NovelToon NovelToon
Kamboja

Kamboja

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: Rinarient 2

Kisah haru seorang gadis yang dilahirkan dari sebuah keluarga miskin. Perjuangan tak kenal lelah mencari bapaknya yang pergi ke luar negeri sebagai TKI, dimulai setelah ibunya meninggal dunia.
Sepeninggal ibunya, Lily kecil diasuh oleh tetangga yang trenyuh melihat nasibnya. Namun ternyata hal itu tidak serta merta merubah nasib Lily. Karena tak lama kemudian bunda Sekar yang mengasuhnya juga berpulang.
Di rumah keluarga bunda Sekar, Lily diperlakukan seperti pembantu. Bahkan Lily mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh suami almarhumah. Lelaki yang sangat dihormati oleh Lily dan dianggap seperti pengganti bapaknya yang hilang entah kemana.
Ditambah perlakuan kasar dari Seruni, anak semata wayang bunda Sekar, membuat Lily akhirnya memutuskan untuk pergi.
Kemana Lily pergi dan tinggal bersama siapa? Yuk, ikuti terus ceritanya sampai tamat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rinarient 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 Saling berebut

Lily dan Lavender kembali duduk. Lily mulai merasa nyaman dengan teman barunya itu.

Sebenarnya mereka bukan teman baru. Hanya saja Lavender baru menganggap Lily sebagai temannya.

Mereka asik ngobrol dan bercanda. Membuat beberapa pasang mata menatap ke arah mereka.

Beberapa merasa heran melihatnya. Karena selama ini Lily hampir tak pernah berkumpul apalagi di kantin.

Ternyata asik juga nih anak diajak ngobrol. Batin Lavender.

Lavender pun mulai menyukai Lily. Ngobrol dengannya tak ada jaim-jaiman. Lily bicara apa adanya.

"Jadi kamu tiap hari berjalan kaki?" tanya Lavender heran.

Sedangkan dia setiap hari diantar jemput oleh supir pribadi keluarganya.

Lily mengangguk.

"Enggak capek?" tanya Lavender lagi.

"Ya capek, sih. Tapi mau gimana lagi," jawab Lily.

Lily perlahan menceritakan kondisi keluarganya pada Lavender. Bukan untuk minta dikasihani. Tapi justru untuk meyakinkan Lavender, apa masih mau berteman setelah tahu kondisi Lily yang sebenarnya.

"Bagaimana kalau nanti pulangnya aku antar?" tanya Lavender.

Lavender sering merasa jenuh berangkat dan pulang sekolah hanya diantar supir.

"Enggak usah. Nanti malah merepotkan," tolak Lily.

"Ya enggak lah. Kan yang bawa mobil supirku," sahut Lavender.

Lily tak mengiyakan. Dia masih ragu dengan keinginan temannya itu.

"Ly. Aku tuh sebenarnya kesepian tau. Di rumah cuma ada aku ama pembantu. Papa dan mamaku sibuk kerja. Kami cuma bersama saat sarapan lagi. Setelah itu, mereka sibuk dengan kerjaan masing-masing," cerita Lavender.

Lily mendengarkan dengan baik.

"Kamu enak. Tiap saat bisa ketemu ibumu. Punya temen ngobrol. Bisa curhat," lanjut Lavender.

Enak? Kami hidup serba kekurangan. Enaknya dimana? Batin Lily.

Tapi Lily cuma bisa tersenyum. Tak enak rasanya kalau mesti mengungkapkan masalah yang sebenarnya.

"Kamu enggak punya kakak atau adik?" tanya Lily.

Lavender menggeleng.

"Aku anak tunggal. Makanya aku kesepian. Kamu mau ya, sekali-kali main ke rumahku?" pinta Lavender.

Lily menatap wajah Lavender yang penuh permohonan.

"Mau ya?" mohon Lavender.

Lily mengangguk meski ragu. Lavender tersenyum senang.

