NovelToon NovelToon
KIN, DENDAM HARUS TERBALASKAN

KIN, DENDAM HARUS TERBALASKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi / Misteri / Horror Thriller-Horror / Hantu
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Tsaniova

Melati dan Kemuning tak pernah melakukan kesalahan, tapi kenapa mereka yang harus menanggung karma perbuatan dari orang tuanya?

Sampai kapan dan bagaimana cara mereka lepas dari kutukan yang pernah Kin ucapkan?


Assalamualaikum, cerita ini murni karangan author, nama, tempat dan kejadian semua hanya kebetulan semata. Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsaniova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mau di Sini Sama Mbak Dan Mbok

Melati mengangguk, dia ikut bahagia kalau senyum itu sudah kembali pada sang adik. Sekarang, Melati keluar lagi dari kamar dan Kemuning menghela nafas penuh kelegaan.

"Syukurlah, Mbak nggak curiga lagi, aku nggak mau ada keributan lagi gara-gara aku ceritain soal si mas," gumam Kemuning dalam hati.

Tapi, soal ajakan si mas membuat Kemuning berpikir keras, apakah dia tega meninggalkan Melati?

Sekarang, Kemuning menoleh lagi ke sudut, tapi ternyata di sana sudah tidak ada siapa-siapa, Kemuning pun bangun dari duduk, menutup bukunya lalu menyimpannya lagi ke laci.

Gadis menyedihkan itu berbaring di ranjangnya, menatap ranjang seberang yang awalnya milik Melati. Merasa kesepian, Kemuning pun bangun, perlahan dia berjalan ke arah belakang menuju ke kamar si mbok.

Kehadirannya yang tiba-tiba membuat si mbok yang berbalik badan itu sedikit terkejut. "Astaghfirullah, Non Muning, ngapain berdiri di pintu?" tanya si mbok seraya merubah posisinya jadi duduk, lalu turun dari ranjang, menghampiri Kemuning yang masih diam.

Si mbok membawa Kemuning masuk ke kamar, duduk di tepi ranjang. Kemuning menatap si mbok lekat. "Mbok, Muning takut," tuturnya.

"Takut kenapa? Apa karena Mbak Melati pindah kamar?" tanya si mbok seraya mengusap pucuk kepala Kemuning.

Gadis itu menggeleng.

"Lalu?" tanya si mbok lagi.

"Muning mau di sini, sama Mbok, Sama Mbak Melati," jawab Kemuning dan jawaban itu membuat si mbok berpikir keras.

"Kenapa Non bicara seperti itu?" si mbok mulai sedikit khawatir.

"Nggak papa, itu kan keinginan Muning, Mbok. Muning maunya di sini bareng mbok, Mbak Melati dan Mas Seno," sahut Kemuning yang kemudian memeluk si mbok.

Si mbok membalas pelukan itu, dia juga mengusap pucuk kepala Kemuning penuh kehangatan.

"Kalau begitu, Non Muning mau tidur di sini sama mbok?" Dan Kemuning menjawab dengan mengangguk, saat itu, Kemuning mendengar suara seperti berbisik, dan juga berisik seperti suara benda yang saling membentur.

Kemuning yang naik ke ranjang dengan dibantu si mbok itu menoleh. "Suara apa Mbok?"

"Bukan apa-apa, mungkin suara tikus, kan udah malem tikus banyak keluar pada nyari makan," jawab si mbok, padahal itu bohong karena sebenarnya itu adalah suara botol yang membentur peti.

Kemuning pun mengangguk, dia mencoba memejamkan matanya.

Sementara itu, di kamar Melati, Seno sedang membujuknya, mengajaknya untuk malam pertama dan tidak ada penolakan baginya, ini adalah haknya dan Seno yang sudah kebelet pun melancarkan aksinya.

Di tengah permainan, entah kenapa wajah Melati berubah, Seno mengerjapkan matanya, mengusir bayangan wajah itu, wajah Kin di diri Melati.

Bukannya pergi, tapi sang istri justru tertawa dan wajah itu terlihat semakin keriput, lalu mengelupas kemudian mengeluarkan belatung.

Apa yang Seno lihat membuatnya segera menyudahi permainan, dia menjauh dari Melati yang keheranan. "Seno, kenapa?"

