Ratih gadis miskin yang lugu dari Desa Cempaka yang di cintai oleh sosok Siluman ular yang berusia ribuan tahun----Setelah cintanya dikhianati oleh Arya, anak kepala Desa dusun Cempaka. Ratih Dipaksa membuat Perjanjian pernikahan dengan Pangeran Naga Seta yang sudah terobsesi pada Ratih----demi keamanan desanya lewat pernikahan gaib.
Warga Desa yang kembali terikat dengan Siluman ular penghuni aliran Sungai Seta harus memberikan sayeba setiap sebulan sekali untuk Siluman ular penghuni sungai, akankah warga desa terlepas dari perjanjian gaib ini.
Mengisahkan Dendam, Sakit hati, dan Perjanjian gaib di jadikan satu dalam novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Sabina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Malam hari dengan hembusan angin dan hujan yang deras---dari sungai seekor ular putih keluar dari Sungai menuju rumah gubuk di pematang sawah.
Lalu melihat seorang gadis yang mengenakan jarik dan kaos dalam putih duduk sambil membuat anyaman, rambutnya panjang sampai pinggang hitam lurus.
Ular putih itu menatap Ratih yang sedang menganyam dengan tatapan penuh minat, tangannya menganyam sedangkan pikiran Ratih terus berpikir bagaimana cara melunasi hutang mendiang sang ayah----waktu semasa hidup seperti kecanduan judi.
Ratih melihat ibunya sudah tidur, lalu dirinya akan tidur setelah menyelesaikan pekerjaannya di samping sang ibu.
"Bagaimana cara aku membayar hutang Bapak?" batin Ratih memikir permasalahan sang ibu, lalu tak berapa lama terlelap ke alam mimpi.
Malam di dusun Cempaka begitu sunyi, hanya suara jangkrik dan orang tengah meronda saling bersahutan dengan kentongan.
Desir angin yang menembus celah-celah bambu di dinding rumah Ratih, bulan menggantung di langit memantulkan cahaya pucat ke lantai tanah di dalam gubuk itu.
Ratih terlelap dengan mata terpejam, pikirannya kali ini bukan Arya lagi----tapi bagaimana dirinya bisa melunasi hutang---dari Rentenir Surya.
Dari luar jendela yang terbuat dari anyaman bambu, sesuatu bergerak perlahan. Tiba-tiba seekor ular berubah menjadi manusia menatap seorang gadis yang tengah terlelap.
Sosoknya lebih tampan dari Arya---putra kepala desa.
"Ratih...cantik sekali," ujarnya tersenyum mengintip Ratih dari celah anyaman bambu itu.
Tak lama matanya berubah menjadi mata reptil dan mulutnya mendesis selayaknya ular, keluar bisikan yang tak terdengar oleh telinga.
"Ratih...hatimu sedang terluka...sudah saatnya kamu ikut aku dan aku punya solusi untuk masalahmu."
Ratih yang sedang menggeliat dalam tidurnya, tiba-tiba napasnya terasa berat, seolah udara di sekitarnya menebal mengeluarkan kepulan asap.
Gadis ini merasa antara mimpi atau kenyataan tiba-tiba tubuhnya bangkit dengan mata terpejam, kakinya melangkah seperti hilang kesadaran.
Ratih yang hanya mengenakan jarik dan kaos dalam putih bangkit dari tidurnya, berjalan ke arah sungai dengan di tuntun seekor ular putih yang melata tepat di depan----tiba-tiba tanpa sadar Ratih menceburkan diri ke dalam sungai dengan mata terpejam.
Angin malam berputar lembut di sekelilingnya lalu ada cahaya kehijauan muncul di depannya.
Tubuh gadis malang itu sudah berdiri di dunia lain, dengan rambut panjang sampai pinggang dan mengenakan jarik dan atasan sampai bawah dada.
"Buka matamu Ratih!" perintahnya.
Ratih yang memejamkan matanya perlahan membuka kelopak mata itu.
Tangannya langsung mengucek-ngucek matanya, dirinya baru sadar ini di alam lain.
Ratih tak bisa menolak perintah itu, meski hatinya menolak-----tapi tak bisa seolah ada kekuatan yang mengendalikannya.
Saat sadar dan membuka mata, di hadapannya terbentang sebuah istana seperti jaman dulu, dengan gapura dan patung-patung era tahun itu----tak lupa gapura dengan hiasan batu-batu alam yang di ukir sangat indah.
Ratih menatap ke sekeliling, melihat dirinya mengira mungkin sedang ada di Pura.
Tapi hal yang tak terduga terjadi, di hadapannya muncul sosok ular raksasa bersisik warna putih.
Mata ular itu menatap ratih dengan sorot mata aneh, dingin, meski penuh belas kasih.
"Siapa kamu?" tanya ratih dengan bergetar ketakutan.
Terlihat jelas tubuh gadis ini sudah bergetar ketakutan melihat sosok ular raksasa di depannya, "dimana ini?" tanya Ratih.
"Jangan takut Ratih!" pintanya dengan nada tegas penuh perhatian.
"Tolong jangan bunuh aku," ucap Ratih dengan suara bergetar ketakutan.
"Aku bilang jangan takut Ratih...aku tak akan menyakitimu," ulangnya lagi.
Sosok ular raksasa itu mengubah wujudnya perlahan menjadi setengah manusia dan setengah ular, sisik di kepala sampai pinggangnya memudar, bawah kakinya masih berwujud ular putih.
