Di tengah hamparan alam semesta yang tak terbatas, jutaan dunia dan alam berputar dalam siklus abadi. Dari yang paling terang hingga yang paling gelap, dari yang paling ramai hingga yang paling sepi. Namun, di balik semua keindahan dan misteri itu, satu pertanyaan selalu berbisik di benak setiap makhluk: siapa sebenarnya yang berkuasa? Apakah manusia yang fana? Dewa yang dihormati? Atau entitas yang jauh lebih tinggi, yang bahkan para dewa pun tak mampu melihatnya?
Pertanyaan itu memicu hasrat tak terpadamkan. Banyak manusia, di berbagai dunia, memilih jalan kultivasi. Mereka mengorbankan waktu berharga, sumber daya, dan bahkan nyawa untuk satu tujuan: keabadian. Mereka menghabiskan usia demi usia, mengumpulkan energi langit dan bumi, hanya untuk menjadi lebih kuat, untuk hidup selamanya. Jalan menuju keabadian bukanlah jalan yang mudah. Keserakahan, ambisi, dan iri hati menjadi bayangan yang selalu mengikuti, mengubah sahabat menjadi musuh dan mengubah kedamaian menjadi kehancuran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25: Kota Bahagia yang Penuh Harapan
Setelah pertempuran usai, Zhong Li melanjutkan perjalanannya. Ia berjalan melewati ratusan kultivator yang gugur di Kota Kuno tanpa mempedulikannya. Xue Wei, yang sempat bingung melihat Yun Fei menangis, segera bergegas mengikuti Zhong Li.
Beberapa hari kemudian, Zhong Li tiba di puncak Pegunungan Naga. Setibanya di sana, ia berhenti dan berucap, "Keluarlah."
Yun Fei, yang diam-diam mengikuti mereka selama beberapa hari terakhir, keluar dari balik pepohonan dengan wajah malu-malu.
"Nona, mengapa kau berkeliaran di pegunungan bukannya pulang ke rumah?" ledek Xue Wei.
Yun Fei, dengan wajah kesal, menjawab, "Aku ingin ikut dengan kalian."
"Nona," jawab Xue Wei, "kami hanyalah pengembara. Nona tidak cocok berada di sini."
Dengan wajah sedih, Yun Fei menjawab, "Aku belum mau kembali."
Zhong Li tidak menunggu lagi. Ia melanjutkan perjalanannya, tanpa istirahat. Pegunungan Naga benar-benar sesuai dengan namanya. Puncaknya diselimuti awan tipis, menciptakan pemandangan yang indah dan mistis. Berbagai hewan spiritual berkeliaran bebas tanpa hukum alam, menambah keindahan gunung yang menjulang tinggi itu.
Setelah berjalan cukup jauh, Zhong Li akhirnya tiba di puncak gunung terakhir. Dari sana, terlihat sebuah pulau terapung di atas awan, dikelilingi oleh sebuah lingkaran formasi yang memancarkan cahaya, membuatnya tampak indah dari kejauhan. Sebuah bangunan bertingkat terlihat di atas pulau itu.
"Itu adalah Sekte Bahagia, Tuan," ucap Xue Wei. "Pulau terapung itu berada tepat di atas Kota Bahagia."
Kota Bahagia adalah kota yang megah dengan arsitektur bangunan yang unik dan indah. Jalan-jalannya dihiasi dengan patung-patung bunga teratai, dan bangunan-bangunannya didominasi oleh warna putih dan merah muda. Kota itu memancarkan aura ketenangan dan kebahagiaan, mencerminkan nama sekte yang berada di atasnya.
Hari mulai petang. Zhong Li memilih untuk beristirahat di puncak terakhir Pegunungan Naga, menikmati pemandangan matahari terbenam yang memukau. Di bawahnya, hamparan luas membentang, dan di atas awan, Sekte Bahagia memancarkan aura magis.
Malam pun tiba. Xue Wei, sang pemandu, selesai memasak dan membawa makanan untuk Zhong Li. Ia menaruh makanan di samping Zhong Li yang duduk di atas batu, lalu kembali ke api unggun. Di dekat api, ia melihat Yun Fei melamun, menatap api unggun dengan pandangan kosong.
"Nona, cepatlah makan," kata Xue Wei, suaranya lembut. "Nanti makanannya keburu dingin."
Yun Fei menatap Xue Wei dengan lesu, tetapi ia mengambil makanan dan mulai makan, masih dengan pikiran yang jauh.
Melihat Yun Fei yang begitu sedih, Xue Wei memulai percakapan. "Kau tahu, Nona," katanya, "perjalanan kami ke sini tidak mudah. Kami melewati Pegunungan Ular, tempat di mana ular-ular beracun berkeliaran, dan kami bahkan bertemu dengan Raja Ular."
Mendengar cerita itu, Yun Fei mengangkat kepalanya. "Benarkah?" tanyanya, matanya mulai berbinar. "Lalu, apa yang terjadi?"
Xue Wei tersenyum. "Tentu saja kami berhasil mengalahkannya. Danau Sunyi juga, kami harus menemukannya di malam hari saat cahaya birunya muncul. Itu adalah pemandangan yang sangat indah."
Yun Fei, yang mulai antusias, bertanya, "Lalu, apa tujuan kalian selanjutnya?"
"Kami akan ke sekte-sekte tertinggi lainnya," jawab Xue Wei. "Lalu ke wilayah hewan buas suci, hutan terlarang, bahkan lautan lepas."
