NovelToon NovelToon
Dear, Mantan Gebetan

Dear, Mantan Gebetan

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Duda / Janda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers
Popularitas:1.7M
Nilai: 4.5
Nama Author: Naira_w

Raina Wulandari, seorang wanita cantik yang harus menerima kenyataan pahit ketika diceraikan oleh suaminya setelah hampir tujuh tahun membina rumah tangga. Dan alasannya sangat klasik, Raina dianggap mandul dan tak bisa memberikan keturunan.

Raina pulang ke kampung halamannya dan memulai hidup baru di sana. Niatnya ingin mencari ketenangan batin karena selama ini dia hidup menderita di bawah tekanan mantan suami dan mantan mertuanya.

Namun, hal itu sepertinya tak bisa berjalan lancar. Karena seorang pria dari masa lalu Raina muncul dan membawa semuanya kerumitan hidupnya. Raina akhirnya ikut terseret dan tak bisa lepas dari seorang duda tampan bernama Rahardian Pratama. Apalagi anak pria itu selalu menempel pada Raina, padahal Rahardian selalu menunjukkan permusuhan setiap bertemu Raina.

Bagaimanakah jalan kisah Raina? Apakah Raina mau menerima tawaran pernikahan dari ibu kandung Rahardian? Ataukah kembali pada Bayu, mantan suami yang dicintainya itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rasanya Jadi Ibu

"Sepi banget rumahnya, Ra? Coba kamu panggil." kata Raina pada Zahra.

Gadis berusia tiga belas tahun itu pun turun dan menghampiri pagar rumah yang merupakan rumah orang tua Rahardian.

"Assalamualaikum." teriak Zahra mau tak mau karena melihat pagar rumah itu yang digembok.

"Mbak, kayaknya nggak ada orang di rumah deh. Sepi. Udah itu pagarnya digembok, jarang banget Tante Dewi gembok pagar, kecuali gak ada orang di rumah." kata Zahra yang akhirnya menyerah setelah berkali-kali memanggil si pemilik rumah.

"Aduh gimana ini, mana Rayyan udah tidur begini lagi." Ucap Rania khawatir.

Dia melihat wajah bocah yang mulai tertidur nyenyak di dalam gendongannya itu. Rasanya tak tega untuk membangunkannya.

Rayyan tidur di jalan saat Raina memboncengnya dan Zahra. Rayyan tak mau digendong oleh Zahra akhirnya duduk dibelakang Raina sambil memeluk pinggang Raina. Rayyan memeluk Raina dengan cukup erat, seolah-olah takut jika Raina akan pergi dan meninggalkannya.

"Coba mbak telpon mas Iyan? Ada kontaknya nggak? Kalau nggak kita tanya ibu." saran Zahra.

Akhirnya Raina pun menghubungi Rahardian, ayah dari bocah kecil ini.

"Assalamualaikum."

Suara berat seorang pria diujung sana membuat telinga Raina merasa tergelitik.

"Waalaikumsalam, mas. Ini Raina mas. Sekarang Raina sama Zahra ada di depan rumah Tante Dewi tapi sepertinya nggak ada orang di rumah mas. Pagarnya juga digembok." kata Raina yang langsung menjelaskan keadaannya.

"Mama sedang keluar, tadi dia ada ngasih tau saya. Tapi saya lupa bilang ke kamu." kata lelaki itu dengan santai.

"Jadi, Rayyan gimana mas?" tanya Raina bingung.

"Kamu bawa aja dulu ke rumah Tante Vivi, nanti saya jemput di sana kalau sudah pulang." kata Rahardian pada Raina

"Ya sudah, kalau begitu saya bawa pulang ke rumah dulu Rayyan nya mas. Assalamualaikum." kata Raina dan mematikan ponselnya setelah ada sahutan jawaban salam.

"Gimana, mbak? tanya Zahra

"Tante Dewi lagi keluar, mas Iyan lupa ngasih tau." kata Raina yang sekarang bingung karena bocah imut menggemaskan itu sekarang tidur sambil memeluknya seperti anak koala.

"Yuk lah, kita pulang." Zahra segera memakai helmnya, dia sudah letih dan ingin segera pulang dan merebahkan tubuhnya di atas kasur.

