NovelToon NovelToon
Putri Yang Kembali, Kaisar Yang Menanti

Putri Yang Kembali, Kaisar Yang Menanti

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:12.3k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Dikhianati oleh suami dan adiknya sendiri, Putri Wei Lian menyaksikan keluarganya dihukum mati demi ambisi kekuasaan. Di saat nyawanya direnggut, ia berdoa pada langit—dan mukjizat terjadi. Ia terbangun sebulan sebelum perjodohan maut itu terjadi. Dengan tekad membara, Wei Lian berjuang membatalkan takdir lamanya dan menghancurkan mereka yang menghancurkannya. Tanpa ia tahu, seorang pria misterius yang menyamar sebagai rakyat biasa tengah mengawasinya—seorang kaisar yang hanya menginginkan satu hati. Saat dendam dan cinta bersilangan, akankah takdir berubah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 13

Malam itu, mereka mendirikan tenda kecil di luar gua. Mo Yichen duduk di seberang Wei Lian, keduanya memandangi langit yang dipenuhi bintang.

“Ada saat-saat seperti ini... ketika aku ingin pergi jauh, membuka kedai teh sungguhan di desa terpencil, dan lupa bahwa aku punya darah kaisar,” kata Mo Yichen tiba-tiba.

Wei Lian memandangnya, tapi tak menanggapi langsung.

“Kau tak bertanya kenapa aku tahu banyak tentang pasukan bayangan?” tanya Mo Yichen lagi.

“Aku tahu jawabannya belum untuk sekarang,” balas Wei Lian tenang. “Tapi aku tahu satu hal: orang yang berdiri di sisiku saat aku mulai bangkit... bukan orang biasa.”

Mo Yichen tersenyum kecil.

“Dan aku tahu satu hal juga,” lanjutnya. “Kau adalah satu-satunya wanita yang membuatku berhenti melihat dunia sebagai permainan catur.”

Untuk sesaat, tidak ada perang, tidak ada dendam, tidak ada kekuasaan.

Hanya dua jiwa yang saling memandang dalam keheningan malam.

---

Namun, saat mereka kembali ke Luoyang dua hari kemudian...

Berita besar mengguncang istana:

Putra Mahkota resmi mengajukan surat pernikahan kepada keluarga Wei. Undangan akan dikirim resmi ke seluruh pejabat utama dalam tiga hari.

Dan surat itu... sudah berada di tangan Wei Lian.

Langit Luoyang mulai berubah kelabu saat kabar resmi dari Istana terdengar nyaring hingga ke lorong-lorong kediaman Wei: “Surat pengajuan pernikahan Putra Mahkota telah disetujui Kaisar.”

Surat emas itu kini berada di tangan Wei Lian.

Ia menatapnya dalam diam. Kertas berukir naga merah menyala, begitu megah… sekaligus menjijikkan.

Ah Rui menggigit bibirnya gugup. “Apakah... kita akan menolaknya begitu saja, Nona?”

Yan’er menjawab lebih dulu. “Menolak langsung berarti menyatakan perang terbuka, bukan hanya kepada Putra Mahkota, tapi seluruh faksi pendukungnya.”

Wei Lian menyimpan surat itu ke dalam laci, lalu berkata tenang, “Kita tak akan menolak.”

Ah Rui membelalak. “Hah?”

“Kita akan... memainkannya.” Mata Wei Lian berkilat. “Tapi sebelum itu... aku ingin tahu, kenapa surat penting ini tak disampaikan langsung kepada Ibu.”

Kediaman Dalam – Paviliun Anggrek Putih

Lorong-lorong tua menuju tempat tinggal ibunya tampak lebih sunyi dari biasa. Dua pelayan asing berdiri di depan pintu, wajah mereka kaku.

“Aku ingin menemui Nyonya Wei,” kata Wei Lian datar.

Salah satu pelayan mencoba mencegah. “Perintah istana melarang tamu tanpa izin...”

“Siapa tamu?” Mata Wei Lian tajam. “Ini rumahku.”

Sekali lambaian dari Yan’er, kedua pelayan itu langsung tak sadarkan diri. Ah Rui menutupi wajahnya dengan kipas, berlagak seperti tak melihat apa pun.

Wei Lian mendorong pintu masuk.

Dan di sanalah ibunya—Nyonya Wei, duduk lemah di sisi tempat tidur, wajahnya pucat, matanya menyala saat melihat putrinya.

“Lian’er...” bisiknya.

Wei Lian segera menghampiri dan menggenggam tangan ibunya.

“Apa yang terjadi di sini?”

“Ibu... dikurung sejak Festival Musim Bunga. Katanya demi alasan keamanan... tapi setelah itu, tak ada yang memberiku surat atau kabar dari luar.”

Wei Lian menahan kemarahan yang bergejolak di dadanya.

“Putra Mahkota menyembunyikan surat lamaran. Agar aku tak bisa berkonsultasi denganmu.”

