Li Bao Jia, Selir Pertama Putra Mahkota Dinasti Ming, dicopot gelarnya serta di cerai oleh sang putra mahkota setelah melahirkan putra pertama mereka karena dituduh melakukan kudeta terhadap kerajaan.
Ayahnya yang merupakan mantan Jenderal peperangan sejak zaman kepemimpinan Raja sebelumnya di tuntut hukuman mati.
Bao Jia yang baru saja kembali ke kediamannya dengan berbagai macam hinaan dan cemoohan, tiba-tiba mendapatkan serangan dari pasukan kerajaan, semua anggota keluarganya dan pengikut setia ayahnya dibantai.
Adik kesayangannya, Li wang-shu dibunuh dengan kejam, sementara di detik-detik terakhir hidupnya Ia melihat, Pamannya, Li Tuo-li tersenyum dan berkata, "Akhirnya Kamu yang terakhir. selamat tinggal ****** kecil!"
Diantara hembusan nafas terakhirnya, Bao Jia bersumpah, Jika Ia bisa mengembalikan waktu, maka Ia tidak akan pernah menjadi selir putra mahkota, Ia akan mendengarkan nasihat Ayahnya dan tetap bersama keluarganya.
'Tolong Beri Aku kesempatan!' jeritnya dalam hati!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maufy Izha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 : Kamu Akan Kembali Bersamaku!
"Apa??"
"Kamu tuli?"
Huang Fu balik bertanya.
"Dengar, Aku kembali ke rumah karena Ayahku sakit. Aku adalah putri sulungnya, dan Ayahku adalah satu-satunya orang tuaku yang masih hidup. Tentu saja sebagai anak, Aku harus menemaninya beberapa waktu. Aku tahu Kamu selalu mencurigaiku. Tapi Aku hanya mengunjungi Ayahku. Aku bahkan tidak membuat masalah dengan siapapun sebelum pergi dari istana! Lalu rencana apa yang bisa ku buat dalam keadaan hamil seperti ini! Pelayan di istanamu bahkan mengaggapku tidak lebih dari sampah. Lalu menurutmu, rencana apa yang sedang Aku lakukan. Kalaupun ada, satu-satunya rencana yang akan Aku lakukan adalah menceraikanmu dan pergi dari kekaisaran ini selama-lamanya, apa kamu mengerti sekarang???"
Bao Jia meluapkan amarahnya pada Huang Fu hingga terengah-engah. Sementara Huang Fu hanya terdiam menatapnya.
Setelah itu, Bao Jia pun kembali berkata,
"Jadi, daripada membuang-buang waktumu yang berharga sebagai Putra Mahkota, kembalilah ke istana besok, karena Aku masih ingin menemani Ayahku. Lagipula Yang Mulia Permaisuri sudah mengizinkanku tinggal di sini beberapa hari. Jika Kamu masih tidak percaya, dan curiga aku akan berbuat jahat, tempatkan pengawal istana untuk mengawasi rumah ini, perintahkan para tentara kerajaan dengan senjata lengkap jika perlu"
Usai berkata demikian Bao Jia memalingkan wajahnya, sementara tangannya mencoba meraih kain bersih yang ada di sampingnya, Ia ingin segera pergi dari sini, acara berendamnya yang seharusnya berjalan damai dan menyenangkan malah di rusak oleh harimau gila itu.
Sretttt...
"Arrrggghhh!!!"
Bao Jia merasakan tubuhnya meluncur dengan cepat, begitu membuka matanya, Ia berada di atas tubuh Huang-Fu, wajah Pria itu berada tepat di depan matanya.
"Apa..."
Cupp!!
Bao Jia membeku. Huang Fu tiba-tiba mencium bibirnya tanpa aba-aba. Begitu tersadar, Ia pun mencoba memberontak tapi tentu saja tenaganya kalah jauh dengan Huang Fu.
Bao Jia tidak kehabisan akal, Ia menggigit bibir Huang Fu sekuat tenaga hingga rasa anyir darah memenuhi mulutnya.
Huang Fu pun melepaskan ciumannya. Dan menatap Bao Jia dengan tatapan dalam.
Bao Jia mengangkat tangannya dan bersiap menampar wajah Huang-Fu. Tapi Pria itu adalah Huang-Fu, dengan santai Huang-Fu bisa menangkap tangan Bao Jia, tapi Dia tidak mengatakan apapun.
"Apa yang terjadi denganmu? Apa Kamu gila?"
Seru Bao Jia berapi-api.
"Bukankah seharusnya itu menjadi pertanyaanku untukmu? Apa yang terjadi denganmu?"
"Apa maksudmu?"
"Kamu jelas tahu maksudku"
"Apa? Karena Aku tidak lagi menjadi penjilat kakimu? Kamu merasa sayang karena perempuan bodoh yang selalu mengejarmu tiba-tiba berubah? Kenapa? Kamu jadi tidak punya pelampiasan kalau selir kesayanganmu tidak mau melayanimu?? Kalau begitu carilah istri baru! Kenapa malah mengangguku!?!!"
Lanjut Bao Jia, Ia masih berjuang melepaskan tangannya yang terasa sakit dalam genggaman Huang-Fu.
"Argh!" Bao Jia memekik keras saat Huang-Fu tiba-tiba membalik tubuhnya, dengan posisi tangan yang sedari tadi berada dalam genggaman Huang-Fu terlipat di belakangnya.
Bao Jia bisa merasakan nafas Huang yang panas menyerbu lehernya.
"Aku tidak suka. Aku tidak suka sesuatu yang ada dalam kendaliku lepas begitu saja. Aku ingin semuanya yang ada dalam wilayahku berada sesuai dengan tempatnya"
"Tidak, Aku tidak mau!"
