Ikhlas ... bukanlah hal yang mudah untuk diterapkan, namun terkadang kita dipaksa untuk menerapkan nya oleh keadaan.
Bellona Ghelsi, memaksa dirinya untuk menelan semua kenyataan pahit dalam hidupnya. Kenyataan bahwa Logan sang suami yang amat ia kagumi sebelumnya, ternyata memiliki hubungan spesial dengan Bella yang merupakan saudaranya sendiri.
Kisah masa lalu Logan dan Bella yang tak diketahui oleh Lona, membuat gadis itu merasa sangat menyesal karena harus hadir diantara mereka.
Melepaskan ..., itulah pilihan Lona! ia ingin kembali membuat jalan kehidupan nya sendiri tanpa hadirnya seorang pria.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JackRow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My Way-26
Sepanjang perjalanan pulang Claire tampak menekuk wajah, gadis kecil itu kesal karena Lona juga Rafayel menghilang secara tiba-tiba dan membuat ia gelisah dan tak dapat menikmati wahana permainan dengan tenang.
"Claire, aku sungguh minta maaf! ada kejadian tak terduga yang membuat ku harus membawa Nona Ghelsi untuk bersembunyi,"
"Kenapa kau tak bilang padaku terlebih dulu, Rafayel? aku sungguh tak bisa duduk tenang karena melihat kalian berlari dengan tergesa-gesa!!"
"Hai cantik! ini semua salahku! aku minta maaf! bisakah kau tersenyum?" Lona akhirnya meraih jemari Claire dan membuat gadis itu menatapnya.
"Aku mengkhawatirkan kalian Nona!"
Ghelsi pun mengangguk dengan senyum,
"Aku juga minta maaf Claire! diriku sungguh tak bermaksud membuat mu cemas!" Rafayel turut berucap dengan nada suara yang begitu lembut.
"Sebagai permintaan maaf ku, bagaimana jika kita menghadiri event papan selancar di pesisir pantai Wollongong? apa kau berminat tuan putri?" pria berambut ungu itu kembali berbicara dan melirik ke arah sang keponakan.
"Apa kau yakin Rafayel?"
"Tentu saja! aku yang menjadi brand ambassador salah satu merk surfboard ternama yang membiayai event disana! jadi mungkin aku juga akan sedikit melakukan atraksi nantinya!"
"Benarkah? kapan kita akan pergi?" wajah Claire pun seketika nampak cerah karena perkataan sang paman.
"Aku tak pernah berbohong padamu bukan? kita akan datang di acara pembukaan event jika memungkinkan! aku janji akan membawa kalian berdua!"
Lona terdiam, pikiran nya tampak tak fokus karena percakapan beberapa wartawan yang sempat ia dengar beberapa menit sebelumnya.
******
"Bisakah aku duduk disini?"
Bella tersenyum sembari berucap lembut dihadapan Logan yang masih menikmati nikotin seorang diri.
"Lo-,"
"Terserah kau saja! lagipula ini tempat umum bukan?"
Bella tertunduk, wajahnya berubah sendu saat kembali berada di samping tubuh pria yang masih saja membuat hatinya bergetar.
"Apa kau pernah mencoba mencari tahu tentang keberadaan Lona?"
"Untuk apa? dia pasti tak ingin kembali bertemu dengan pria brengsek seperti ku!" Logan berucap ketus sembari mengepulkan asap rokok dari mulut serta hidungnya.
Bella menghela nafas, pandangan gadis itu tampak tak ingin beralih dari paras Logan yang selalu ia rindukan meskipun mereka selalu memiliki kesempatan untuk bertatap muka.
"Salah satu sahabat ku-, dia pernah bercerita bahwa besar kemungkinan Lona tinggal di kota ini," kalimat Bella tampak terjeda, ia memperhatikan ekspresi Logan yang kini semakin tampak datar.
"Dia sempat bertemu Lona saat ia menginap di Blue Sea Hotel. Aku-, aku mungkin ingin mencoba untuk menemui nya, aku ingin dia kembali ke rumah! aku ingin mengembalikan senyum mom yang telah hilang semenjak kepergian nya. Apa kau ingin ikut?"
Logan justru bungkam dan semakin menampilkan sikap dingin dihadapan Bella.
"I-ini sudah malam! sepertinya lebih aku masuk-, kau ..., jaga kesehatan mu Logan! tolong jangan begadang dan kurangilah mengkonsumsi whiskey juga rokok itu," Bella berucap lembut sebelum akhirnya melangkah pergi dan semakin menjauh.
Apa benar dia tinggal di kota ini? Bellona Ghelsi? bisakah kita bertemu kembali? bisakah diriku memperbaiki semua kesalahanku padamu?
Lagi-lagi pandangan Logan terlempar jauh ke atas cakrawala, mengembalikan bayangan sosok Bellona yang terukir pada gelapnya langit malam.
*******
Menutup rapat pintu apartemen miliknya, raut wajah yang semula menampilkan senyum manis itu seketika berubah, kesendirian yang selalu menghampiri Bellona membuat kepribadian gadis itu semakin tampak hening.
Impian ku kini hanya lah satu, seorang pria bernama Logan Marcus Pacquito! aku mencintai pria itu Bella, apa mungkin diriku bisa dekat dengannya? bisakah kau membantuku, kakak?
"Kenapa rasanya sangat sulit? tak bisakah diriku ini mengalami amnesia?" Lona terkekeh meskipun senyum getir kembali terhias di wajah.
Suara dering bel dari pintu apartemen yang terdengar nyaring kembali membuat lamunan Ghelsi memudar,
"Nona! kau lupa membawa beberapa vitamin milik mu!"
Rafayel muncul seketika dan memaksa memasuki ruangan tanpa persetujuan Bellona Ghelsi.
"Sepertinya itu tidak perlu Tuan! aku sudah lama tak mengkonsumsi nya, kau bisa membuang itu semua!"
"Apa maksudmu? kau ingin mengabaikan kesehatan mu sendiri?"
"Rafayel-, tolong pergilah! aku lelah!"
Perkataan yang begitu lembut dari Bellona seketika membuat Rafayel bungkam, ia juga mengangguk perlahan dan seketika menghampiri sang guru piano yang tertunduk sembari memejamkan mata.
"Aku selalu ada untukmu jika kau ingin berbagi cerita, Nona!"
dia cuma mikirin hidupnya sendiri
kasian lona jd tumbal utk keegoisan ayah tirinya