Nyonya Wei menggenggam tangan putrinya. “Jangan ikuti jejak kami, Lian’er. Ayahmu bertahan demi kekaisaran, dan ibu... bertahan demi anak-anak. Tapi kau, kau harus hidup dengan pilihanmu sendiri.”

Wei Lian mengangguk. “Ibu akan kubebaskan dari pengurungan ini. Dengan caraku.”

Di sudut lain istana, di Paviliun Anggrek Dalam…

Seorang gadis muda dengan pakaian elegan tengah duduk di depan cermin. Bibirnya tersenyum kecil sambil menata sanggulnya.

Wei Ruo.

“Undangan pernikahan telah dikirim,” ucapnya pelan pada pelayannya. “Sekarang... hanya tinggal waktu sampai semua melihat siapa putri sejati keluarga Wei.”

Pelayan di belakangnya bertanya takut-takut, “Apakah... putri Wei Lian akan setuju menikah?”

Wei Ruo menoleh dengan senyum manis penuh racun. “Kalau dia tidak setuju, maka dia akan dihancurkan oleh pilihannya sendiri.”

Sementara itu, di gang belakang dapur Istana…

Sebuah tong anggur tiba-tiba bergerak sendiri. Dari dalamnya, muncul seorang pria dengan ikat kepala miring, pipi dihitamkan, dan membawa keranjang boneka kayu.

“Ahh! Terlalu sempit!” gerutunya.

Itulah Zhao Jin—pengawal pribadi Mo Yichen, dalam penyamaran sebagai pedagang keliling yang suka “tersesat” ke area rahasia.

Ia berlari cepat ke arah lorong luar, lalu mengetuk dinding kayu tiga kali.

Tak lama, Mo Yichen muncul dari balik dinding rahasia.

“Kau terlambat.”

“Maaf, Yang Mulia, boneka-boneka ini harus kubuat sendiri! Tapi aku punya kabar,” kata Zhao Jin, serius. “Wei Ruo sekarang sepenuhnya berada di bawah perlindungan Permaisuri. Tapi... dia juga punya akses ke area rahasia tempat ‘Sisik Dalam’ biasa beroperasi.”

Mo Yichen menyipitkan mata. “Berarti dia bukan hanya bidak.”

“Dia... mungkin dalang kedua.”

Mo Yichen menghela napas. “Wei Lian harus tahu ini. Tapi dengan hati-hati. Kita tidak bisa membunuh adiknya sendiri tanpa bukti kuat.”

Zhao Jin tersenyum. “Beri aku satu minggu. Aku akan buat si cantik kecil itu... menunjukkan taringnya sendiri.”

Malam itu di kediaman Wei

Wei Lian berdiri di bawah pohon plum, menatap langit malam. Di tangannya, surat undangan pernikahan yang ia remas.

Yan’er datang membawa bungkusan kecil. “Ini dari Zhao Jin.”

Wei Lian membuka bungkusan itu. Di dalamnya, sebuah boneka kayu kecil berwajah dua: satu sisi manis, sisi lainnya tampak licik.

Dan secarik kertas kecil bertuliskan:

“Cermin dua wajah. Bukan hanya cerminan orang lain, tapi juga keluarga.”

Wei Lian menggenggam boneka itu kuat-kuat.

Air matanya tidak keluar—karena kali ini, ia tahu: dendamnya tidak hanya pada bangsawan dan pejabat korup. Tapi juga pada darah dagingnya sendiri.

Bersambung

1
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Osie
masih ada misteri lanjutan..kapan wei lian bisa hidup tenang n damai
Osie
eh kok ada Ah Rui? bukannya Ah Rui sdh meninggoi ya? apa aku yg gagal paham nih sama bab saat rombongan wei lian di sergap
inda Permatasari: maaf gagal fokus author
total 1 replies
Cindy
lanjut kak
Osie
waaaahh masih sangat banyak misteri
Osie
wei lian amazing
Kusii Yaati
bukannya Wei Ruo sudah meninggal waktu bertarung dengan Wei Lian ya 🤔...kok masih hidup???
Osie
moga tdk ada pertumbuhan darah lagi..dan moga wei lian nantinya dpt berkah baby twins
Kusii Yaati
gara gara ganti cover aq sampai bingung ini cerita yang mana 😂
inda Permatasari: maaf terganti otomatis
total 1 replies
Osie
tinggal menuju istana hanbei menghancurkan para pengkhianat
Osie
beraaaaattnya perjuangan wei lian cs
Osie
wei lian jgn ksh ampun tuh jenderal
Cindy
lanjut kak
Osie
wuuuaaaww
Cindy
lanjut kak
sahabat pena
putri seorang jenderal hebat memang cocok nya sama kaisar muda, kutub, setia dan bucin bukan sama putra mahkota 🤣🤣🤣
Cindy
lanjut kak
Osie
gagal fokus sama pet8 kedua..minyak menyala...kagak kebayang senjata pamungkas buatan ah rui
Cindy
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!