Melati pikir dirinya tidak dapat melayani suami dengan baik. "Apa ada yang salah sama aku? Tapi, aku udah mandi, wangi, dia juga yang pertama menyentuhku!" kata Melati dalam hati.

"Jangan mendekat! Kamu bukan Melati! Kamu bukan istriku!" jawab Seno kemudian dan jawaban itu membuat Melati mengernyitkan kening.

"Seno, aku Melati!" sergah Melati, dia bangun dari duduknya, menghampiri sang suami dan Seno mengancamnya. "Pergi atau ku habisi kau!"

Dan sosok yang dia lihat semakin menertawakannya sehingga membuat pria itu akhirnya kalap, dia pun mencekik sosok itu, mendorongnya ke ranjang dan berusaha menghabisi nyawanya.

"Aaagghhhh," erang Melati yang sudah sangat kesakitan, nafasnya hampir habis dan Melati menendang area terlarang suaminya menggunakan lututnya membuat pria itu mengaduh lalu pandangannya kembali normal, dia segera melepaskan cekikikannya, menatap tak percaya kalau tangannya baru saja hampir membunuh Melati.

"Kamu gila, Seno!" ucap Melati yang merubah posisinya jadi duduk, mengusap lehernya yang memerah dan saat itu, Seno memperhatikan seisi ruangan, mencari sosok yang tadi menertawakannya.

Melati mengikuti mata suaminya, melihat kanan dan kiri. "Kamu gila, pantas saja sok mau tanggungjawab!" ketus Melati yang kemudian bangun dari duduk, gadis berambut panjang itu berjalan ke arah pintu dengan menyeret satu kakinya.

Tapi, langkahnya terhenti karena Seno menahannya. "Mel, aku liat ada penampakan tadi, aku nggak gila!" tuturnya, dia pun memeluk Melati dari belakang.

Dengan kesal, Melati melepaskan pelukan itu, dia berbalik badan. "Memang begitu hidup sama aku, penampakan, kesialan, mereka teman sehari-hari aku," jawab Melati.

"Mel, apa benar penampakan itu karena bapak kamu dulunya penganut pesugihan?" tanya Seno dan Melati memalingkan wajahnya.

"Kalau kamu nggak jawab berarti benar apa yang dikatakan warga selama ini, bahkan kakimu pincang pun ada hubungannya sama pesugihan itu, kan?"

Melati kembali ke ranjang, dia menarik nafas dalam. "Bukan," jawabnya singkat.

"Lalu? Semua ini pasti ada penyebabnya, Mel!"

"Ya, perempuan itu yang udah mengutuk aku dan keluargaku, semua kesialan dan nasib buruk yang menimpa keluarga ku itu semua karena karma, aku dan Kemuning menanggung karma itu, kalau aku nggak bisa memutuskan kutukan itu, maka anak-anak aku pun akan mengalami hal yang sama," jawab Melati dan akhirnya dia bisa menceritakan beban yang selama ini menghimpitnya, ada seseorang di sisinya yang mau mendengarkannya.

Seno menelan ludah, dia tak menyangka kalau selama ini Melati hidup dalam kesulitan yang besar, ditambah fitnah para warga yang mengatakan kalau keluarganya pesugihan.

Perlahan, Seno memeluk Melati. "Kita cari jalan keluarnya sama-sama, biar kutukan itu bisa terhapus," kata Seno seraya mengusap punggung Melati.

"Kalau kamu berusaha, kamu pasti mati, Seno. Seperti ayahnya Arini," batin Melati.

"Tapi, kenapa aku seolah berat, bukannya ini yang aku rencanakan? Membiarkan Seno merasa bersalah, lalu masuk ke hidupku, terseret dalam kutukan yang tiada henti ini? Tapi, kenapa aku seolah takut, takut kehilangan kamu, Seno?" tanya Melati dalam hati.

Sekarang mereka kembali berbaring, tidur dengan saling memeluk. "Seno, apa nggak sebaiknya kita menerima takdir ini saja?" tanya Melati.

"Aku memikirkan anak-anak kita kelak, Mel. Mereka nggak boleh merasakan apa yang kita rasakan, jadi usaha kita setelah ini bukan hanya untuk kita, tapi keturunan kita!" jawab Seno dan hati Melati semakin tersentuh dibuatnya.

Kata-kata itu menunjukkan kepedulian yang mendalam.

Esok harinya, semua orang sudah ada di meja makan, Melati membantu si mbok untuk menyajikan makanan ke meja.

