Selama ini Amara memberikan kehidupannya kepada Dion dan mengabdikan diri sebagai istri yang sempurna. sudah 3 tahun sejak pernikahan tidak ada masalah pada rumah tangga. namun fakta lain membuat hati Amara begitu teriris. Dion berselingkuh dengan seorang wanita yang baru ia kenal di tempat kerja.
Amara elowen Sinclair berusia 28 tahun, wanita cantik dan cerdas. Pewaris tunggal keluarga Sinclair di london. Amara menyembunyikan identitasnya dari Dion Karena tidak ingin membuat Dion merasa minder. mereka menikah dan membina rumah tangga sederhana di tepi kota London.
Amara menjadi istri yang begitu sempurna dan mencintai suaminya apa adanya. Tapi saat semuanya terungkap barulah ia sadar ketulusannya selama ini hanyalah dianggap angin lalu oleh pria yang begitu ia cintai itu.
Amara marah, sakit dan kecewa. ia berencana meninggalkan kenangan yang begitu membekas di sisa sisa hubungan mereka. akankah Amara dapat menyelesaikan masalahnya?....
ikuti terus ya guysss
selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 26
" Tuan, besok anda di undang ke yayasan untuk memperingati hari berdirinya yayasan." ucap Steven saat tiba di ruang kerja Leo.
" Baik, siapkan hadiah untuk semua anak anak." ucap Leo. Ia kembali fokus pada laptopnya dan mengotak atik benda itu.
Leo melihat berita yang berseliweran di sosial media. Semua orang kini membicarakan CEO baru perusahaan Sinclair. Leo menatap lama gambar gadis yang sedang tersenyum manis sembari berjabat tangan dengannya itu. Leo lalu menyimpan gambar itu dan mengirimkannya pada Steven. "Cetak foto ini dan pajang di kamar tidur saya!." pesannya.
Setelah selesai dengan masalah foto, kini Leo fokus pada pekerjaan yang sebenarnya. Perusahaan Vaughn Capital merupakan perusahaan terbesar kedua setelah grup Sinclair. Mereka sama sama memiliki kualitas setara. Dulu Hena merupakan CEO perempuan yang sangat kompeten dan pintar. Kini sifat itu menurun pada Leo hingga Leo bisa mengelola perusahaan dengan baik. Leo juga membiayai sebuah yayasan yang di kelola Beatrice.
Beatrice merupakan sahabat dari Leo dan Amara. Sewaktu kecil mereka sering bermain bersama. Beatrice bukanlah anak dari keluarga kaya, melainkan ia hanya gadis biasa yang mereka temui di sekolah. Sejak pertemanan di sekolah akhirnya mereka bertiga sering ke rumah Amara. Beatrice diterima baik oleh keluarga Amara. Meskipun bukan berasal dari keluarga kaya, namun orang tua Amara tak pernah membedakan mereka bertiga.
Saat Leo pulang ke London, Beatrice adalah orang pertama yang melihatnya. Maka dari itu mereka sering berkomunikasi, saat Leo tahu Beatrice membangun sebuah yayasan, Leo mendukungnya dan bahkan mulai membiayai semua kebutuhan di yayasan.
Sampai kini hubungan pertemanan Beatrice dan Leo masih terjaga baik.
Di tengah sengit mengecek laporan, Leo mendapatkan pesan di ponselnya.
" Jangan lupa datang besok Leo, Lily selalu menanyakan mu."
Leo tersenyum saat mengingat lily, " Ya, aku akan datang." balasnya.
.
.
Sementara itu di tempat lain, kini Alis terlihat memohon pada seseorang, ia berlutut di bawah kaki wanita paruh baya di hadapannya. " Bu, maafkan Alis. Alis janji gak akan ngulangin lagi." Alis semalaman tidur di teras dan menunggu ibunya keluar dari rumah.
Sementara Anggy masih merasa marah dengan kelakuan Alis. Namun saat melihat Alis yang berlutut dan memeluk kakinya membuat dirinya iba. " Masuk!." perintah Anggy. ia membantu Alis berdiri, kemudian membawanya masuk ke dalam rumah.
Sementara Alis mulai merasa lega saat ibunya telah kembali memaafkannya. Namun sikap Anggy masih memperlihatkan jika ia sedang marah.
Sementara itu Dion saat ini masih tertidur di lantai dingin, ia tak beranjak dari duduknya semalam. Botol minuman berserakan di sekitarnya. Tiba tiba suara dering telepon mulai menyadarkan nya. Kepalanya masih pusing, namun ia berusaha untuk mengangkat telepon itu.
" Hallo."
" Tn Dion, kami dari pihak bank mau mengingatkan jika hari ini anda jatuh tempo untuk membayar cicilan." ucap operator wanita di seberang telepon yang membuat Dion hanya bisa terkulai lemas.
"Sa...saya sudah tak punya apa apa." Ucap Dion dengan nada pelan.
" Kami tidak mau tahu pak, segera usahakan." kemudian sambungan telepon terputus. Dion menaruh pelan ponselnya di samping dan mengusap kepalanya kasar. Ia baru ingat jika Vanya sempat meminjam uang di bank bulan lalu dan Dion yang menanggung semuanya. Kini kekesalan Dion pada Vanya semakin meluap.