"Tapi ini gimana?" tanya Raina bingung menatap Rayyan yang tidur dengan mulut menganga.

"Sini Ara yang bawa."

"Kamu bisa bawa motor??" tanya Raina pada Zahra.

"Ck, mbak aja yang gak tau. Ara itu biasanya malah pakai motor kalau disuruh ibu beli barang di seberang jalan kompleks. Malahan Ara lebih jago bawa motornya dibanding mbak." Kata Zahra yang sekarang sudah duduk di atas motor dan menghidupkan mesin motornya.

Raina pun ikut naik ke motor sambil menggendong Rayyan.

"Baca doa dulu, Ra." kata Raina was-was.

"Iya mbak, udah tenang aja mbak."

Benar sekali ucapan Zahra, anak remaja itu bahkan lebih mahir mengendarai kendaraan roda dua itu dibandingkan dengan Raina.

Komplek perumahan Tante Dewi tak kau dari komplek perumahan ibu. Mereka hanya perlu berkendara selama tujuh atau delapan menit saja jika jalan tidak terlalu padat.

Akhirnya, kami sampai di rumah, ibu menyambut kami dengan tatapan heran. Karena aku masih menggendong Rayyan masih tertidur nyenyak itu.

"Loh, Rayyan?? Kok bisa sama kamu In?" tanya ibu heran.

"Nanti Iin cerita, sekarang mau baringkan Rayyan dulu Bu. Udah pegal tangan Iin." kata Raina pada ibunya lalu masuk ke kamarnya dan membaringkan Rayyan di atas kasur ukuran queen miliknya.

Raina meletakkan balita bertubuh gempal itu dan melepaskan tangan bocah itu dari tubuhnya dengan perlahan.

Tiba-tiba suara rengekan terdengar dari bibir mungil itu.

"Sst... Udah bobok lagi ya, Tante Iin di sini." kata Raina mengelus pelan lengan Rayyan.

Raina menunggu beberapa saat sampai akhirnya dia merasa aman, baru dia bangkit dari duduknya dan menyiapkan baju ganti.

Raina ingin mandi, seluruh tubuhnya terasa lengket dan kotor karena debu. Dengan gerakan kilat Raina pun segera pergi bekerja kamar mandi untuk membersihkan diri.

Kamar Raina ini memang sudah disiapkan oleh ayah untuknya, kamar ini merupakan kamarnya sebelum menikah dulu. Zaki dan Zahra juga memiliki kamar masing-masing di lantai atas yang memang hanya ada dua ruangan itu saja.

Dulu ayah merenovasi kamarnya sedikit dan menambahkan kamar mandi kecil di dalam kamar ini, berharap jika suatu saat putrinya berkunjung tak akan kesusahan.

Tapi Raina tak pernah berkunjung di saat ayah tercintanya selalu menantikan kedatangan putri sulungnya. Dan malah kembali pulang ke rumah ini disaat ayahnya sudah tiada.

Rasanya sangat sedih, Raina merasa sangat menyesal dan membenci dirinya yang bodoh.

Setelah selesai memakai daster kesukaannya, Raina keluar kamar untuk menemui ibunya. Sebelum itu, dia sempat memastikan jika Rayyan masih terlelap dan meletakkan guling dan bantal yang disusun tinggi agar Rayyan tak jatuh dari tempat tidur.

"Bu, tumben jam segini mau masak?" tanya Raina pada ibunya yang terlihat sibuk memotong wortel di dapur.

"Ibu mau buat sop ayam, buat Rayyan. Anak itu gak bisa makan menu yang ibu buat tadi. Kan pedas semua."

Raina melihat ibunya mengaduk panci berisi kaldu ayam yang sudah mendidih. Ibunya terlihat gesit dalam urusan dapur. Hobi yang sangat disukainya, memasak.

Bu Vivi tak pernah melewatkan memasak untuk semua anggota keluarganya. Bahkan Raina ingat ibunya masih bisa menyiapkan bekal yang enak saat di sekolah dulu.

"Iin bantu ya, Bu." kata Raina

"Nggak usah, ini juga udah mau selesai. Mendingan kamu cek rekapan orderan teman-teman ibu. Mereka banyak pesan gamis dan jilbab, tapi ibu bingung." kata Bu Vivi sambil menunjuk sebuah buku kecil di atas rak televisi.