Sementara itu, Kemuning yang duduk di kursi seberang tak berhenti memperhatikan Seno, membuat pria itu risih lalu menoleh.

"Ada apa, Dek?" tanya Seno, keningnya sedikit berkerut saat menantikan jawaban sang adik ipar.

Kemuning hanya tersenyum tipis, matanya tak berkedip menatapnya. "Nggak ada apa-apa, Mas," jawabnya lirih.

Melati yang baru saja duduk di samping suaminya ikut memperhatikan adiknya. "Muning, makan yang bener. Dari tadi cuma lihatin aja."

Kemuning menunduk, jemarinya meremas sendok di tangan. "Iya, Mbak."

Tapi, matanya masih saja curi-curi pandang ke arah Seno, seolah ada sesuatu yang ingin disampaikannya.

Singkat cerita, sekarang, Melati membantu membereskan meja makan, membawanya ke tempat cucian piring. "Biar si mbok saja, Non," kata si mbok.

"Nggak papa, Mbok. Melati juga kan harus belajar mandiri, apalagi sekarang sudah punya suami," jawab Melati seraya tersenyum.

Si mbok mengangguk, lalu dia teringat kalau ada sesuatu yang ingin dia sampaikan. Si mbok menahan lengan Melati. "Semalam, Non Muning bilang nggak mau kemana-mana, Non. menurut mbok ini aneh, apa nggak sebaiknya Non Melati cari tau?" tanyanya dengan berbisik.

Melati terdiam, mencoba memahami apa yang dikatakan oleh adiknya seolah ada yang mengajaknya pergi jauh.

Seketika lidahnya kelu, pandangannya kosong. Melati takut kalau ini adalah pertanda, pertanda kalau adiknya akan pergi meninggalkannya.

Apakah kekhawatiran Melati benar adanya?

Temukan jawabannya di episode selanjutnya, ya. Untuk pembacaku tersayang, jangan lupa tinggalkan komentar, like dan subscribe cerita ku, ya. Matur suwun. 😇

1
Rhina sri
kasian melati yg jadi karma dari bapaknya
Rhina sri
apa yg dilu drajat lakukan sm kinan kena sm melati🥺
Queen Alma: 🤧🤧🤧🤧🤧🤧
total 1 replies
Rhina sri
kesalahan drajat di masa lalu membuat anak anaknya gk tenang di hantui dgn dendam
Queen Alma: Semoga ada cara buat Melati sama Kemuning lepas dari kutukan Kin
total 1 replies
Rhina sri
walau si drajat udah meninggal kinan masih bls dendam tuk meneror anaknya
Queen Alma: Sakit hatinya masih belum reda ka 🥺🥺
total 1 replies
Rhina sri
makin seru ceritanya aku suka
Queen Alma: Terimakasih 😍🥰🥰
total 1 replies
Rhina sri
kin harus balas dendam lagi gk seru dong kalo harus di musnahkan sm dukun😂
Queen Alma: kutukan itu bakal tetep ada walau Kin udah nggak ada, udh jadi karma turun temurun 😩🥺
total 1 replies
Rhina sri
makin seru ceritanya.. buka ajah kalung jimatnya biar kin yg ngejar ngejar si drajat
Rhina sri
astagfiruloh tega banget semua org.. udah saatnya kinan balas dendam
Rhina sri
kasian kinan hamil dari laki laki bejat😭
Queen Alma: 🥺🥺🥺🥺🥺
sedih bgt yaaa
total 1 replies
ㅤㅤ
kasihan karsih, tega baget si drajat..
Queen Alma: bukan manusia emang si Drajat 😌
total 1 replies
ㅤㅤ
kin blum musnah kan, biar bsa balas dendam lgi.. 🤭
Queen Alma: heheee belum ko,
total 1 replies
ㅤㅤ
tadi prasaan hamil muda kok udh mau lahiran thor..
Queen Alma: kayanya dipersingkat deh 🤭✌
total 1 replies
ㅤㅤ
tega banget orang² kampung, kasihan Kin dan emak.ny.. 😢
Queen Alma: 🤧🤧🤧🤧🤧🤧
total 1 replies
ㅤㅤ
jahat banget si Drajat, mana memanfaatkan anak kecil lagi..😒
Queen Alma: jelmaan dia mah bukan manusia 😌😌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!