Namun Dion tak berdaya, dia sekarang tak punya apa apa lagi selain rumah dan mobil. Dion tak punya pilihan, ia mencari sertifikat rumah dan berniat menggadaikan nya.
Dion mencari di setiap laci, dan akhirnya ia menemukan sertifikat itu di dalam lemari. Dengan keadaan yang berantakan, Dion tak lagi peduli. Ia langsung bergegas menuju kantor pegadaian.
Sementara Anggy yang melihat Dion terburu buru langsung bertanya. " Mau kemana dion?. ucapnya penasaran. Pasalnya Dion masih terlihat kucel dan bau miras.
" Ke pegadaian ". Jawabnya singkat. Matanya sempat melirik ke arah Alis yang sedang sarapan. Terlihat Alis tak berani menatapnya.
" Apa yang kamu gadaikan? Kenapa bisa ke pegadaian?." tanya Anggy yang tidak mengerti.
" Nanti Dion cerita." kemudian Dion pergi dengan langkah lebar.
Anggy sempat memanggilnya lagi namun tak di gubris.
.
.
" Nona, hadiahnya sudah siap." lapor Clarissa pagi itu.
"Bagus, pastikan semuanya rata." kini Amara sedang berdandan tipis. mereka akan menuju yayasan pagi itu. Amara ikut merayakan hari berdirinya yayasan. Ia mengenakan dress putih tulang dengan pita sederhana yang bertengger di punggung dress itu. Amara terlihat sangat anggun dan cantik. Apalagi dengan rambutnya yang tergerai lurus dan terlihat berkilau membuat penampilannya semakin sempurna.
" Siap, kita berangkat sekarang!." perintah Amara. Clarissa mengangguk dan ia mengekor dari belakang. Amara mengenakan kaca mata hitam dan menenteng sebuah tas mungil yang terlihat mahal.
Mereka memasuki mobil dan bergegas menuju yayasan. Beatrice juga sudah meneror sedari tadi dengan mengirimkan pesan.
" Clarissa."
" Iya nona."
" Apa kamu tahu tempat liburan yang menyenangkan?." tanya Amara tiba tiba.
" Tentu nona, saya akan kirimkan pada anda secepat mungkin." ucap Clarissa bersemangat. Ia tahu, meskipun Amara terlihat tegar, namun hati kecilnya masih menaruh trauma. Makannya Amara mau berlibur hanya untuk sekedar menghibur diri.
Amara tak lagi bertanya, ia hanya mengangguk dan mengeluarkan suara "hm" tanda mengiyakan perkataan Clarissa.
Tak berselang lama, mereka tiba di Yayasan yang mereka tuju. Dengan penuh semangat anak anak menghampiri mobil. Terlihat Beatrice yang meminta anak anak untuk menyambut Amara. Senyum senang terukir di wajah Amara.
" Selamat datang." ucap Beatrice. mereka lalu berpelukan singkat. Amara lalu mulai membagikan hadiah yang ia bawa.
Anak anak sangat senang dan memeluk Amara. Senyum Amara terlihat sangat indah. Ia senang sekali. Selama ini Amara tak pernah berinteraksi dengan anak anak hingga membuatnya gemas sendiri saat melihat anak anak di hadapannya.
Setelah selesai membagikan hadiah, mereka bergegas menuju tempat acara. Acara diadakan di taman yang berada di belakang gedung.
" Beatrice, dimana om ganteng. Kok belum datang?." ucap Lily yang saat itu masih menggenggam hadiah dari Amara. Beatrice tersenyum ke arah Lily.
" Sebentar lagi om ganteng datang, Lily sabar ya." ucap Beatrice. Sementara Lily terlihat ngambek. ia tak bersemangat.
Amara mencoba mendekati Lily untuk menghiburnya. " Mau main sama aunty?." Amara mengulurkan tangannya dan mensejajarkan tubuhnya dengan Lily. Terlihat Lily masih malu malu dan sembunyi di belakang Beatrice. Beatrice perlahan menarik Lily ke depan dan memintanya untuk menerima uluran tangan Amara.
" Lily, ini aunty Amara. Aunty mau main sama Lily, Lily mau kan sayang?." ucap Beatrice mencoba membujuk Lily. Sementara Amara masih tersenyum hangat ke arah Lily.
Terlihat gadis kecil itu mengangguk dengan pelan. Ia perlahan meraih tangan Amara dan menyentuhnya. Seketika senyum merekah di wajahnya. "Aunty sangat cantik." Lily tersenyum.
Amara meraih tubuh Lily dan memeluknya pelan. "Sekarang kita berteman ya." ucap Amara dengan logat menggemaskan.
Amara kembali memeluk Lily, " Om ganteng." teriak Lily saat melihat seseorang yang berdiri tepat di hadapannya. Lily langsung berlari dan memeluk pria yang kini sudah membungkuk, terlihat di tangannya ada sebuah boneka.
Amara berbalik perlahan dan melihat ke arah Lily.
" Tn Leonard." ucapnya.