Buku kecil itu memang ibu siapkan untuk mencatat barang-barang yang dipesan teman-teman ibu.

Ada tujuh orang teman ibu yang memesan gamis beserta jilbabnya. Bahkan ada satu teman ibu yang menanyakan tas yang Raina jual dulu, sayangnya stoknya sekarang sedang kosong.

"Bu, pesanannya Bu Rahma stoknya lagi kosong. Iin baru mau order, sekitar semingguan lagi baru datang. Mau gak ya?" tanya Raina pada ibunya.

"Mau kayaknya, nanti ibu tanyakan lagi. Soalnya dia suka lihat tas yang ibu pakai arisan bulan lalu. Tas yang kamu kasih itu loh, nah kan sama mereknya cuma beda modelnya aja." kata Bu Vivi.

"Kayaknya arisan kemarin ibu jadi sales marketing nya online shop Iin ya? Top banget ibu."kata Raina sambil menghancurkan kedua jempolnya pada Bu Vivi.

"Eh, gimana ceritanya Rayyan bisa ikut kamu?" tanya ibu penasaran.

Raina melihat ibunya sudah selesai memasak dan mematikan kompornya.

"Ketemu di tempat makan Bu, gak sengaja nabrak Iin terus waktu jatuh, Rayyan malah minta gendong terus gak mau lepasin Iin. Sampai akhirnya mas Iyan nitip Rayyan ke Iin buat antar pulang ke rumah Tante Dewi. Eh sampai sana rumahnya kosong, Tante Dewi lagi keluar."kata Raina menjelaskan pada ibunya.

"Heran, anak itu biasanya gak mau ikut orang lain loh. Sama ibu yang sering ketemu aja dia jarang mau didekati. Kok bisa sama kamu malah lengket begitu?" tanya ibunya heran.

Raina hanya mengangkat bahunya dan menutup buku kecil milik ibunya.

"Bu, Rayyan belum bisa bicara ya Bu?" tanya Raina dengan pelan

Ibunya pun mengangguk dan menghela nafas panjang.

"Kasihan anak itu, dari bayi udah ditinggal ibu kandungnya yang meninggal dunia. Kamu ingat sama Mala? Teman SMP kamu? Dia ibu kandung Rayyan." kata Bu Vivi.

Mata Raina membulat mendengar informasi yang baru diketahuinya. Ternyata Rayyan anak dari Rahardian dan juga Nurmala, teman sekelasnya saat SMP.

"Dia meninggal karena kanker otak, ketahuannya waktu hamil. Rayyan juga lahirnya prematur, seminggu Rayyan lahir Mala meninggal."

"Rayyan waktu lahir sangat memprihatikan, bahkan beratnya jauh dari normal karena dia harus dilahirkan sebelum waktunya, Mala udah keburu kritis saat itu." Bu Vivi menyekap sudut matanya mengingat kemalangan bayi mungil itu.

"Beberapa bulan setelah Mala meninggal, ibu tirinya Mala memaksa Iyan buat menikah sama adik tirinya Mala. Alasannya supaya ada yang mengurus Rayyan dan menurut keluarga Almarhum Mala, Iyan harus turun ranjang dengan adik tirinya Mala." Bu Vivi berjalan mendekati Raina dan duduk di kursi sebelah Raina.

"Tujuh bulan setelah meninggalnya Mala, Iyan menikah sama Arumi adiknya Mala. Tapi ternyata bukannya mengurus, Rumi malah tak perduli pada Rayyan. Yang paling parah dia mencoba mencelakai Rayyan, untungnya saat itu Dewi datang ke rumah Iyan dan melihat Rumi yang mencoba mendorong Rayyan. Anak itu baru belajar berdiri, bisa kamu bayangkan kesakitannya Rayyan saat itu?" kata Bu Vivi sambil menghapus air matanya.

"Rayyan sempat diopname, karena terbentur cukup keras tapi ternyata anak itu mengalami trauma yang membuat dia tak mau komunikasi dan ketakutan saat melihat orang lain. Menurut ART di rumah Iyan, Rumi memang sering memaki atau mencubit Rayyan ketika menangis atau sedang rewel." kata Bu Vivi menceritakan penyebab Rayyan yang tak mau bicara.