"Tapi aku mesti pamit ibuku dulu," ucap Lily.

"Ya pastilah. Kamu bisa telpon ibumu kalau mau main ke rumahku," sahut Lavender.

Lily menunduk.

"Kenapa?" tanya Lavender.

"Kami enggak punya handphone," jawab Lily.

"Hah?" Lavender melongo mendengarnya.

Menurutnya sangat aneh, di jaman yang sudah sangat modern seperti ini, masih ada orang yang tak memiliki handphone.

Sedangkan dirinya saja, sering ganti handphone kalau ada keluaran terbaru.

"Kaget, ya?" tanya Lily.

Lavender mengangguk.

"Kan udah aku bilang tadi, hidup kami pas-pasan. Boro-boro buat beli handphone, buat...." Lily tak meneruskan kalimatnya.

"Apa?" tanya Lavender penasaran.

Tet!

Bel tanda masuk berbunyi. Lily segera berdiri. Dia merasa terselamatkan karena tak harus menjelaskan pada Lavender.

"Ayo masuk ke kelas," ajak Lily.

Lavender pun mengangguk dan berdiri.

"Ly. Kamu berhutang padaku," ucap Lavender sambil berjalan.

Lily menoleh.

"Berhutang apa?" Lily mengerutkan keningnya.

"Berhutang penjelasan padaku," jawab Lavender.

"Udah ah. Lupain aja," ucap Lily.

"Enggak bisa begitu, Ly. Kamu mesti jelasin padaku kenapa kalian sampai enggak punya handphone," sahut Lavender.

Lily tersenyum geli. Menurutnya geli sekali anak orang kaya seperti Lavender mau tahu banyak tentang kehidupannya.

"Kapan-kapan aja," sahut Lily.

"Beneran ya. Aku tunggu loh," ucap Lavender.

Lily mengangguk.

Mereka sampai di kelas. Lily menuju ke bangkunya.

"Ly. Kamu bisa geser ke sana?" tanya Lavender yang sudah membawa tasnya.

"Bisa. Kenapa?" Lily balik bertanya.

"Aku mau duduk sama kamu," jawab Lavender.

Hah?

Lily bengong mendengarnya.

Selama ini tak ada satu temanpun yang mau duduk di sebelahnya. Bangku di sebelah Lily selalu kosong.

Lavender mengangguk untuk meyakinkan Lily.

Lily pun bergeser ke sebelahnya.

Teman-teman yang lain, termasuk Sonia yang sudah berada di kelas, terkejut melihatnya.

"Enggak salah tuh si Lavender?" bisik teman-teman Lily.

"Tau tuh. Kena pelet kali. Makanya Lavender jadi tunduk ama si miskin itu," sahut yang lainnya.

"Ly. Abaikan tatapan temen-temen kita. Mereka emang sukanya merendahkan orang lain," bisik Lavender.

"Enggak apa-apa. Udah biasa," sahut Lily.

Lily sudah kebal dengan tatapan sinis teman-temannya.

Lavender menepuk-nepuk tangan Lily. Berusaha memberikan supportnya.

Dan siang itu, Lily dan Lavender melewati hari dengan menyenangkan. Mereka mengikuti pelajaran dengan serius. Hal yang jarang sekali dilakukan oleh Lavender.

Biasanya Lavender pamit ke UKS atau ke toilet saat sudah merasa bosan dengan pelajaran.

Tapi kali ini dia tidak tergoda meski beberapa temannya sudah cabut keluar kelas.

Ternyata menyenangkan sekali punya teman sebangku. Gumam Lavender dalam hati.

Tadinya Lavender juga duduk sendirian. Dia malas duduk dengan teman yang lain.

Dan teman-teman mereka pun banyak yang melakukan hal sama.

Sebenarnya jumlah siswa di kelas Lily sudah sesuai dengan jumlah bangku. Tapi karena setiap hari banyak yang absen, jadi banyak bangku yang kosong.