Mendengar cerita Xue Wei, wajah Yun Fei kembali bersemangat. "Itu pasti perjalanan yang luar biasa," katanya. "Aku harap aku bisa pergi dengan kalian."
Xue Wei tidak menjawab, hanya tersenyum. Ia senang bisa melihat Yun Fei kembali bersemangat. Mereka terus mengobrol, dan malam itu pun berlalu dengan cerita-cerita petualangan yang tak terlupakan.
Setelah bercerita panjang lebar, Yun Fei akhirnya tertidur dengan senyuman. Xue Wei, sang pemandu, melihatnya dan menghela napas. "Sungguh kasihan," gumamnya dalam hati. "Seorang gadis kecil harus menyaksikan kedua kakaknya saling bunuh untuk memperebutkan kekuasaan." Ia kemudian menutup tubuh Yun Fei dengan selimut dan mulai beristirahat.
Pagi hari tiba, langit begitu cerah dan biru. Dari kejauhan, pemandangan Sekte Bahagia masih terlihat memukau, diselimuti aura awan merah muda yang tipis. Xue Wei sudah bersiap dan membangunkan Yun Fei yang masih tertidur pulas. Sementara itu, Zhong Li sudah mulai berjalan menuju Kota Bahagia.
Saat mereka tiba di gerbang kota, pemandangan yang menyambut mereka sangat menarik. Banyak pengunjung dan kultivator berbaris untuk masuk. "Tuan," bisik Xue Wei kepada Zhong Li, "katanya banyak kultivator yang datang ke sini untuk mencari jodoh. Baik orang biasa maupun kultivator, karena di Kota Bahagia ini banyak sekali perempuan cantik, apalagi di Sekte Bahagia yang semua muridnya adalah wanita."
Zhong Li hanya diam, menatap gerbang kota yang ramai. Di sisi lain, Yun Fei terlihat sangat senang. Matanya berbinar-binar melihat keramaian kota. Pengalaman ini terasa sangat berbeda dari biasanya, dan ia bahagia bisa ikut bersama Zhong Li dan Xue Wei.
Setelah melewati gerbang, Zhong Li, Xue Wei, dan Yun Fei melangkah masuk ke Kota Bahagia. Kota ini sungguh menakjubkan. Arsitektur bangunan-bangunannya yang megah dan elegan dihiasi dengan ukiran-ukiran bunga teratai yang indah. Udara dipenuhi aroma wangi dari bunga-bunga spiritual yang tumbuh di mana-mana, membuat setiap pengunjung merasa rileks dan damai.
Seperti biasa, hal pertama yang dilakukan Zhong Li adalah mencari penginapan. Setelah berjalan beberapa lama, Yun Fei menunjuk ke sebuah bangunan megah. "Tuan, ayo kita menginap di sana!" pintanya dengan mata berbinar. Bangunan itu adalah penginapan terkenal bernama Istana Awan Giok.
"Sebaiknya kita cari penginapan biasa saja, Nona," saran Xue Wei. "Semakin besar dan ramai suatu tempat, semakin banyak masalah yang akan datang."
Wajah Yun Fei terlihat sedih, tetapi Zhong Li tidak mempedulikan perkataan Xue Wei. Ia berjalan lurus menuju penginapan besar itu. Begitu ia masuk, semua mata tertuju padanya. Zhong Li memancarkan aura elegan dan agung yang membuat semua orang terpukau.
Penginapan itu sangat ramai. Banyak kultivator dari berbagai tempat di Alam Atas berkumpul di sana, termasuk banyak murid dari sekte-sekte lain. Bahkan, terlihat juga beberapa murid dari Sekte Bahagia. Para kultivator laki-laki itu saling memamerkan keunggulan sekte mereka untuk menarik perhatian para kultivator wanita dari Sekte Bahagia.
Xue Wei bergegas memesan tiga kamar dan satu meja dengan makanan lengkap. Setelah semuanya siap, Zhong Li, Xue Wei, dan Yun Fei duduk di meja yang telah disiapkan.
Tidak lama setelah Zhong Li, Xue Wei, dan Yun Fei duduk, sekelompok murid dari Sekte Bahagia memasuki penginapan. Di depan mereka, seorang wanita yang sangat cantik dan mempesona menarik perhatian semua orang. Dia tidak lain adalah Yue Li, murid ketiga dari Tetua Tertinggi Sekte Bahagia, yang pernah mereka temui di Danau Sunyi.
"Itu Yue Li," bisik para kultivator di sekitarnya. "Dia adalah salah satu bunga tercantik di Sekte Bahagia."
Di samping Yue Li, berjalan seorang kultivator pria tampan dengan pakaian serba merah yang terlihat mahal. Pria itu adalah Lin Hao, murid kelima dari Master Sekte Phoenix.
"Lihat, Lin Hao! Murid kebanggaan Sekte Api Phoenix!" seru seorang kultivator lain. "Mereka terlihat serasi berjalan bersama."
Yue Li dan Lin Hao berjalan santai melewati kerumunan, mengabaikan bisik-bisik di sekitar mereka. Mata Zhong Li hanya melirik sekilas, lalu kembali fokus pada makanannya. Yun Fei dan Xue Wei juga melihat mereka, tetapi tidak menunjukkan reaksi apa pun.
dan mampu membangun resto dan penginapan
terimakasih tuan zao li atas kebijakanmu
,semoga xue Wei bisa membantu masalah kecil tadi
tpi memang kamu orang baik shui, tak pandang bulu saat menolong rang lain,
semoga ttep. jadj orang baik