian agak terkejut mendengarnya. "Menikah besok? kalau dia mau, aku sudah menikah dari kemarin, Pa," ucapnya dengan nada lesu.
Hans mengerutkan keningnya. "Seharusnya dia tidak menolak putra Papa yang tampan ini kan?"
Julian menggelengkan kepalanya. "Dia tidak menolak Pa. Hanya saja dia meminta waktu 1 tahun untuk menghilangkan traumanya," jelasnya.
Hans terdiam, ia berpikir ternyata Aruna sudah menderita sejak lama dan karena kesalahan putranya wanita itu lebih menderita lagi selama bertahun-tahun. Entah kenapa ia semakin merasa bersalah kepadanya.
Julian berpamitan hendak pergi ke rumah Aruna. Namun, Hans menghentikannya. ia menitipkan sesuatu kepada putranya itu, katanya hadiah untuk cucunya. Julian menerimanya, lalu membawa ke rumah Aruna.
kebetulan sekali Raven ada di luar rumah Julian menghampirinya. "Anak ayah kenapa ada di luar?" tanyanya, lalu mengusap lembut pucuk kepala anak itu.
Wajah Raven terlihat murung, tidak seperti biasanya menyambut kedatangan ayahnya dengan gembira. Ada apa dengannya hari ini, mungkinkah sesuatu terjadi kepadanya?
Julian mendekati Raven, lalu duduk di sebelahnya. "Mama memarahimu hari ini?" tanyanya.
Raven menggelengkan kepalanya, lalu menatap Julian. "Ayah, kenapa Mama tidak melahirkan adik bayi untuk aku?"
Julian tertegun sejenak kenapa tiba-tiba Raven berbicara seperti itu. "Adik bayi?" tanyanya canggung.
"Aku bosan setiap hari bermain sendiri. Mainanku begitu banyak tapi aku tidak punya teman untuk memainkannya, jadi aku berpikir kalau aku punya seorang adik aku setiap hari akan bermain dengannya. Pasti menyenangkan," ujar anak itu dengan nada memelas.
Julian tersenyum, lalu memeluk Raven. "Kan masih bisa bermain sama ayah dan mama. Mungkin suatu hari nanti kamu akan memiliki adik yang bisa kau ajak bermain kapanpun. "
Raven menyandarkan tubuhnya ke belakang. "Ayah selalu sibuk bekerja, bermain dengan mama itu tidak seru. Coba Ayah lihat rumah yang di sebelah sana. Aku selalu melihat temanku itu selalu bermain dengan adiknya. Mereka tampak seru memainkan mainan mereka bersama,"
Julian tersenyum, lalu menggenggam tangan Raven. "Baiklah kalau begitu Kau harus membujuk mama agar mau menikah dengan Ayah dan kau akan punya adik bayi," ucapnya seraya menatap anak itu.
Mata Raven berbinar mendengarnya. "Benarkah kalau mama dan ayah menikah Mama akan melahirkan adik bayi?" tanyanya bersemangat. Ia sangat senang jika hal itu akan terjadi.
Julian hampir tertawa. Namun, ia menahannya, lalu menganggukkan kepalanya. ternyata permasalahan Raven hari ini adalah ingin memiliki adik untuk diajak bermain bersama bukan sedih karena dimarahi.
ada bagusnya anak itu menginginkan seorang adik siapa tahu dengan begitu Aruna mau segera menikah dengan Julian. pria itu akan sangat senang jika Aruna benar-benar mau.
Julian masuk ke dalam rumah namun ia tidak mendapati Aruna di sana titik Ia hanya melihat seorang wanita paruh baya yang dipekerjakan untuk membersihkan rumah ia berjalan ke arah kamar benar saja Aruna ada di sana.
"kan sedang apa? "tanya Julian melihat Aruna duduk termenung di tepi ranjang.
Aruna menggelengkan kepalanya. "Aku bingung harus melakukan apa semua pekerjaan rumah sudah dikerjakan oleh orang yang kau kirim untuk membantuku."
Julian terkekeh "kenapa harus bingung?"
Aruna menghembuskan napas panjang. "Aku merasa sangat bosan. "
Julian menggenggam tangan taruna lalu menatapnya dengan lekat. "Kau tidak bermain dengan Raven?"
"Entahlah dia bilang tidak ingin bermain denganku tidak tahu kenapa dia langsung pergi keluar," ucapnya dengan nada lesu.
Julian mengusap pipi Aruna wanita itu menoleh ke arahnya. "Apa kau tahu kalau Raven menginginkan seorang adik?"
