Jangan lupa untuk follow Ig: naendia9
Karina Zanetta, gadis remaja yang cantik namun sayangnya terkenal dengan sikap dingin dan cueknya bahkan dia dapat julukan Ice cube di sekolahan. Tapi suatu momen Karina di tembak oleh Davino Abimanyu, pria tampan yang kebetulan sangat populer di sekolahan.
"Elo mau gak jadi pacar gue?!" ucap Davin.
Dan saat itu juga seisi sekolahan dibuat heboh oleh tingkah Davin yang menyatakan rasa suka pada Karina. Namun sayangnya Karina belum menjawab iya ataupun menolak perasaan cinta Davin, karena Karina menyukai pria lain dan berharap yang menyatakan cinta itu pria itu bukan Davin.
Dan disisi lain Davin sudah dijodohkan sama kedua orang tuanya dengan Jovita, bahkan mereka setelah lulus akan segera dinikahkan.
Bagaimana kelanjutan kisah cinta Karina? Apakah Karina akan bisa mencintai Davin dengan tulus hati atau Karina masih berharap dengan Crush-nya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naendia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
mantan
"Ternyata gue udah berharap duluan." Terlukis senyuman di kaca lift terlihat senyuman Karina terpampang nyata.
Karina hanya menghela nafas yang keluar dari rongga hidungnya," Elo tau Binta? Kenapa gue ngebelain elo? Karena gue tau elo, mungkin elo lupa kenangan yang kita lalu in dulu. Tapi, buat gue kenangan itu masih membekas di hati gue."
***
"Elo apa - apaan sih Maura!" Binta membentak Maura yang sudah ada di depannya ini.
"Gue bakalan ganti rugi duit yang bokap gue pinjem ke keluarga elo! Ingat itu." Binta dengan kesal berjalan pergi meninggalkan Maura. Saat Maura hendak menghentikan pangkah Binta ia tak bisa melakukannya karena langkah Binta jauh lebih cepat dari pada pergerakan Maura.
Binta lantas berjalan ke arah lift melihat di mana lantai itu turun, "Binta!" teriak Maura lagi.
Maura dengan susah payah berjalan menghampiri Binta. Tapi, Binta tak memerdulikannya terlebih dia lebih memilih menggunakan eskalator, dari pada harus menunggu lift yang lama sekali untuk terbuka.
Binta kemudian berlari menghampiri eskalator dan turun dari setiap lantai bahkan Binta menuruni eskalator setengah berlari tanpa menunggu eskalator berjalan otomatis kebawah.
Beberapa orang yang menggunakan eskalator pun di lewati Binta begitu saja sembari masih berlari dari tiap - tiap lantai.
Tak hanya itu Maura melihat tindakan Binta dari kejauhan, "Elo beneran suka sama cewek udik itu?" Maura hanya mengangkat satu sudut bibirnya sembari melipat kedua tangan melihat Binta yang berlari dengan panik nya.
"Gimana? Hubungan elo sama Binta, kalau dia bener - bener cuek in elo gini Maura? Apa elo gak cari cowok lain aja? Elo itu cantik loh Maura? Elo mau, cinta elo bertepuk sebelah tangan begini?" Temen Maura hanya bisa memberikan usulan yang masuk akal untuk Maura.
"Diem elo!" Maura langsung menaikkan nada tinggi nya yang membuat temannya menunduk ketakutan.
"Apapun yang terjadi Binta itu milik gue! Dia udah di takdir in sama gue!" Maura lalu berjalan pergi meningalkan temannya.
"Dasar Maura. Gue gak mau liat elo bucin sendiri begini, elo gak bisa liat apa? Binta gak suka elo."
Sementara Davin dan Jovita masih asik main di Ti*e Zone, "Elo gak mau main beneran?" Jovita mencoba menawarkan kartu tim*e Zone nya yang masih berisi banyak koin.
"Kalau elo mau nih! Kartunya masi ada koin banyak," imbuh Jovita sembari mengulurkan kartu permainan ke Davin yang masih duduk di area pinggiran permainan
Tapi, Davin hanya terduduk diam, "Kan elo yang mau main? Gue cuman nemenin elo. Udah deh! Buruan elo main sebelum gue berubah pikiran!" Lagi dan lagi Davin hanya berbicara ketus pada Jovita.
Jovita yang ngambek dengan segera meninggalkan Davin, sambil bermuka masam.
"Apaan sih! Kan gue nawarin baik - baik! Kenapa malah bentak gue!" Jovita lantas menghentakkan kaki nya ke lantai di setiap dia melangkah. Sembari masih memancungkan bibirnya.
Davin hanya menatap Jovita dari kejauan dan dia masih asik memainkan permainannya.
Karena Davin bosan, akhirnya Davin keluar dari arena Tim* Zone tersebut. Langkah Davin keluar dan berada di pembatas yamg ada di pinggir setiap lantai.
