popy gadis manis yang hidupnya tak semanis senyumannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anindia Andin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
mata itu
"popy... ayo makan malam sayang... "
tidak ada sahutan dari kamar popy, bu mala mengetuk ulan pintu kamar popy
begitulah bu mala, setelah menghajar popy habis2an sore tadi, sekarang berbuat seolah-olah kejadian tadi tak perlu terjadi.
tak lama kemudian popy menyahut perintah ibunya "iya bu.... " popy keluar dengan mata sembat
"popy... apa maksudnya ini? kamu mau menjukan ke suamiku kalo kamu habis aku hajar?"
"bukan bu... bukan... popy habis shalat, menangis bu... "
"bereskan dulu wajahmu baru kamu gabung kita untuk makan"
perintah bu mala sambil berlalu meninggalkan popy di depan pintu kamar
tak lama kemudian popy menyusul ke meja makan dan bergabung dengan keluarga yang sudah membesarkannya
"popy... nanti ke kamarku ya.. aku mau cerita"
popy mengiyakan tawaran bunga dengan angukan kepala
"bunga... kamu tau kan papa tidak suka ada anak papa yang pulang sekolah terlambat, kemana kamu tadi? kamu juga bu, kenapa bunga sampai pulang terlambat? "
"bunga tadi ada kerja kelompok untuk mengerjakan P5 pa... mau nelp atau Chat HP bunga lowbat" bunga mencari seribu alasan untuk menutupi kesalahannya
"apa benar ada kerja kelompok popy?" tanya om aji ke popy yang mulutnya di penuhi dengan makanan
"om... " popy menelan dulu makanan yang ada di mulutnya "kelas popy dan bunga kan ndak sama om... beda kelas juga beda tugas om" mala tahu benar tugasnya, krn pasti sama walaupun beda kelas, popy hanya beralibi supaya tidak menyulitkannya juga
om aji hanya menganggukkan kepala
"bunga, ceritanya agak malam dikit ndak pa2 kan bung?"
"memangnya kamu mau kemana pop?" ujar bunga
"habis sholat maghrib dan di lanjut setelah sholat isya, aku ada acara rapat sama karang taruna, kamu mau ikut?"
"ndak pop... aku capek, nanti pulang langsung ke kamar ku ya pop, banguni aku kalo aku sdh tidur"
"oke... " tanpa banyak kata popy beranjak dari tempat duduknya dan membereskan Meja makan
"bu.... om... popy ijin rapat ya... "
"iya pop... tapi jangan malam2 ya" sahut om aji dan di sambut dengan angukan kepala dadi bu mala
"oh ya ma.... uang di atas lemari es tadi aq ambil 300 ribu, maaf tadi keburu buru blm bilang"
glllllllleeekkkk... tenggorokan popy seperti tercekat, bukan dia yang berbuat tapi di ambil om aji tapi popy yang di hajar.
ingin rasanya hati popy memberontak, bukan sekali ini seperti ini. bukan popy yang berbuat tapi selalu di salahkan oleh bu mala
"ohhh iya pa... tadi aku cari uang itu, ternyata papa yang ambil?" sahut bu mala sambil melirik mala yang berlalu kedapur
"assalamu'alaikum om... assalamu'alaikum bu... popy berangkat"
"Walaikumsalam... " sahutan bersamaan dari om aji dan bu mala
tak lama kemudian popy sudah sampai di rumah anton si ketua karang taruna di kampungnya, disana sudah berkumpul pemuda karang taruna, ada sosok mata yang mengawasi popy sejak popy menginjakkan kaki di pekarangan rumah anton.
bukan hanya satu mata yang mengagumi paras manis popy, mulai dari perjaka sampai duda, mereka mengagumi paras manis popy di tambah dengan keanggunan tutur kata popy
Mereka memulai rapat dengan konsep jalan sehat, galang dana dan di akhiri dengan jalan setelah acara selesai.
dari kejauhan azan isya sudah berkumandang
"kita lanjutkan nanti setelah sholat isya ya" ujar anton sambil menutup buku konsep yang mereka rapatkan
"baiklah... " ucap mereka hampir bersamaan
Sambil berlalu menuju masjid, anton Menyusul popy yang berjalan mendahuluinya
"pop... kalo bisa bunga kamu ajak ya"
"iya mas anton, popy usahakan ya, tadi sudah aku ajak, kayaknya bunga kecapean"
"walaupun ndak ikut rapat, bunga kamu ajak waktu acara saja, kamu ajak jadi team kamu, semua muda mudi ikut masak anak pak RT ndak ikut?"
"iya mas" ucap popy singkat, takut mbk desi pacar anton cemburu, dan popy mempercepat jalannya dan meninggalkan anton
popy bukan hanya gadis yang pintar dan manis tapi juga baik, tubuhnya yang tak terlalu tinggi dengan badan yang padat dan berisi semakin menambah keindahan ciptaan Tuhan yang sempurna
Setelah sholat isya berjamaah, sebagian muda mudi itu kembali ke rumah anton untuk menyelesaikan rapat yang kegiatan di kampungnya tinggal menunggu hari saja,
popy tak pernah bergegas beranjak dari sajadahnya, popy melantun zikir yang indah untuk sang Khalik
"lepaskan akk...." mulut popy di bekap oleh sosok bertopeng itu, tenaganya tak kuat memberontak dari pria itu
di kegelapan malam popy di bawa oleh laki2 tinggi gagah itu ke suatu rumah kosong yang di anggap angker oleh warga sekitar, jangankan masuk ke rmh kosong itu, warga masuk pekarangannya saja tidak berani.
Dengan mulut di bekap, tak lama kemudian mulut popy di bekap dengan lakban, melilit sampai ke kepalanya, popy hanya merona, walaupun itu gagal dan popy sudah lelah dan tak punya tenaga untuk meronta lagi. dalam hati popy, dia pasti akan di perkosa oleh laki2 itu
Dengan lembut tangan besar itu mulai melucuti satu persatu baju popy, meninggalkan hijab yang dia kenakan, sambil mengis dan melotot, popy terus meronta dan serusaha melepaskan diri dari pria itu
Pria itu memperlakukan popy dengan lembut bukan yang biasanya pemerkosa lakukan dengan kasar
popy di baringkan di tempat tidur usang tapi masih kuat, pria itu tidak berkata sedikitpun, hanya gerakan yang dia lakukan, popy masih Terus menangis, popy memejamkan matanya ketika pria itu membuka wadah rudalnya.
Popy tersentak seketika benda keras berusaha menembus miliknya yang dia jaga dan hanya di serahkan untuk suaminya kelak.
pria itu sangat pelan, dia tau kl popy masih perawan, popy menangis dan memejamkan matanya, sedih, hancur, malu, itu yang ada di dalam pikirannya saat ini.
kejadian itu membuat popy sangat sedih, tapi jujur dia hampir menikmati tubuh yang menindih dirinya, yang merengut keperawanannya, bukan perlakuan kasar, tapi sangat lebut... sampai di ujung perjuangan, pria itu merapikan lagi baju popy, memakaikan satu persatu baju popy, popy tetap menendang nendang pria itu, tak lama kemudian ikatan tangan popy dia lepas dan pria itu berlari lewat belakang rmh itu.
Popy bergegas membuka lakban yang ada di mulutnya dan menangis sejadi jadinya, berteriak, putus asa. popy keluar dari rumah kosong itu dengan amburadul, meningggalkan tas berisi mukena di rumah itu, pulang dengan menangis