Sebuah masa lalu terkadang tidak ingin berhenti mengejar, membuat kehidupan seseorang berhenti sejenak dan tenggelam dalam sebuah luka.
Lituhayu terjebak dalam masa lalu itu. Masa lalu yang dibawa oleh Dewangga Aryasatya, hingga membuat gadis itu tenggelam dalam sebuah luka yang cukup dalam.
Waktu terus bergulir, tapi masa lalu itu tidak pernah hilang, bayangnya terus saja mengiringi setiap langkah hidupnya.
Tapi, hanya waktu juga bisa menyadarkan seseorang jika semua sudah berakhir dan harus ada bagian baru yang harus di tulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirana Putri761, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kendra Lagi
Dari rumah sakit Kalandra langsung masuk ke dalam ruang meeting di temani sang sekretaris.
Selama berlangsungnya meeting, Kalandra terlihat sangat serius memperhatikan beberapa orang yang melakukan presentasi. Sedangkan Nisa beberapa kali memperhatikan pria yang di matanya semakin terlihat tampan itu.
Sosok Kalandra ternyata sudah membuatnya jatuh hati. Berawal dari rasa kagum dan pelayan yang terbaik, lama-kelamaan ternyata sosok itu sudah membuatnya membuatnya jatuh hati.
Hampir dua jam di dalam ruangan. Hingga akhirnya meeting berakhir dengan menunjuk beberapa perwakilan dari kantor untuk melakukan kunjungan ke kantor cabang yang ada di luar kota.
Kalandra memang tidak banyak bicara dan basa basi. Pria itu bahkan langsung meninggalkan ruangan diikuti Nisa saat semua tidak ada lagi yang perlu dibahas.
" Tolong bawakan aku coffelate. Aku merasa lelah sekali." ucap Kalandra saat memasuki ruangannya."
Pria itu langsung duduk di kursi kebesarannya dan mereka punggungnya di sandaran kursi. Sedangkan Nisa meletakkan laptop dan sebuah map yang baru saja dibawa dari ruang meeting.
" Baiklah, aku akan membuatkannya untuk, Pak." ucap Nisa sambil tersenyum manis. Inilah saatnya memberikan yang spesial untuk pria yang selalu mengganggu ketenangan hatinya itu.
Beberapa menit dia merilekskan tubuhnya sejenak di kursi kebesarannya, Kalandra kemudian bangkit dan melangkah ke dekat jendela.
Pria bertubuh tinggi dan tega itu menatap suasana di luar jendela. Pikirannya kemudian tertuju pada Alana. Dia tidak menyangka jika gadis itu memukul beban yang berat.
Hidupnya tidak mudah ketika papanya meninggal, Itu yang baru diketahui Kalandra dari orang kepercayaannya yang dia minta untuk menyelidiki siapa Alana Lituhayu' dan latar belakang keluarganya.
Pintu terbuka, membuat Kalandra menoleh. Ternyata sang sekretaris masuk dengan secangkir caffe latte yang dibawanya mendekat ke arah Kalandra.
" Terima kasih, Nis." ucap Pria itu saat menerima cangkir yang masih mengepulkan asap.
Disesapnya dengan hati-hati coffe late panas itu. Dan kemudian diletakkan cangkir itu di sebuah nakas di sebelah sofa yang tidak jauh dari tempat dia berdiri.
" Apa perlu, aku bantu untuk merilekskan diri " lirih Nisa dengan tatapan penuh damba. Dia memang sudah merindukan bos tampannya itu.
Tidak hanya itu, dia juga sudah tidak tahan untuk menjerit nikmat saat pria itu menunjukkan kegagahannya saat memasukinnya. Pria itu pandai memuaskan dirinya saat bercinta.
Anisa mengusap wajah Kalandra dengan penuh sensual. Tangannya merayap berlahan hingga ke leher pria yang kini menatapnya penuh intens.
" Kamu selalu membuatku tergoda, Nis." lirih Kalandra sambil menampilkan smirk licik dari sudut bibirnya.
Anisa semakin berani, saat sorot mata penuh damba itu tertuju padanya. Jari-jari lentik sang sekretaris itu menarik lengan kekar Kalandra agar melingkar di pinggangnya, menarik tubuh seksinya yang sudah terbakar rasa rindu dan gairahnya.
" Arghhh..." Desah Nisa saat Kalandra meremas bokong sintalnya. Pria itu tak pernah bisa menolak pesona sangat sekretaris yang terlalu menggoda untuk dimasuki.