Melihat Lavender duduk di sebelah Lily, Doni perlahan pindah ke tempat duduk Lavender.

"Ngapain kamu pindah di situ?" tanya Lavender pelan.

"Aku mau deket kalian. Bosen duduk di sana terus," jawab Doni.

Selama ini Doni duduk berganti-ganti teman, karena menurutnya pada enggak asik.

"Ly. Nanti pulangnya bareng aku ya? Kita jalan kaki lagi," pinta Doni.

"Enak aja. Lily mau aku anterin pulangnya," sahut Lavender.

"Jangan mau, Ly. Enakan juga jalan kaki. Biar sehat," ucap Doni.

Lily hanya diam. Mendengar mereka bicara, membuat konsentrasi belajar Lily buyar.

"Enakan naik mobil lah. Enggak panas. Enggak capek." Lavender membela diri.

"Jangan mau, Ly. Kita jalan kaki aja. Nanti aku traktir es di ujung jalan sana," rayu Doni.

"Aku juga bisa traktir Lily. Kita nanti mampir ke rumah makan. Kita makan siang bareng, Ly," ucap Lavender tak mau kalah.

"Jangan gitu dong, Ven. Kamu kan udah duduk ama Lily, gantian pulangnya Lily bareng aku," pinta Doni.

Lily jadi heran dengan mereka berdua. Kenapa malah jadi memperebutkannya?

Padahal biasanya, boro-boro mau dekat sama Lily, menoleh pun tak pernah.

Apalagi Doni yang paling senang mem-bully Lily.

"Enggak! Pokoknya Lily pulang ama aku!" ucap Lavender ketus.

Suaranya meninggi hingga terdengar oleh guru pengajar.

"Ada apa Lavender?" tanya bu Santi yang sedang memberikan pelajaran.

"E...enggak, Bu!" sahut Lavender.

"Kamu juga Doni! Jangan ngomong terus!" ucap bu Santi.

"Iya, Bu!" sahut Doni. Dia pikir bu Santi tak mendengar omongannya tadi.

"Sekarang kita lanjutkan bab berikutnya!" ucap bu Santi.

Siswa yang lain melenguh. Mereka sudah sangat bosan dengan pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan bu Santi.

Banyak yang menguap dan akhirnya satu persatu berusaha pamit ke toilet.

"Stop! Enggak ada lagi yang boleh keluar. Sampai teman kalian yang tadi keluar, kembali!" ucap bu Santi dengan ketus.

Huh!

Para siswa mulai bergemuruh. Mereka sudah tidak betah duduk.

Sementara Lavender dan Doni kembali memperebutkan Lily.

1
Shuhairi Nafsir
Mohon Thor jadikan Lily anak yang tegas . jenius lagi bisa bela diri
Anita Jenius
Baca sampai sini dulu. 5 like mendarat buatmu thor. semangat ya.
Rina Rient: Siap..Terima kasih like-nya 🙏
total 1 replies
Fatta ...
lanjut Thor..,
Rina Rient: Siap..tunggu episode-episode selanjutnya, ya 🙏
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjut thor
Rina Rient: Siap..tunggu yaa 🙏
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjutkan, crazy up thor
Anto D Cotto
menarik
Rina Rient: Terima kasih 🙏
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal kak. 3 like mendarat buatmu thor. semangat ya
Rina Rient: Terima kasih 🤗
total 1 replies
Irsalina Lina
kapan ep ke 2 nya di tanyangkan thoor?......, GK sabar ni mau baca. soalnya cerita nya bagus dan menarik
Rina Rient: Sabar ya..step by step 😊
total 1 replies
Mamimi Samejima
Bikin happy setiap kali baca. Gak bisa berhenti bacanya.
Rina Rient
terima kasih🥰.. tunggu episode2 selanjutnya ya 🙏
Jing Mingzhu5290
Saya merasa terinspirasi oleh perjuangan tokoh-tokoh dalam cerita.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!