Tak pernah terbersit di pikiran siapapun, termasuk laki-laki rasional seperti Nagara Kertamaru jika sebuah boneka bisa jadi alasan hatinya terpaut pada seorang gadis manja seperti Senja.
Bahkan hari-hari yang dijalaninya mendadak hambar dan mendung sampai ia menyadari jika cinta memang irasional, terkadang tak masuk akal dan tak butuh penjelasan yang kompleks.
~~~
"Bisa-bisanya lo berdua ada main di belakang tanpa ketauan! Kok bisa?!"
"Gue titip anak di Senja."
"HAH?!!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16# Aku, kamu dan dia
Ting!
Suara denting ponselnya tak terdengar, sebab Senja masih sibuk memakai baju. Mondar mandir sambil menyalakan mesin kopi. Bahkan rambutnya masih dililit oleh handuk kecil, belum ia keringkan dengan hair dryer.
Sendok selai kacang masih ia e-moeet, namun dari luar pintu unitnya diketuk beberapa kali.
"Ih siapa sih yang namu pagi-pagi!" omel Senja menji lat jejak selai di sendok dan menaruh sendok kecil itu sembarangan. Yang benar saja, ia sengaja memilih tinggal di apartemen agar tak banyak gangguan, termasuk gangguan tetangga begini.
Kembali ketukan itu terdengar mengencang membuat Senja mau tak mau melangkah ke depan pintu demi membuka pintu.
"Iya?!"
Klik !
Ceklek...
Senja mematung melihat seseorang telah berdiri sambil membawa kresek putih ciri khas nasi kuning atau nasi uduk? Bersama stelan kemeja belum lengkap.
Ada dengusan geli melihat tampilan pagi Senja yang kepalanya masih terlilit handuk sementara kemeja slim belum terlapisi blazer dengan celana hitam bahan yang melapisi kaki-kaki jenjangnya bersama sandal rumah snoopy berbulu membalut kakinya.
"Aku kira udah siap? Breakfast, nasi uduk..." tunjuk Maru mengangkat kresek itu seadanya.
"Loh, kamu? Masuk dulu deh.." ia membalikan badannya dan mempersilahkan Maru untuk masuk, dibalik wajahnya yang tersenyum berkedut, Senja menangkup kedua pipinya yang telah merona, "udah dibilangin ngga usah, aku udah mau pesen ojol kok."
"Kebetulan lagi cari sarapan. Jadi sekalian lewat..." jawabnya sungguh tak masuk akal, beli nasi uduk sampai sejauh ini? Kenapa ngga sekalian lintas pulau? Memangnya di dekat apartemen Maru tak ada pedagang nasi uduk?
Senja tau itu hanya bualan Maru saja, dan kebohongan itu membuat Senja dilanda merona berkepanjangan saat ini, oh ya ampun tolong!
"Mau bikin kopi? Mesinnya udah nyala sih..." ujar Senja menurunkan handuk dan bersiap menyalakan hair dryernya.
"Biar aku bikin sendiri." Maru yang telah menaruh kresek berisi dua porsi nasi uduk bergegas beranjak ke dapur, oke...kemarin ia hafal jalan menuju apartemen Senja, kini sudah hafal seluk beluk apartemen wanita ini. Besok-besok mulai cari jalan ke pelaminan sepertinya.
"Beli nasi uduk dimana?" tanya Senja basa basi, dan kini suaranya tertutup oleh gemuruh suara hair dryer.
"Deket-deket sini." Ujarnya menekan tuas sehingga tetesan kopi espresso keluar dari lubang-lubang krannya.
"Espresso, campur susu atau creamer?" tanya Maru.
"Aku biasa pake susu." Jawabnya menata rambut dengan tangan yang telaten menembak surai-surainya agar kering dengan sesekali membubuhkan vitamin rambut.
Untuk sejenak pria yang melinting tangan kemejanya sampai batas lengan itu menghirup aroma kopi yang masih terasa hangat itu. Oke ia menganggap apartemen Senja bak apartemennya sendiri, sebab ia sudah membuka laci di atasnya untuk mencari susu.
"Ini arabica?" tanya Maru. Namun jawaban yang tidak memuaskan ia dapatkan dari Senja, "ngga tau, aku tadi asal masukin aja, ngga tau toples mana yang kuambil...lupa, buru-buru."
Maru mendengus geli kembali, namun setelah mendapatkan dua cangkir kopi ia lantas kembali ke tempatnya di sofa ruang tengah. Mungkin aktivitas sarapan bersama akan ada di daftar daily activitynya mulai sekarang, selama ia sempat dan memiliki kesempatan.
"Kamu repot-repot kesini, emangnya ngga punya kerjaan?" Senja sudah keluar dengan seluruh surai yang telah kering dan tergerai. Menenteng stilleto lain dari yang kemarin dan peralatan make up yang seabrek-abrek itu.