Mendengar desahan itu membuat Kalandra semakin bergairah, pria itu melumat lembut bibir sang sekretarisnya. Dia sadar, dia butuh bercinta untuk menyingkirkan pikirannya tentang Alana Lituhayu.
Ponselnya bergetar, pria itu menghentikan aktifitasnya saat melirik benda pipih yang tergeletak di dekatnya itu terpampang nama mamanya. Kalandra tidak bisa mengelak jika itu tentang mamanya.
" Halo..." ucap Kalandra kemudian melirik Anisa agar keluar dari ruangannya.
Inilah yang tidak disukai Anisa. Terkadang sikap Kalandra yang seolah memintanya pergi tanpa peduli perasaannya itu membuat Anisa seperti terbuang begitu saja.
" ....." Masih mendengarkan suara dari seberang, tatapan Kalandra masih tertuju pada sosok menolehnya sebelum keluar dari pintu ruangannya.
" Baiklah aku akan ke sana!" jawab Kalandra dengan menutup panggilan Kendra.
Kendra sengaja memakai ponsel mamanya, agar abangnya segera mengangkat panggilannya.
Pemuda itu meminta Kalandra menyusul dirinya dan Mama Ambar ke rumah sakit.
Pria itu melirik miliknya yang sudah menyembul dari balik celana. Rasanya masih tidak nyaman, sebelum di tuntaskan. Tapi panggilan Mama Ambar tidak bisa di tunda lagi.
" Aku keluar dulu!"ucap Kalandra saat melewati meja sekretarisnya itu.
Sementara Anisa yang masih dibakar gairah itu merasa kesal. Dia sudah lama tidak dimasuki bosnya itu, apalagi akhir-akhir ini bosnya tampannya itu seperti tidak lagi tertarik padanya.
" Apa aku harus hamil saja?" lirihnya yang berniat untuk melepas kontrasepsi.
Ada rasa cemburu dan kecewa, saat Kalandra sudah tidak seantusias itu pada dirinya seperti tahun-tahun sebelumnya. Sementara dia sudah di buat jatuh hati dan ketagihan saat pria itu membuatnya mereguk nikmatnya surga dunia.
Kalandra berjalan dengan seribuan langkah. Dia tidak sabar untuk mengetahui apa yang terjadi hingga Mama Ambar datang ke rumah sakit.
Baru saja dia berbelok ,kebetulan , dia bertemu dengan Alana yang baru saja membeli sesuatu di kantin.
" Kamu tahu jika mamaku menjenguk mamamu?" tanya Kalandra membuat Alana menggeleng.
Dia memang keluar mengusir kejenuhan dengan Salat Ashar di Mushola, kemudian mampir ke kantin untuk mengisi perutnya dan membawa beberapa camilan yang bisa menemani dirinya nanti malam.
Kalandra sudah tidak menyahut lagi, dia pun segera berjalan beriringan dengan Alana yang membuntut di belakangnya.
Kalandra membuka pintu ruangan . Di sampingnya berdiri Alana. Ketiga orang di dalam ruangan itu pun menoleh dan menatap penuh selidik pada Kalandra dan Alana.
" Mama kok kesini?" tanya Kalandra yang langsung masuk menghampiri mamanya.
" Menjenguk calon besan. Dan bertemu calon mantu. Kata Kendra calon mantu mama sangat cantik dan manis." ucap Ambar dengan menatap tanpa henti gadis berwajah manis yang sedang menyimpan kebingungan.
" Maksud Mama?" Kalandra melirik tajam Ken yang kini tersenyum. Dia sama sekali tidak mengerti rencana adiknya itu. Dan kesalahannya dia terlambat memberitahu jika Alana bersedia menjual tanahnya.
" Ya Allah, Kai. Mama sudah sangat berharap melihat kamu menikah. Kenapa juga kamu masih menyembunyikan calon mantu mama yang cantik ini!" Ambar segera berdiri dan menarik lengan Alana yang masih belum mengerti apapun. Ini semua sama sekali tidak terlintas dalam benaknya.
Alana tersenyum canggung ke arah Ambar. Kemudian melirik mamanya yang menampilkan senyum diwajahnya. Alana, merasa sangat bingung tapi dia tidak berani gegabah berbicara takut akan mengecewakan ibunya dan merusak suasana. Gadis itu memilih untuk diam dengan penuh rasa penasaran di hatinya.
"Papa Zayn sangat senang mendengar berita jika kamu akan menikah." Kalimat Ambar membuat Kalandra terperanjat kaget. Dia yakin ini semua ulahnya Kendra.