NovelToon NovelToon
Gairah Cinta Sang Mafia

Gairah Cinta Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Romansa / Sugar daddy / Chicklit
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ibu.peri

Arsenio Wickley, seorang mafia yang berusia 39 tahun. Semenjak kejadian kekasihnya pergi karena kesalahan pahaman, semenjak itu Arsenio menutup hatinya untuk semua wanita. Tapi, kehadiran seorang gadis mengubah pendiriannya. Clara datang kepadanya, dan berniat menjadi sugar baby Arsen. bukan karena uang tapi karena ia butuh kasih sayang yang tidak ia dapat dari orang tuanya.
" Om, aku mau jadi sugar Baby om" ucap Clara sambil menatap wajah Arsen.

" Apa kau tahu, apa yang dilakukan Sugar Baby?" Arsen mendekati wajah Clara, membuatnya sedikit gugup.

" Memang apa yang harus aku lakukan?" tanya Clara yang penasaran, ia hanya tahu sugar baby itu hanya menemani makan, dan jalan-jalan.

" kau harus menemaniku tidur, apa kau mau?" Arsen semakin memojokkan tubuh Clara.

" tidak!! aku tidak mau.." Clara berlari saat mendengar ucapan Arsen.

" Dasar bocah ingusan" ucap Arsen seraya menggelengkan kepala.

Nantikan kisah kelanjutannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibu.peri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Insiden di kampus

Setelah percakapan yang menguras emosi di kafe, Clara, Jodi, dan Vanya kembali melangkah menuju kampus. Waktu masih menunjukkan pukul dua siang, dan masih ada satu mata pelajaran lagi yang harus mereka ikuti.

Langkah mereka terasa berat. Bukan karena kelelahan fisik, melainkan karena suasana yang kini berubah. Dulu, ketiganya berjalan sambil tertawa, menggoda satu sama lain, membahas drama kampus atau dosen galak. Tapi kali ini, hanya bunyi sepatu menyentuh aspal yang terdengar.

Clara sesekali melirik Jodi yang berjalan dengan pandangan kosong. Ia ingin bicara, tapi rasanya tak ada kata yang cukup untuk menjelaskan semua yang masih ia simpan.

Vanya berada di tengah-tengah mereka, merasakan ketegangan yang seperti benang halus siap putus kapan saja. Ia tahu, hubungan Clara dan Jodi tak akan pernah sama lagi—setidaknya tidak dalam waktu dekat.

Sementara itu, di sudut kampus yang lain, seseorang sedang menyusun siasat.

Sera duduk di sebuah meja panjang di dalam sebuah ruangan organisasi mahasiswa. Senyum manisnya menutupi sesuatu yang busuk di balik niatnya.

"Aku punya bahan menarik," bisiknya pelan, menyodorkan ponselnya.

Di layar, tampak sebuah folder penuh gambar—foto-foto editan vul gar Clara dengan pria-pria yang berbeda wajah, dibuat seolah-olah ia tertangkap tidur dengan mereka.

"Ini... dari mana kamu dapat?" tanyanya, setengah tak percaya.

"Tidak perlu tahu, sebarkan saja gambar-gambar ini. Dan buat gosipnya meledak, aku ingin lihat dia jatuh terhempas."

"Apa imbalan, untukku?," Pria itu tersenyum menyeringai menatap tubuh Sera yang memakai rok mini dan kaos ketat.

Sera tersenyum miring. “Kau boleh bermain denganku, satu kali," Sera mengedipkan sebelah mata pada pria bernama Rian, ketua organisasi di kampus.

Mereka langsung menuju sebuah ruangan kecil yang ada di sana, ruangan itu biasa dipakai untuk istirahat. Disana, mereka berdua melepaskan has rat. Karena ruangan itu tertutup, jadi orang lain tidak ada yang mendegar suara mereka.

****

Kembali ke ruang kelas, Clara duduk di kursinya dengan tatapan lelah. Ia membuka buku catatan, mencoba memusatkan perhatian pada pelajaran terakhir hari itu. Namun pikirannya masih melayang ke percakapan dengan Jodi. Hatinya terasa berat.

Jodi duduk di baris samping, tapi tidak menoleh sedikit pun. Ia menulis, mencatat, mengangguk pada penjelasan dosen. Seolah Clara tak lagi berada dalam orbitnya.