Ratih amat tertegun melihat sosok di depannya, pria bertubuh atletis sampai pinggang dengan rambut panjang mengenakan mahkota kebesaran di kepalanya, tak lupa rambutnya panjang.
Aura ketampanan di depannya amat terasa, meski Ratih tahu jika di depannya bukanlah manusia. Tapi setelah melihat ketampanannya---rasa takut dalam diri Ratih berkurang.
Matanya hitam legam menatap tajam seperti elang, kulitnya putih seperti mutiara, dan dirinya mendekati Ratih dengan wujud setengah ular.
Ratih melangkah mundur karena dirinya amat geli melihat wujud kaki pria di depannya, meskipun tampan.
"Aku Pangeran Naga Seta penjaga sungai dan wilayah ini," katanya dengan nada lembut.
"Ratih kau telah aku panggil karena penderitaanmu di dunia manusia," tambahnya.
"Lalu apa maumu?" tanya Ratih langsung ke intinya.
"Aku mau kamu menjadi pendamping, istri sekaligus permaisuriku mendampingiku di kerajaanku ini." Pangeran Naga Seta menatap Ratih dengan sosok yang tampan, dengan aura kepemimpinan yang tinggi.
Ratih masih takut karena sosok di depannya seperti yang di ceritakan banyak orang----dan benar adanya bukan legenda atau mitos.
Gadis ini memang terpukau melihat ketampanannya tapi melihat kakinya sang pangeran----Ratih sangat jijik dan geli.
"Aku...pasti sedang bermimpi," ujar Ratih sambil menepuk-nepuk pipinya.
Pangeran Naga Seta mendekati Ratih lalu membelai lembut pipinya yang halus, entah ada perasaan aneh seolah ada kenyamanan saat berhadapan dengan sosok siluman ular ini.
"Jika ini mimpi, mengapa kamu bisa melihatku?" tanya pangeran dengan senyum samar.
Ratih menatap sekeliling, dirinya bisa merasakan dasar sungai seperti pintu raksasa yang menghubungkannya, dengan alam manusia dan alam gaib.
Ratih juga merasakan suara arus sungai yang mengalir, sang pangeran menyentuh tangan Ratih dengan lembut.
"Mari aku akan ajak kamu berkeliling istanaku," ucapnya lalu tangannya di lipat dengan menyatukan kedua telapak tangannya, seketika kakinya berubah menjadi manusia.
Melihat itu semua Ratih merasa tersenyum dan nyaman, tangannya perlahan mau di sentuh oleh pangeran Naga Seta.
Wujudnya masih tetap pria jaman dulu, dengan tubuh atletis bertelanjang dada dan bawahan selayaknya kerajaan nusantara dengan celana yang dihiasi permata.
Ratih berjalan masuk melihat kerajaan siluman ular ini, banyak patung-patung, terutama patung ular berdiri dengan kokoh di depan gapura pintu masuk kerajaan.
Para siluman yakni Rakyat sang pangeran Naga Seta menyambut pimpinan mereka, dengan menunduk hormat.
*
*
*
lanjut yg bnyk thor, aq mls baca klo cuma sedikit. 😂
hais sebel deh klo kyk gini
lanjutkan kk
tp klo ini bgg gmn mau jadi manusia lahi tih ratih
harus yakin dong jagn goyaho
Minta dibantuin sm Ambarwati aja Ratih buat kluar dri alam itu.
Pasti Ambarwati mau mnolongmu, karena dia mencintai Seta.
Tp ko rapat istana ga dilibatkan Ratih nya, dan juga Ratih dibentak ddepan orang banyak.
Gak kbayang sedih dan hancur nya hati Ratih ya, baru juga bermesraan, stelah nya Seta seakan lupa. 😭😭😭
Gimana ya klo Ratih hamil, waduh gawat juga klo gitu.
Para siluman memang sangat perkasa klo soal hubungan suami istri, brbeda sm manusia. 😁
Syukur deh Ratih meminta tolong pada bulan Suti, smoga beliau bisa bantu.
Dan syukur juga Seta percaya perkataan Ratih tanpa mnaruh curiga, dia memang mncintai Ratih tp cara x salah.
Knpa harus melarang Ratih pulang ke dunia x coba, dan bukan kh Ratih dsana juga demi desa x, trus knp lg hrus mminta tumbal sgala. 🤦♀️🤦♀️🤦♀️
Itu namanya gak ada keuntungan x buat Ratih.
Lama2 mereka tidak hnya minta tumbal babi, tp minta tumbal manusia lg.
Karena smakin dturuti, mka semakin mereka serakah.
Ujung ujungnya gak bisa lepas dri mereka klo udh bersekutu begitu, kecuali mati.
Dan yg bnyk rugi manusia x, bukan mereka. 😞😞😔
Klo berfikir secara logika sih, gak ada untung x bersekutu sm iblis, yg ada hidup selalu dlm bayang bayang ketakutan dan tekanan, dan lebih miris x Allah sangat murka dan tobatnya pun tidak diterima lg. 😭
Seharusnya klo jtuh miskin ya hrus berubah, ini malah sebaliknya.
Pasti tuh bkl diteror oleh jelmaan ular itu nanti, kan udah main nyuruh2 para antek x untuk mmbunuh ular itu.