Aruna membelalakkan matanya kenapa tiba-tiba sekali anak itu menginginkan seorang adik. Bahkan selama ini ia selalu asyik bermain sendirian. "Mana mungkin dia menginginkan seorang adik dia selalu asyik bermain sendiri."
Julian terkekeh, mungkin benar selama ini Raven masih bermain sendiri namun sekarang ia sudah semakin besar dan pastinya sudah merasa kesepian. "Kau tidak percaya tanyakan saja pada Raven."
Tiba-tiba dengan wajah memelas Raven masuk ke dalam kamar, lalu bergelayut manja dengan ibunya. "Mama, kapan Raven punya adik?"
Mendadak Aruna menjadi canggung. bagaimana ia harus menjelaskan kepada anak itu. Sementara ia masih belum siap jika harus menikah dan mempunyai anak lagi. Entah karena traumanya atau karena kekhawatirannya sendiri.
Raven memainkan kedua jari telunjuknya. "Kata ayah kalau kalian menikah, mama mempunyai adik bayi dan aku bisa bermain-main dengannya," ucapnya dengan ragu-ragu.
Dengan cepat Aruna menoleh ke arah Julian lalu melotot ke arah pria itu. Wanita itu tidak habis pikir bisa-bisa ia mengatakan itu kepada anak kecil. Bagaimana kalau Raven merengek meminta mereka untuk menikah?
"Raven, Mama ingin bicara dengan ayah kamu bisa main di luar dulu sebentar?" tanyanya.
Raven hanya mengangguk dengan wajah lesu ia berjalan meninggalkan kamar, lalu bermain dengan Vincent yang sedang duduk di luar rumah. Mereka menjadi lebih akrab sejak acara piknik beberapa waktu yang lalu.
Aruna mencubit lengan tangan Julian dengan keras membuat pria itu meringis kesakitan namun ia membiarkan wanita itu terus melakukannya. Setelah puas yang melepaskannya.
"Kenapa berhenti?" tanya Julian dengan nada menggoda.
"Kenapa kau bilang begitu ke Revan, bagaimana kalau dia terus merengek meminta kita untuk segera menikah?" tanya Aruna kesal.
Julian mengerutkan alisnya. "kenapa kau mencemaskan itu apakah kau tidak ingin menikah denganku?" tanya ini adalah tatapan misterius.
"kalau kau terus begini Aku tidak mau," ucap aruna merajuk.
Julian menggeser tubuhnya lebih dekat dengan Aruna, lalu melingkarkan tangannya di pinggang wanita itu "Yakin tidak mau?"
Aruna berusaha melepaskan tangan Julian. Namun, pria itu justru memeluknya semakin erat. Sekuat apapun ia meronta yang ada tenaganya malah habis.
Tanpa basa-basi Julian membungkam mulut Aruna dengan bibirnya, membuat wanita itu terlihat tegang. Apa yang akan dilakukan pria itu kepadanya? ia mulai waspada.
Pria itu melanjutkan aksinya dengan melumat bibir Aruna dengan lembut, lalu merebahkan wanita itu di atas ranjang. Ia mengundurkan dasinya yang terkesan mencekik leher dan membuka satu kancing baju kemejanya, yang paling atas. Ia kembali mencium bibir Aruna. Wanita itu tidak memberontak karena tahu semua itu akan sia-sia.
Semakin lama pria itu dikendalikan oleh nafsunya. Tangannya tidak hanya tinggal diam sesekali mengusap dan meremas dada Aruna, membuatnya mendesah kecil. Julian semakin berani membuka kancing baju wanita itu, lalu menciumi bagian dadanya. Ia meninggalkan jejak-jejak merah di sana supaya wanita itu terus mengingat momen-momen itu bersamanya.
mereka semakin larut dalam kebersamaan itu, Julian menarik tubuhnya lalu berjalan ke arah pintu, lalu menguncinya. Kenapa harus begitu? Memangnya apa yang akan dia lakukan kali ini? Ia kembali mendekati Aruna.
Dengan cepat Julian membuka satu persatu kancing kemejanya, menampakan otot-otot yang sangat menggoda. Aruna menutup matanya dengan kedua tangan. "Kau mau apa?" tanyanya waspada.
Julian tersenyum penuh arti, menatap Aruna lekat-lekat. Ia mencium wanita itu, tangannya menjelajahi setiap inci tubuhnya dengan lembut. wanita itu tidak bisa mengelak lagi dengan kenikmatan yang pria itu lakukan kepadanya.
apakah kegiatan mereka akan terus berlanjut dan menghasilkan benih kedua dari hubungan itu?
Terima kasih.