"Lalu dimana perempuan gila itu, Bu?" tanya Raina dengan geram. Dia yang bertahun-tahun menanti buah hati rasanya tak bisa menerima jika anak sekecil itu diperlakukan seperti itu.

"Entahlah, Dewi dan Iyan membuat Arumi dan keluarganya pergi dari kota ini setelah Iyan menceraikan Arumi." kata Bu Vivi.

"Kenapa gak dilaporkan ke polisi saja Bu, biar tau rasa perempuan kejam itu." kata Raina sambil menggelengkan kepalanya mendengar jika perempuan itu lolos begitu saja.

"Saat itu karir Iyan lagi bagus dan mau naik pangkat. Kalau sampai ada kasus, takutnya malah berantakan. Jadi Iyan meminta mereka pergi sebagai ganti Rumi tak dilaporkan ke polisi." kata Bu Vivi lagi

"Egois banget tu bapak. Anaknya dianiaya malah dibiarkan saja pelakunya pergi cuma gara-gara karir." kata Raina dengan kesal.

"Hus gak boleh gitu, itu urusan rumah tangga orang. Kita juga gak tau kan kenapa Arumi senekat itu." tegur Bu Vivi.

Terdengar suara tangisan dari dalam kamar Raina yang sengaja dia buka pintu kamarnya agar terdengar suara Rayyan jika dia terbangun.

"Iin mau lihat Rayyan dulu ya Bu, kayaknya sudah bangun." kata Raina pada ibunya.

"Nanti sekalian diajak makan, kasian dia pasti belum makan."kata Bu Vivi

Raina mengangguk sebelum memasuki kamarnya.

Dan benar saja, balita lucu itu sedang menangis ketakutan karena berada di kamar Raina yang asing baginya.

"Halo sayang, udah bangun. Jangan nangis ya, ini Tante Iin." kata Raina pada Rayyan.

Rayyan melihat Raina lalu mengarahkan tangannya pertanda minta digendong.

Raina pun menggendong Rayyan, seketika tangisan Rayyan pun lenyap.

Raina menatap cermin, menatap bayangannya menggendong seorang anak. Seperti impiannya selama ini.

'Apakah seindah ini rasanya menjadi seorang ibu.' batin Raina sambil mengelus lembut kepala Rayyan yang bersandar di bahunya.

1
bunda syifa
aq yakin ini si otor klo d suruh baca ulang gc ngerti juga apa itu maksud dari omongan si rayyan
Naira_wir: 🤣🤣🤣
betul...betul...betul...
total 1 replies
bunda syifa
cewek nya Sonya apa Mita Thor
bunda syifa
klo mau punya istri selalu menarik gampang mas, modalin dia untuk merawat diri bahagiain dan tutup mata mu dari rumput tetangga
bunda syifa
klo bapak emak nya lokal anak nya bule ngapain masih tes DNA, lagian s Widya klo hasil nyetak sama bule kenapa d cari'in bapak yg lokal asli, emang nyari penyakit
guzel
🤣🤣🤣
guzel
🤣🤣🤣 kasihan sekali Zaki jadi sasaran ke isrngan mas Iyan
bunda syifa
Luar biasa
Eli Fatriani
sumpah sedih banget utk part ini,bnr kata Ong Zaki klo yg dibutuhkan ayah saat ini doa dr anak2nya, Khusnul khatimah ya buat ayah, bapak😭😭😭🤲🤲🤲🤲🙏🙏🙏
Wiwit Wilowati
lanjut Thor
♡Ñùřhãšãñ♡
suka🥰
Meiriyana
Luar biasa
Meiriyana
Lumayan
Bahrul Ulum
bilang sama zaki thor. " wani piro....." 😝
emak diwi
bagi dong Tan jamunya saya juga mau la🫣🫣
emak diwi
modus bnget lu bang😁
Sennja
wjwkwkwk si iyan yg nyium rain aku yg nyengir🤣🤣🤣
Sennja
hebat ibu vivi❤semoga qt para emak2 bs skuat ibu vivi demi anak dan kluarga😇
Bahrul Ulum
rahardian udah bucin setengah mati dr jaman masih sklh kayaknya... 😁
Sinta Dewi
terimakasih kak,😊 untuk ceritanya. ku kasih kopi pagi ini. supaya lebih semangat 💪💪🥰
Eva
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!