Vanya duduk di antara mereka, mencuri pandang ke kiri dan kanan. Ia tahu dua orang yang disayanginya ini sedang berada dalam perang batin. Dan ia hanya bisa menjadi penonton.

Waktu berlalu pelan.

Dosen menutup kelas dengan tugas baru dan peringatan ujian mendadak minggu depan. Mahasiswa mulai keluar satu per satu. Clara membereskan bukunya, berniat segera pulang. Ia tidak tahu bahwa badai sedang mendekat.

Di kampus sedang gempar. Grup obrolan mahasiswa, story Instagram, bahkan komunitas kampus di forum daring mendadak dibanjiri satu topik yang sama.

“Si Clara itu ternyata simpanan!”

“Liat saja, dia tidur sama pria-pria beda tiap malam.”

“Anak baru, tapi gaya hidupnya sudah kayak artis padahal seorang sugar baby!”

Foto-foto yang tersebar memang mengguncang. Clara tampak tertidur di ranjang—berbeda-beda latarnya, namun selalu dengan satu pria berbeda di sebelahnya. Semua dengan wajah blur, tapi pose dan setting yang cukup untuk memancing asumsi liar.

Padahal, foto-foto itu jelas palsu. Wajah Clara ditempel dengan kasar namun cukup meyakinkan bagi mereka yang memang ingin percaya buruknya.

Di salah satu foto, bahkan terlihat jam tangan Arsen tergeletak di meja, seakan menyiratkan bahwa salah satu pria dalam foto adalah dia.

Clara yang saat itu baru keluar dari kelas mendadak dihampiri tatapan sinis dan bisik-bisik.

“Pantas saja gayanya berubah,” bisik salah satu mahasiswa.

“Make up tipis biar manis. Tapi di balik itu? Gila,” tambah yang lain.

Clara melangkah pelan, tak mengerti. Hingga akhirnya, Vanya menghampirinya dengan wajah panik.

“Clara… kamu sudah lihat belum?” Vanya langsung menarik tangan Clara ke balik gedung, memperlihatkan ponselnya.

Clara tercekat. Matanya membelalak, napasnya tercekat. Ia nyaris tidak percaya pada apa yang dilihatnya.

“Itu… bukan aku…”tangannya mengepal erat, saat melihat gambar dirinya tanpa busana.

“Clara, aku tahu itu editan. Tapi semua orang di kampus tidak mempedulikan itu bener atau salah. Mereka cuma peduli bahan gosip,” kata Vanya menahan amarah.

Clara terdiam. Tubuhnya lemas. Ia merasa ingin lenyap dari dunia.

Tak lama, Jodi datang dengan raut wajah kalut.

“Clara… aku lihat semua itu. Dan aku… aku tidak tahu harus percaya atau tidak,” ucap Jodi dengan nada getir. Ia tak marah, namun terlihat bingung dan kecewa.

“Jodi, kau sahabatku, pasti kau tahu apa yang benar dan apa yang salah.… tapi.. itu terserah pemikiran mu” Clara menatap Jodi dengan wajah pasrah.

Vanya menggenggam tangan Clara, mencoba menguatkan sahabatnya itu.

Namun dari kejauhan, mata tajam milik seseorang mengamati kerumunan itu dengan aura dingin menyelimuti. Arsen, berdiri di bawah pohon rindang, wajahnya tenang namun sorot matanya tak main-main.

Ponselnya berdering. Bodyguardnya melapor.

“Tuan, kami sudah mengidentifikasi IP address penyebar awal. Itu berasal dari salah satu jaringan fakultas.”

Arsen mendecak pelan. “Cari siapa yang menyebarkan, siapa yang menyuruhnya, dan siapa yang mengedit. Aku ingin semuanya bertekuk lutut. Hari ini.”

Satu hal yang tidak diperkirakan Sera adalah: pria yang sedang dia permainkan bukanlah pria biasa. Dan bagi Arsen Wickley—tak ada ampun untuk orang yang menyentuh miliknya.

*****

Langit mendung menggelayut di atas kampus, seolah menyerap emosi tegang yang mulai menguar dari setiap sudutnya. Setelah mendapat laporan dari anak buahnya, Arsen tak menunda waktu. Langkah-langkah kakinya yang berat dan pasti menggema saat ia berjalan menuju ruangan organisasi kampus. Wajahnya dingin, sorot matanya merah menahan amarah.

Tanpa basa-basi.

BRAK!

