NovelToon NovelToon
ENCOUNTER

ENCOUNTER

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir
Popularitas:386
Nilai: 5
Nama Author: Nurul Laila

pertemuan yang membuat jatuh hati perempuan yang belum pernah mendapatkan restu dari sang ayah dengan pacar-pacar terdahulunya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Laila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

“Ara,” panggil sang Ayah mendapati putrinya yang baru pulang kerja.

Maharani ikut bergabung dengan kedua orang tuanya dan juga adik bungsunya, Marsel, yang sedang nonton film laga.

“Iya, Yah?”

“Bikin jadwal buat kita sekeluarga makan bareng Baskara ya,” ujarnya melihat wajah putrinya yang bingung. Pria paruh baya itu terkekeh dan berkata, “Masa kamu gak mau juga ngenalin Baskara sebagai pacar kamu ke Ayah sama Ibu?” katanya lembut.

Maharani kaget. “Ayah tau darimana?”

“Baskara yang bilang langsung ke Ayah,” kata Andi.

Maharani tidak percaya pacarnya itu memberitahu ayahnya secara langsung.

            “Ayah restuin kami, kan?” tanya Maharani.

“Ayah kamu tuh gemes banget dari kemarenan tiap Baskara jemput kamu, kamunya gak pernah ngenalin Baskara sebagai pacar kamu,” kata Retno. “Baru kali ini loh, Ra, Ayah kamu semangat begini,” tambahnya yang memberikan pesan tersirat pada anaknya kalau hubungannya dengan sang kekasih diberikan lampu hijau oleh sang ayah.

            Gadis itu tersenyum lebar. Dari wajahnya terlihat senang dan penuh rasa terima kasih. Baru pertama kali dia mendapatkan restu dari sang Ayah, dan ternyata membuat hatinya lebih ringan. Kegundahannya runtuh sudah.

“Makasih, Yah,” kata Maharani memeluk sang Ayah dari samping.

“Nanti kamu tanyain ke Baskara kapan bisanya ya. Kita bisa dinner di luar bareng,” tambah Andi.

“Kita mau dinner dimana, Yah?” tanya Marsel.

“Terserah Kakakmu ini nanti mau makan dimana,” kata Andi, “kamu harus bisa loh, Sel.”

“Beres, Yah.”

“Aku telpon Kak Baskara dulu ya, Yah.”

            Maharani berlari menaiki tangga dan menutup pintu kamarnya. Dia menenangkan nafasnya berderu, dan duduk ujung di kasur berukuran queen. Mengambil ponsel di dalam tasnya, Maharani langsung menghubungi Baskara yang langsung tersambung pada dering kelima.

“Hallo,” sapa Baskara dari sebrang sana.

“Kak!” suara Maharani terdengar sangat bersemangat.

Baskara tertawa mendengar suara Maharani yang terdengar senang. “Kamu kenapa? Lagi seneng nih kayaknya.”

“Kamu kok gak cerita sih sama aku?”

“Cerita tentang?” Baskara bingung.

            “Itu, kamu udah ngomong sama Ayah kalo kita pacaran. Tsk,” dia berdecak, “kesel banget,” tapi senyuman tak berhenti mengembang dari wajah cantik Maharani.

Baskara tertawa, “kesel tapi aku tau kamu lagi senyum-senyum nih. Suaranya kedengeran seneng soalnya.”

“Ck. Sebel. Kamu kok bisa sih kamu kepikiran buat ngasih tau Ayah? Kamu pake pelet apa sampe Ayah kasih restu?”

Suara tawa Baskara menggema di telinga Maharani, “aku gak pake pelet apa-apa, Sayang,” ujarnya lembut.

            “Ih aku jadi lupa, kan. Kak, Ayah ngajakin dinner bareng. Jadwal kamu kosong kapan?”

“Anytime is ok with me. Minggu ini aku lagi gak sibuk banget kok.”

“Oke. Nanti aku jadwalin ya.”

...♥...

Jumat malam, Baskara sudah siap dengan kemeja Ralph Laurent biru dengan celana beige, menenteng paperbag dan *bouquet* bunga. Berjalan mengikuti pramusaji yang menuntunnya menuju meja tempat keluarga Adhitama yang kata sang kekasih sudah sampai sejak 10 menit yang lalu. Maharani *booked* meja di salah satu restorant yang menyajikan makanan nusantara di Astro Hotel.

“Selamat malam,” sapa Baskara, “maaf saya terlambat,” ucapnya mencium tangan Andi dan Retno.

“Santai, Kak,” ujar Marsel mengembangkan senyum lebarnya.

“Macet ya, Bas?” tanya Retno lembut sambil memberikan senyuman hangat.