"Ada. Nanti siang, agak santai, masih mempelajari kasus klien." Maru sudah membuka sterofoam berisi nasi uduk dengan isian lengkap sudah plus semur jengkol pula.
"Itu apa?" tuduh Senja.
"Semur jengkol, kayanya...pokoknya aku minta lengkap aja tadi." Senja nyengir dan menutup mulutnya, "aku mau rapat, jadi ngga makan itunya."
"Dipisah aja di pinggir."
Senja mengangguk seraya mengaplikasikan maskara sampai bibirnya mangap-mangap sedikit, "kalo ada Alby atau Arlan pasti abis."
Maru mengangguk, Arlan memang segalanya. Semua topik pembahasan pasti akan berujung membawa nama Arlan, ia setuju akan hal itu. Apa mulai sekarang ia harus menyukai semur jengkol?
"Aku jadi kangen nasi liwet bu Indri." Senja menaruh sejenak cermin sebesar wajahnya di pangkuan dan seolah sedang menerawang jauh, "apa kabarnya ya bu Indri sama orang-orang di Widya Mukti?"
Maru sudah menyuapkan nasinya sejak tadi, tak sampai menunggu Senja selesai berdandan terlebih dahulu, "baik."
"Ha? Darimana kamu tau?" melihat Maru melahap makannya selalu membuat Senja ikut merasakan nikmatnya makanan itu.
"Sebelum Jovi sama Alby pulang, aku sama Jingga anter undangan buat bu Sri--pak Agus, neng Anjeli, teh Iin, pak kadus, pak kades, sama Arika."
"Oh ya?! Kok ngga ajak-ajak di grup sih, ihhh curang!" Senja merengut dan melanjutkan acara berdandannya.
"Ya masa mau rame-rame. Cuma nganter undangan doang kaya mau balik kkn lagi."
"Gimana sekarang nasib proker kita dulu?" tanya Senja diangguki Maru, "baik. Greenhouse Alby malah udah ada 2."
"Wah, serius? Kangen banget! Kangen abah..." lirih Senja menyudahi acara make upnya yang memang hari ini sedang malas untuk all out.
Drrttt...
Senja melirik ponsel yang sejak tadi ia taruh di sofa hingga bunyi dan getarannya teredam.
"Hallo Vi?"
Matanya membeliak terkejut sekaligus excited, padahal di sebrang panggilan sana Vio sudah menangis.
"Ya ampun...ya ampun! Udah lo cek belum? Loh katanya lo sama Shaka program hamil taun besok?" kemudian Senja menyalakan speaker dan menaruh ponsel di samping nasi uduknya, yang otomatis membuat Maru dapat mendengar percakapan mereka. Sebab kini Senja sudah membuka nasi miliknya dan melahap itu.
Nja, gue kan udah janjian sama lo sama Mei...biar punya anak barengan, biar nanti kalo sekolah, kuliah bisa barengan.
Senja yang baru saja mengunyah beberapa kali langsung tersedak nasi uduk di mulutnya yang meluncur begitu saja saat kerja gigi-giginya belum rapi.
Uhukk! Uhukk!
Maru segera mengangsurkan minum untuk Senja, "minum Nja." Pintanya membuat Savio berseru heboh disana, Senjaa, lo sama siapa?! Itu suara Maru bukan sih?! Ruuu?!!
Senja segera mematikan panggilannya dengan Vio berujung dengan spam chat dari Savio.
Dapat ditebak, kehebohan Savio yang jika Senja tak segera membalasnya di kolom chat pribadi, maka jalan ninjanya adalah membawa chat itu di grup kkn 21.
Kini Senja duduk di samping jok pengemudi sambil melempar tatapannya keluar jendela, tanpa mau melirik Maru di sampingnya.
"Nja,"
"Hm?"
"Pulangnya..."
"Aku bisa pesen ojol, Ru. Aku tau kamu pasti sibuk. Nanti langsung ke bengkel, shareloc aja." Cerocos Senja.
"Maksud aku sepulang dari kantor temenin aku cari kado buat Mei--Jingga dulu, bisa?"
Senja mengangkat kedua alisnya, "oh.." tawanya kecil, "aku kira apa.."
"Oke, bisa..bisa...sekalian aja aku juga belum punya."
"Abis itu nanti kita ke bengkel ambil mobil kamu."
Senja mengangguk cepat, "oke. Aku usahain keluar jam 3. Udah selesai ketemu sama kliennya?" kini ia balik bertanya diangguki Maru.
.
.
.
Aaaaah..... lega..... lihat sang pujaan duduk bersila menunggu....
kenapa sich ngk ungkapin aja biar jelas gitu
ini kesan maru msih plin plan gitu
luruh sudah ketemu tambatan hati yg lagi ngemper depan partemen kamu bang... serasa dpt aer di gurun pasir klo dah ketemu nja...ademm ayemm ws poko e 😂