Davin melihat orang - orang yang masih berlalu lalang. Tapi, "Binta? Kenapa dia sendiri? Terus Karina mana?" Davin kemudian mencari ponsel yang ada di saku jaketnya.
Ponsel nya langsung menuju ke nomor telefon yang tertera dengan nama Binta.
"Bin! Elo dimana? Kemana Karina!" Nada bicara Davin mulai sedikit khawatir ketika melihat Binta tak bersama Karina.
"Elo bareng Karina kan?" ujar Davin lagi. Sementara Jovita masih asik main permainan di Tim*e Zone.
Davin tanpa pikir panjang langsung bergegas turun dari lantai tiga untuk mencari Karina, ia juga masih memasang telefon di telinga nya.
"Apaan sih elo! Udah deh! Elo mendingan urusin itu tunangan elo!" tegas Binta.
"Apa sih! Orang elo aja gak becus jaga Karina!" Davin segera memencet tombol buka di lift.
"Tau gitu kan gue anter dia!" bentak Davin lagi.
Sementara Binta yang sedari tadi berlarian mengelilingi mall langsung terhenti setelah mendengar ucapan Davin barusan.
"Apa elo bilang? Elo gak salah ngomong begitu ke gue? Inget Vin! Elo itu udah ada tunangan! Tunangan elo Jovita!" teriak Binta.
"Mendingan elo temenin noh tunangan elo!" Binta yang kesal langsung menutup telefon nya tanpa menunggu Davin menjawab.
Setelah menutup telefonnya, Davin lagi - lagi tak menyerah ia masih saja menelfon Binta.
Binta yang mengetahui nya hanya membiarkan telefon itu bergetar sampai selesai, dan ia pun masih mencari Karina.
Karina lantas menghela nafas panjang melalui hidungnya, "Bisa - bisa nya sih gue nyangka Binta suka juga sama gue."
Karina memandang lurus pancuran yang ada di halaman drop off yang ada di mall Jaysen.
Karina kemudian mengambil ponsel dari tas sling bag nya untuk menghubungi pak Eko supaya menjemputnya untuk kembali ke rumah.
Karina pun menekan nomer ponsel yang di tuju. Namun, saat hendak akan berbicara dan telefon itu sudah terpasang di telinganya, seseorang merebut ponsel Karina.
Karina sontak terkejut kaget menoleh siapa yang melakukan hal demikian.
***
"Loh! Davin kemana? Bukannya dia tadi duduk disini?" ujar Jovita dirinya menoleh kesembarang tempat. Namun, hasil nya nihil tapi, Jovita tak menyerah begitu saja ia kemudian berjalan mengelilingin Tim* Zone.
Pikir Jovita barang kali Davin ikutan main, cuman milih permainan yang berbeda. Akan tetapi dua kali Jovita keliling tetep aja hasil itu masih nihil.
Jovita lantas keluar dari Tim*e Zone untuk mencari binta sambil, tangan nya mengacak - acak isi tas yang di bawanya untuk mengambil ponsel.
Lalu, setelah mendapat kan ponsel di tas nya sembari masih berkeliling dan melihat kesana kemari Jovita dengan segera menelfon Davin.
"Elo kemana sih Vin," gumam Jovita sembari masih berusaha menelfon Davin dan berkeliling di lantai tiga.
Namun, sang pemilik telefon tidak mengangkat nya, "Masa iya sih gue di tinggal!" keluh Jovita lagi.
"Kalau kayak gini gue gak bakalan terima!" Jovita yang murka ia segera menuruni lantai dan mencari nya kembali. Lahi - lagi hasil nya juga nihil.
"Elo kemana Davin! Sialan!" teriak Jovita. Sampai - sampai beberapa orang yang sedang berjalan melihat ke arah Jovita.
"Bisa - bisa nya gue di tingal begini! Kenapa sih slalu ninggalin gue!" Jovita marah - marah tak terima ia sampai berjalan kesana kemari dengan kesal nya.
Sampai akhirnya Jovita yang kelelahan berjalan kemari hanya bisa duduk di bangku yang sudah di sediakan di mall.
Sesekali Jovita juga menghubungi Davin juga. Tapi, hasil itu tetap nihil.
"Gak bisa! Gue gak bisa biarin begini aja! Gue bakalan laporin ke tante Rita. Biar dia tau kalau anak nya kurang ajar sama gue!" tandas Jovita.
Sementara Karina yang sudah ada di area drop off terkejut saat seseorang menarik ponsel nya bahkan mematikan ponsel tersebut.
"Hah! Kok ada di sini? Bukannya elo lagi sama-"
semoga semangatnya juga terus panjang ya. salam dari Aira dan Zayyan di 'aku akan mencintaimu, suamiku' jgn lupa mampir 😉