"Kamu tidak punya hak menolak"
Ucap Huang dengan pelan tapi terdengar penuh ancaman.
"Apa maumu sebenarnya? Kamu tidak menginginkanku!
('Bahkan membuangku setelah melahirkan anakmu, dasar bajingan')
Bukankah, seharusnya Kamu senang karena Aku akhirnya menyerah. Kamu bebas dariku sekarang! Ah!!"
Huang menggigit telinga Bao Jia, membuat Bao Jia merinding.
"Aku sudah bilang, Aku tidak suka sesuatu yang ada dalam wilayahku tidak berada dalam tempatnya"
"Tempat apa??? Aku bahkan tidak punya tempat disana! Aku bahkan diperlakukan lebih rendah dari pelayan! Jangan pura-pura lupa, tempat tinggal ku di istana bahkan lebih kecil dari kandang babi!"
"Tidak akan lagi. Aku akan merubahnya!"
"Untuk apa??? Aku tidak membutuhkannya, lepaskan!!!"
Bao Jia terus memberontak, tapi usahanya seperti sia-sia di hadapan Huang yang ukurannya 3 kali lipat dari tubuhnya.
"Kembali ke istana bersamaku besok"
"Tidak, Aku sudah mendapatkan izin untuk tinggal disini selama 5 hari, Kamu saja yang pergi!
"Kamu akan kembali bersamaku!"
"Aku bilang tidak mau!!! Oh, perutku!"
Bao Jia tiba-tiba merasakan keram perut yang hebat, hingga muncul warna merah cerah dalam air itu. Huang barulah melepaskan Bao Jia dengan panik. Ia meraih kain kemudian membalut tubuh basah Bao jia dan mengangkatnya dengan cepat.
"Pelayan!!!!" Huang berjalan cepat keluar kamar mandi itu. Liang Yi terkejut bukan main melihat Nyonya nya yang terpejam dan tampak kesakitan.
"Nyonya!!"
"Panggil tabib, cepat!"
Perintah Huang, kemudian Liang Yi secepat kilat menghilang dari sana untuk memanggil tabib.
Huang masuk ke kamar Bao Jia dan dengan pelan membaringkan istrinya itu.
"Ini salahmu, dasar bajingan!!!! Kalau terjadi sesuatu pada Anakku, Aku akan membunuhmu!!"
Bao Jia berteriak di sela-sela rasa sakit dan ketakutannya. Pria ini memang selalu membawa masalah dalam hidupnya!
"Lakukan apapun yang Kamu mau nanti"
Ucap Huang. Meski terlihat tida berekspresi apapun, Huang sebenarnya cukup takut, apalagi melihat darah itu.
"Keluar!!! Tinggalkan Aku sendiri"
"Jangan harap!"
"Kamu!"
****
"Yang Mulia! Tabib keluarga Li sudah tiba!"
"Masuklah!"
Tabib istana dan Liang Yi serta beberapa pelayan yang membawa air serta kain bersih pun masuk.
"Bibi Yi..." Bao Jia tersengal-sengal. Perutnya benar-benar sakit. Mungkin akibat dia terlalu marah karena bertengkar dengan Huang Fu.
"Tolong, semuanya tunggu di luar, Saya harus memeriksa dengan seksama"
Liang Yi dan Huang Fu mengangguk kemudian keluar.
Tabib itu pun mulai memeriksa Bao Jia yang sudah pucat dan berkeringat dingin.
Sementara itu, Di luar. Tidak hanya Liang Yi dan Huang Fu, Ayah Bao-Jia pun ternyata sudah ada di sana?
"Apa... Apa yang terjadi?"
"Maafkan Saya, Ini kesalahan Saya"
Huang Fu mengaku di depan Ayah mertuanya itu.
Li Qibo tidak tahu harus berkata apa, sementara Liang Yi sudah mengutuk Huang Fu sebanyak mungkin didalam hatinya.
Tak berselang lama, Tabib yang merawat Bao Jia keluar dari kamar Bao Jia.
"Ba-bagaimana keadaannya? Apa Anakku..."
"Jangan khawatir, pendarahannya sudah berhasil di hentikan, untungnya masih tergolong pendarahan ringan karena stress dan tekanan darah tinggi. Jadi, lain kali jangan membuatnya emosi atau tertekan. Apalagi, kandungannya masih sangat muda, harus benar-benar dijaga dengan baik, karena masih sangat rawan terjadi keguguran"
"Baik, terimakasih"
"Hmn, Tuan Li, Saya sudah meresepkan obat dan juga supplement untuk menguatkan kandungan Nona Li, cukup minum secara teratur, semuanya akan baik-baik saja"
"Dimengerti, terima kasih Tabib Xi"
"Hmn, Kalau begitu Saya pamit"
Li Qibo dan yang lainnya mengangguk. Tabib Xi diikuti beberapa asisten pelayannya pun meninggalkan kediaman Li.
Suasana menjadi canggung dan hening. Li Qibo bahkan tidak melirik Huang sama sekali. Ia masih memandang menantunya itu karena posisinya sebagai Putra Mahkota Kekaisaran ini. Tapi, Ia juga tidak bisa memungkiri rasa kecewanya melihat putrinya sakit seperti ini.
Seseorang menyampaikan padanya bahwa Bao Jia dan Huang Fu bertengkar didalam ruang pemandian. Lalu, sekarang putrinya hampir mengalami keguguran. Padahal ini adalah kediaman Li, tapi Bao Jia bisa mengalami hal seperti ini.
Li Qibo tidak bisa membayangkan bagaimana putrinya di perlakukan di istana.
Bersambung...