Satu tendangan keras menghancurkan pintu kayu hingga terpelanting ke dalam ruangan, membuat semua yang berada di dalamnya tersentak panik. Mata Arsen menyapu seluruh ruangan, penuh amarah. Ia berdiri tegak, aura mengintimidasi menyelimuti seisi ruangan.

Sera, yang baru selesai merapikan pakaian, memucat di sudut ruangan. Sementara Rian—yang masih sibuk mengenakan kaosnya setelah jelas melakukan sesuatu yang tidak etis—menatap terkejut.

“Siapa kau?! Berani-beraninya masuk ke sini!” Rian mencoba menantang, meski nada suaranya gemetar.

BUKH!

Tanpa peringatan, satu pukulan telak mendarat di wajahnya. Tubuh Rian terdorong ke belakang, membentur meja.

BUKH!

Satu pukulan lagi menghantam perutnya, membuatnya meringkuk kesakitan.

“Ini balasan untuk orang yang berani-berani menyentuh milikku,” desis Arsen tajam.

Ia mencengkeram kerah baju Rian, menyeret tubuh itu tanpa belas kasihan, lalu melemparkannya ke lantai dengan kasar.

“Aaaah!”

Teriakan Rian menggema saat Arsen menginjak keras telapak tangannya.

“Siapa yang menyuruhmu menyebarkan foto-foto itu?” Arsen bertanya datar namun menakutkan. Suaranya pelan, tapi tekanan emosinya seperti palu godam yang menghantam dada.

Rian meringis menahan sakit. Pandangannya beralih ke arah Sera, yang berdiri pucat, menggigil di sudut ruangan.

Sera menggeleng cepat, panik. Namun tatapan penuh ancaman Arsen membuat Rian tak sanggup berbohong lebih lama.

“S-saya… saya sendiri… Aakh!”

Rian kembali menjerit saat Arsen memutar kakinya lebih kuat, menghimpit tulang-tulang jarinya.

“Kau masih ingin berbohong?” Arsen menatap tajam.

Tak menunggu lagi, Arsen kembali menarik kerah Rian dan menyeret tubuhnya keluar ruangan. Sera hanya terdiam kaku, keringat mengalir deras dari pelipisnya.

Namun sebelum meninggalkan ruangan, Arsen berhenti sejenak di ambang pintu.

“Aku akan mencari tahu pelakunya sendiri. Dan jika ketahuan, tak akan ada belas kasihan,” ucapnya, dingin, tanpa menoleh.

Sera menelan ludah, tangannya gemetar. Jantungnya seperti akan meledak. Ia tahu… waktunya hampir habis.

**

Di halaman kampus, mahasiswa-mahasiswa langsung menyingkir ketika melihat Arsen menyeret Rian seperti seekor hewan. Bisik-bisik memenuhi udara. Sosok pria dewasa berwajah dingin itu dikenal sebagai "Sugar Daddy Clara", tapi sekarang... mereka semua mulai sadar, pria itu bukan orang biasa.

Clara berdiri terpaku di dekat gerbang, wajahnya masih pucat akibat kejadian sebelumnya. Saat Arsen mendekat dan melemparkan tubuh Rian tepat di hadapannya, Clara membekap mulutnya, terkejut.

BRUGH!

Tubuh Rian terguling, mengerang kesakitan.

“Harus aku apakan orang ini?” tanya Arsen tajam, menatap mata Clara dalam-dalam.

Clara menatap pria itu bingung. “D-dia…?”

“Dia yang menyebarkan gambar-gambar itu. Sekarang, katakan padaku, apa kau ingin aku menghabisinya di sini juga?” Ucapan Arsen dingin, namun jelas dan mengancam.

Rian yang mendengarnya langsung bersujud, menangis di kaki Clara.

“Clara… tolong… ampuni aku… aku hanya disuruh Sera! Aku minta maaf! Aku… aku tidak tahu kalau kamu punya backing sekuat ini…”

Clara membeku. Dalam hatinya, ia sudah menduga. Tidak mungkin ada orang lain yang membencinya sebegitu dalamnya selain Sera—saudara tirinya sendiri. Kebencian yang seolah mendarah daging, tanpa sebab yang pernah benar-benar jelas.

Di kejauhan, Sera menyaksikan semua itu dengan panik. Wajahnya pucat pasi, tubuhnya gemetar.