“Lumayan, Tante. Ini buat Tante,” Baskara memberikan bouquet bunga dan paperbag itu kemudian duduk di samping Maharani.

Senyum cerah terpancar di wajah Retno, “cantik banget bunganya. Makasih ya, Bas. Ini boleh Tante buka?” Baskara mengangguk, mempersilakan ibu dari kekasihnya membuka kado darinya.

Sebuah *silk scarf* bermotif bunga dari brand ferragamo.

“Bagus gak?” Retno langsung mengenakan scarf itu di lehernya.

“Cantik, Bu. Kalo orang gak tau bisa dikira kakak aku,” kata Miranda memuji Ibunya yang memang masih terlihat muda dibandingkan usianya yang sudah memasuki kepala 5. Pujian yang datang pun serta merta membuat wajah wanita itu semakin cerah.

Makanan datang mulai. Maharani memesan set menu untuk mereka. Ada 5 menu yang akan memuaskan lidah mereka malam ini.

“Jadi, Kak Baskara pake pelet apa sih?” tanya Maharani.

Baskara terkekeh, “aku gak pake pelet apa-apa.”

“Tumben loh Ayah kasih restu,” katanya.

“Oh, jadi mau ayah cabut restunya nih?” goda Andi.

“Ih, gak gitu. Ayah gak mau cerita?”

“Heeem, waktu itu ayah di sogok sama martabak sama artisan tea sama Baskara.”

“Masa, Yah?” tanya Marsel percaya.

Andi tertawa, “beneran. Baskara ini anak yang baik, dia tau apa yang dia mau dan bekerja keras untuk meraihnya. Tau gimana harus bertindak, *professional, he know his value, and he’s smart*,” pujian dari Andi membuat Baskara bingung bagaimana harus bersikap. “dia nih kuliah s2 sambil kerja loh, Bu,” kata Andi memberi tahu istrinya.

“Oh ya? Keren banget loh kamu. Padahal itu gak gampang.”

“Alhamdulillah, Tante. Dapet rejeki tempat kerja yang enak dan bisa nerusin s2.”

“Ibu kamu pasti bangga banget sama kamu ya. Udah ganteng, pinter pula,” ujar Retno.

“Yang bikin Ayah makin tersentuh itu, Baskara dateng ke Ayah sebelum dia nyatain perasaannya ke kamu,” ucap Ayah, “dia minta izin ke ayah buat macarin anak Ayah waktu itu. Jaman sekarang, mana ada yang berani gini,” ucap Andi diiringi suara tawa.

“Tapi ini kalian serius kan? Bukan pacaran main-main, kan?” tanya Retno menatap Maharani dan Baskara bergantian.

“Saya serius, Tante, Pak,” katanya menatap kedua orang tua pacarnya dengan mantap, “walau bukan untuk waktu dekat, tapi saya selalu serius saat saya memulai hubungan ini,” ujarnya membuat Maharani menatapnya lembut dan menggenggam tangan Baskara yang ada di bawah meja.

“Tante gak mau kalo kalian cuma buat main-main ya. Pacaran itu bukan bercandaan dan ajang coba-coba dimana kalian gak pernah serius dalam menjalaninya.”

“Iya, Bu. Ibu tenang aja. Aku juga udah pernah bahas kok sama Kak Baskara.”

“Lo udah siap nikah, Kak?” tanya Marsel.

“Someday. Gak dalam waktu dekat,” jawabnya.

“Lo jangan kaget ya, Kak, kalo Ara nih bisa jadi manja banget,” kata Miranda yang duduk di sebelah sang Ibu.

“Dia nih keliatannya aja mandiri, apa tuh kalo anak sekarang bilang, heeeem, girl boss ya? Tapi aslinya, waaaaah, bisa clingy banget,” tambah Retno membuat Baskara terkekeh. Mengingat bagaimana manjanya Maharani pada dirinya.

“Tapi lucu, Tan, kalo lagi manja. Gemesin. Mau saya bikin pocket sizenya biar bisa saya bawa kemana-mana,” goda Baskara yang mendapatkan pukulan dari Maharani.

“Makasih ya, Yah, Bu, udah restuin aku sama Kak Baskara.”

Kekasihnya malam itu benar-benar berhasil memberikan kejutan. Dia tidak menyangka, memiliki ketakutan akan restu sang Ayah, Baskara sudah menyelesaikan masalah itu jauh sebelum mereka menjadi sepasang kekasih, jauh sebelum pikirannya secara tidak sadar membuka luka di masa lalunya. Kekasihnya memberikan rasa aman yang menenangkan hatinya.

...♥

...

1
Shion Fujino
Menarik perhatian.
Winifred
Aduh, gak sabar pengen baca kelanjutannya!
luhax
Bagus banget deh, bikin nagih!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!