“Sialan, Rian! Percuma aku memberikan tubuhku, kalau ujung-ujungnya dia mengaku juga!” umpatnya sambil berlari menjauh dari kerumunan. Ia tahu, waktunya tinggal sedikit sebelum semuanya berakhir untuknya.

**

Tak lama kemudian, rektor kampus bersama beberapa dosen dan petugas keamanan bergegas menghampiri.

“T-tuan Arsen… mohon tenang, kita bisa bicarakan ini baik-baik…” ucap Pak Mahendra, sang rektor, dengan suara pelan penuh kecemasan.

Arsen menoleh, menatap pria berkepala plontos itu dengan dingin.

“Kau tak becus mengurus kampus ini. Seharusnya kau sudah dipecat sejak lama.”

Pak Mahendra langsung pucat. Ia tahu siapa pria di depannya ini. Satu telepon dari Arsen Wickley saja bisa membuat hidupnya berakhir.

“M-maafkan saya, Tuan. Saya akan mengurus ini secepatnya…”

“Tidak perlu. Aku yang akan mengurusnya sendiri.”

Lalu, Arsen berbalik ke arah seluruh mahasiswa yang mulai berkumpul menyaksikan kejadian itu.

“Siapa pun yang berani mengganggu Clara,” suaranya menggema, tegas dan menggetarkan, “akan berurusan langsung denganku!”

Setelah itu, ia menarik tangan Clara yang masih terpaku dan syok, membawanya menuju mobilnya yang telah menunggu.

Dua bodyguardnya langsung mengangkat tubuh Rian yang masih mengerang dan meronta, membawanya pergi entah ke mana.

**

Dari kejauhan, Vanya dan Jodi hanya bisa diam menyaksikan semuanya. Vanya menatap Jodi dengan pandangan bertanya.

“Kau percayankan… kalau pria itu bisa melindungi Clara”

Jodi tidak menjawab. Matanya hanya menatap mobil yang perlahan menjauh dari kampus, membawa Clara bersamanya.

Dalam diam, hatinya mulai yakin satu hal.

Arsen Wickley… bukan pria biasa.

1
vj'z tri
sera menyerahkan diri ke dewa kematian 🤣🤣🤣🤣🤣
☠⏤͟͟͞R𝕸y💞𒈒⃟ʟʙᴄ🍎
keren... tp knp sera gk sekalian diseret aja.. biar kapok
Dhaa28: nanti kak, bakal ada balasan buat sera🙂
total 1 replies
vj'z tri
wuahhhhh ada yang langsung lega perasaan nya 🤭😁🥳🥳😘
vj'z tri
gak tahu ajj Mr Arsen dah nahan dari malam 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
shila fardell
gass thorrr...
shila fardell
crita mu oke thorr ... semangattt 🤗
vj'z tri
ketawan kan pura pura tidur 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri: iya kk sambil nunggu up coba baca karya yang satu lagi seru juga loh 🥳🥳
Yunita Samsung: seru banget ya cerita nya
total 2 replies
Dessy Rinda
lnjt kak thor,up nya jgn lm2 ya..seru ceritanya
Dhaa28: siap kak👍👍
total 1 replies
vj'z tri
auto lari keburu singa ngamok 🤣🤣🤣🤣🤣
Dhaa28: wkwkwkwk.
total 1 replies
vj'z tri
buahahahhaha jadi detektif nya belum sejam dah kebongkar Dady Arsen 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
jodi bisa tolong minggir sebentar itu yang punya Clara udah membara 😱😱😱
vj'z tri
😭😭😭😭😭😭😭😭😭 bersambung lagi 😭😭😭😭😭🤧🤧🥳
vj'z tri
huawasaaaa alarm bahaya berbunyi ....ayang beb langsung meluncur ✈️✈️✈️✈️✈️✈️🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
lanjut Thor 🥳🥳🥳🥳
vj'z tri
lanjut Thor penasaran aku loh 🤭🤭🤣
Dhaa28: jadi semangat buat update 😆
total 1 replies
vj'z tri
🎉🎉🎉🎉🎉🎉
vj'z tri
🤭🤭🤭🤭 ternyata selain aku Vanya juga mendukung 🤭🤭🤭
vj'z tri
lanjut gak pake lama 🥳🥳🥳
vj'z tri
kalau Deket clara ,auto amnesia ya ar🤣🤣🤣🤣
Dhaa28: 🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
vj'z tri
Clara semangat 🤩🤩🤩🤩 lanjut Thor 🥳🥳🥳
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!